Lifestyle

Informasi:

Ini merupakan blog yang berisi artikel tentang memajukan Islam, mari bersatu, hindari perpecahan, Jadikan Islam sebagai Penguasa dunia dalam bisnis, pemerintahan dan semua sendi kehidupan

Kamis, 31 Januari 2013

Antisipasi Menghindari Generasi Tidak Shalat

 Anak-anak sampai umur tujuh tahun biasanya lebih terpengaruh oleh kebiasaan dan didikan orang tuanya. Namun setelah mulai masuk sekolah, ia akan terbina oleh gurunya dan terpengaruh oleh teman-temannya di sekolah. Kalau pembinaan guru-gurunya baik, dan pengaruh teman-temannya pun baik, maka insya Allah jiwa anak terbina dengan baik. Sebaliknya, kalau pembinaan dari guru-gurunya hanya sekadarnya (seperti keadaan rata-rata sekarang) dan pengaruh teman-temannya buruk, maka si anak terbentuk (terformat) dalam pola yang kurang baik.

Di saat seperti itu, pembinaan ataupun kebiasaan kedua orang tuanya yang ditanamkan kepada si anak selama 7 tahun itu lambat laun terkikis, lama-lama bisa habis. Sedang pembinaan dari orang tua belum tentu berlanjut, atau setidak-tidaknya tak ada peningkatan. Karena orang tua merasa anaknya sudah disekolahkan, pasti telah dibina oleh guru-gurunya di sekolah. Wal hal guru-guru belum tentu membina si anak dengan baik/ intensip. Apalagi kebanyakan pendidikan selama ini kurikulumnya hanya sekadar menyampaikan pelajaran yang sasarannya hanya membekali otak dengan ilmu, teori, dan itupun sifatnya lebih menjurus kepada materi keduniaan. Sedikit sekali yang menyangkut pembinaan rohani, akhlaq, jiwa, hati, keimanan, keikhlasan atau akhlaq secara keseluruhan. Sehingga aspek ukhrawi justru terabaikan.

Secara Islami, anak-anak wajib dibina fitrahnya agar menjadi Muslim yang shalih. Maka ketika anak umur 7 tahun, orang tuanya disuruh oleh Nabi ` untuk memerintah anak-anaknya shalat. Nabi ` bersabda: "Perintahkanlah anak itu (mendirikan) shalat ketika ia telah sampai (umur) tujuh tahun. Dan jika telah sampai sepuluh tahun maka pukullah dia" (kalau meninggalkan shalat dengan sengaja). (Hadits Riwayat At-Tirmidzi dan Al-Hakim, shahih atas syarat Muslim).

Dalam Hadits lain Rasulullah ` bersabda: "Perintahkanlah anak-anakmu sekalian shalat sedang mereka (berumur) tujuh tahun, dan pukullah mereka (kalau meninggalkan shalat dengan sengaja) ketika (berumur) sepuluh tahun, dan pisahkanlah mereka tempat tidurnya" (pada umur 10 tahun itu). (Hadits Shahih Riwayat Ahmad (2/187) dan Abu Daud (495).

Karena tidak memahami sikap dan jiwa anak, seringkali orang tua melengahkan, bahkan "memaafkan" alias membiarkan anak-anaknya meninggalkan atau melalaikan shalat. Dengan anggapan toh mereka masih anak-anak. Padahal, dalam jiwa anak itu sudah tumbuh rasa dan sikap "meremehkan" kewajiban shalat, akibat didikan guru sekolah yang rata-rata tidak menghiraukan shalat tidaknya anak-anak murid.

Para penyelenggara pendidikan hendaknya membimbing anak-anak sejak SD kelas satu untuk shalat dan diselenggarakan shalat berjama'ah. Anak kelas satu dan dua yang kini biasa dipulangkan pukul 10-11, hendaknya dialihkan waktunya sampai anak-anak digerakkan untuk shalat berjama'ah dhuhur di masjid atau mushalla terdekat. Syukur-syukur sekolahan itu sendiri memiliki tempat untuk shalat berjama'ah.

Apabila masalah ini tidak dipecahkan bersama-sama antara pihak orang tua dan sekolah maka sulit bagi ummat Islam untuk menurunkan generasi yang taat shalat. Dan itu merupakan ancaman yang benar-benar sudah menghadang di depan mata kita. Tinggal bagaimana tekad kita untuk memecahkannya, demi mengamalkan perintah Rasulullah `

Apa Sebenarnya Kebahagiaan Yang Kita Kejar?

 Sebagian orang mengejar kebahagiaan pada diri wanita cantik. Dia menyangka setelah mengawini seorang wanita cantik, maka dia akan bahagia. Tapi, tak lama kemudian, bahtera rumah tangganya kandas. Di depan sorot kamera, tampak mempelai begitu bahagia, bersanding wanita cantik. Namun, kecantikan sering menjadi fitnah dan kemudian membawa bencana. Pujian yang bertabur dari umat manusia tak membuatnya bahagia. Ada yang mengejar kebahagiaan pada tahta, pada kekuasaan. Beragam cara dia lakukan untuk merebut kekuasaan. Sebab, kekuasaan memang sebuah kenikmatan dalam kehidupan. Dengan kekuasaan seseorang dapat berbuat banyak. Tapi, betapa banyak manusia yang justru hidup merana dalam kegemilangan kekuasaan. Dia sama sekali tidak merasakan kebahagiaan, setelah kuasa di tangan. Sebelum memegang kuasa, senyuman sering menghiasai bibirnya. Namun, setelah kuasa di dalam genggaman, kesulitan dan keresahan justru menerpanya, tanpa henti.

Orang sakit menyangka, bahagia terletak pada kesehatan!
Orang miskin menyangka, bahagia terletak pada harta kekayaan!
Rakyat jelata menyangka kebahagiaan terletak pada kekuasaan!
Orang biasa menyangka bahagia terletak pada kepopuleran!
Dan sangkaan-sangkaan lain...

Selama ribuan tahun, para ahli pikir, telah sibuk membincang tentang kebahagiaan. Kamus The Oxford English Dictionary (1963) mendefinisikan ”happiness” sebagai: ”Good fortune or luck in life or in particular affair; success, prosperity.” Jadi, dalam pandangan ini, kebahagiaan adalah sesuatu yang ada di luar manusia, dan bersifat kondisional. Kebahagiaan bersifat sangat temporal. Jika dia sedang berjaya, maka di situ ada kebahagiaan. Jika sedang jatuh, maka hilanglah kebahagiaan. Maka, menurut pandangan ini, tidak ada kebahagiaan yang abadi, yang tetap dalam jiwa manusia. Kebahagiaan itu sifatnya sesaat, tergantung kondisi eksternal manusia.

Menurut al-Ghazali, puncak kebahagiaan pada manusia adalah jika dia berhasil mencapai ”ma’rifatullah”, telah mengenal Allah SWT. Selanjutnya, al-Ghazali menyatakan:

”..Seorang hamba rakyat akan sangat gembira kalau dia dapat berkenalan dengan wazir; kegembiraan itu naik berlipat-ganda kalau dia dapat berkenalan pula dengan raja. Tentu saja berkenalan dengan Allah, adalah puncak dari segala macam kegem.biraan, lebih dari apa yang dapat dikira-kirakan oleh manusia, sebab tidak ada yang maujud ini yang lebih dari kemuliaan Allah... Oleh sebab itu tidak ada ma’rifat yang lebih lezat daripada ma’rifatullah.”

Ma’rifatullah adalah buah dari ilmu. Ilmu yang mampu mengantarkan manusia kepada keyakinan, bahwa ”Tiada Tuhan selain Allah” (Laa ilaaha illallah). Untuk itulah, untuk dapat meraih kebahagiaan yang abadi, manusia wajib mengenal Allah. Caranya, dengan mengenal ”ayat-ayat-Nya”, baik ayat kauniyah maupun ayat qauliyah. Banyak sekali ayat-ayat al-Quran yang memerintahkan manusia memperhatikan dan memikirkan tentang fenomana alam semesta, termasuk memikirkan dirinya sendiri. Alam semesta ini adalah ”ayat”, tanda-tanda, untuk mengenal Sang Khaliq. Maka, celakalah orang yang tidak mau berpikir tentang alam semesta.

Sebagai orang Muslim, kita tentu mendambakan hidup bahagia semacam itu; hidup dalam keyakinan; mulai dengan mengenal Allah dan ridha menerima keputusan-keputusan-Nya, serta ikhlas menjalankan aturan-aturan-Nya. Kita ingin, bahwa kita merasa bahagia dalam menjalankan shalat, kita bahagia menunaikan zakat, kita bahagia bersedekah, kita bahagia menolong orang lain, dan kita pun bahagia menjalankan tugas amar ma’ruf nahi munkar.

Mudah-mudahan, Allah mengaruniai kita ilmu yang mengantarkan kita pada sebuah sebuah keyakinan dan kebahagiaan abadi, dunia dan akhirat. Amin

Rabu, 30 Januari 2013

Standarisasi Membaca Alquran

standar baca alquran

Bagaimana membaca Al Quran seorang langung berubah menjadi baik, berkah, selamat, dan dirahmati Allah serta mendapat pertolongan-Nya ?. Ini ada ilmunya, tergantung penghayatan dan keimanan Al Quran itu sebagai apa diturunkan untuk kita manusia, Sudah selayaknya kita membaca al-Qur'an mengetahui bahwa dirinya adalah yang sedang menjadi obyek sasaran dari pembicaraan al-Qur'an itu, dan dirinyalah yang mendapat ancaman. Dan kisah-kisah yang ada bukan sekedar membawakan cerita belaka, namun ia memberikan pelajaran. Maka ketika itu dia membaca al-Qur'an seperti membaca nya seorang budak, dan dirinya sedang menjadi sasaran dari tulisan tuannya. Maka hendaklah dia merenungkan al-Kitab dan mengamal kan apa yang menjadi tuntutannya. (MukhtasharMinhaj al-Qasidin, halaman 68)

Merenungkan makna al-Qur'an pada prinsipnya adalah dengan cara mentadabburi dan memikirkannya. Seorang yang bagus bacaannya adalah apabila hatinya telah melunak dengan kalam Rabbnya, konsentrasi dalam mendengarkan dan menghadirkan segenap hati terhadap makna-makna sifat dari Dzat yang berbicara kepadanya, memperhatikan kekuasaan Nya, meninggalkan ketergantungan terhadap pengetahuan dan akalnya, melepas segala rasa keberdayaan dan kekuatan diri, mengagungkan Dzat yang berfirman kepadanya, merasa hina dengan kemampuan pemahaman nya.

Dengan kondisi yang istiqamah dan hati yang bersih, dengan kekuatan ilmu, kesungguhan pendengaran untuk memahami firman-Nya, seakan-akan menyaksikan jawaban yang Ghaib. Juga dengan doa orang yang merendah diri, merasa banyak kekurangan dan merasa miskin, serta dengan menanti pertolongan dari Dzat yang Maha Menolong dan Maha Tahu, dan dengan memohon pertolongan kepada-Nya agar bacaannya membawa dirinya kepada pemahaman makna. Dia menghadirkan sifat dari Dzat yang berbicara , berupa janji-Nya dengan penuh kerinduan, ancaman-Nya dengan perasaan takut dan peringatan-Nya dengan kesungguhan.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, "Apabila membaca al-Qur'an dengan tafakkur sehingga tatkala melewati ayat yang dia (pembaca) butuh terhadap ayat itu untuk mengobati hatinya, maka hendaknya dia mengulang-ulang ayat itu meskipun seratus kali, bahkan meskipun semalam suntuk. Karena membaca satu ayat dengan tafakkur dan pemahaman, lebih baik daripada menghatamkan bacaan dengan tanpa tadabbur dan pemahaman. Dan juga lebih bermanfaat bagi hati, lebih dapat menghantarkan kepada tercapainya kesempurnaan iman serta rasa manisnya al-Qur'an.¡¨ (Miftah Dar as-Sa'adah, hal 402)

Dan orang inilah yang merupakan rasikh fil ilm atau mendalam ilmunya, semoga Allah subhanahu wataala menjadikan kita termasuk golongan orang seperti ini. Allah subhanahu wata¡¦ala berfirman, artinya, Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar).¡¨ (QS. al-Ahzab: 4). (Al-Burhan, Az-Zarkasyi 2/197)

Al-Hakim at-Tirmidzi rahimahullah berkata tentang kemuliaan al-Qur'an, "Hendaknya dibaca dengan tenang, pelan-pelan dan tartil, dan merupakan kemuliaan al-Qur'an hendaknya (dalam membaca) dengan mencurahkan ingatan dan segenap pemahaman sehingga dapat mencerna apa yang difirmankan itu. Termasuk memulia kan al-Qur'an juga hendaknya berhenti pada ayat-ayat janji (wa¡¦d) dan berharap kepada Allah subhanahu wata¡¦ala serta memohon keutamaan dari-Nya, berhenti pada ayat ancaman (wa'id) dan memohon perlindungan kepada Allah darinya." (al-Jami' liahkam al-Qur'an 1/27, dan dinisbatkan ke kitab Nawadir al-Ushul)

Selasa, 29 Januari 2013

Kisah Malaikat dan Seorang Pengusaha

 
Seorang pengusaha sukses jatuh di kamar mandi dan akhirnya stroke, sudah 7 malam dirawat di RS di ruang ICU. Di saat orang-orang terlelap dalam mimpi malam, dalam dunia roh seorang Malaikat menghampiri si pengusaha yang terbaring tak berdaya. Malaikat memulai pembicaraan, "Kalau dalam waktu 24 jam ada 50 orang berdoa buat kesembuhanmu, maka kau akan hidup dan sebaliknya jika dalam 24 jam jumlah yang aku tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau akan meninggal dunia!"

"Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah gampang ..." kata si pengusaha ini dengan yakinnya.

Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanji akan datang 1 jam sebelum batas waktu yang sudah disepakati.

Tepat pukul 23:00, Malaikat kembali mengunjunginya; dengan antusiasnya si pengusaha bertanya, "Apakah besok pagi aku sudah pulih? Pastilah banyak yang berdoa buat aku, jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 2000 orang, jadi kalau hanya mencari 50 orang yang berdoa pasti bukan persoalan yang sulit."

Dengan lembut si Malaikat berkata, "aku sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa buatmu tapi sampai saat ini baru 3 orang yang berdoa buatmu, sementara waktumu tinggal 60 menit lagi, rasanya mustahil kalau dalam waktu dekat ini ada 50 orang yang berdoa buat kesembuhanmu."

Tanpa menunggu reaksi dari si pengusaha, si Malaikat menunjukkan layar besar berupa TV siapa 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya. Di layar itu terlihat wajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada 2 orang anak kecil, putra-putrinya yang berdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesan air mata di pipi mereka.

Kata Malaikat, "Aku akan memberitahukanm u, kenapa Tuhan rindu memberikanmu kesempatan kedua - itu karena doa istrimu yang tidak putus-putus berharap akan kesembuhanmu."

Kembali terlihat di mana si istri sedang berdoa jam 2:00 subuh, "Tuhan, aku tahu kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atau ayah yang baik! Aku tahu dia sudah mengkhianati pernikahan kami, aku tahu dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia memberikan sumbangan, itu hanya untuk popularitas saja untuk menutupi perbuatannya yang tidak benar di hadapanMu. Tapi Tuhan, tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan seorang ayah dan hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri."
Dan setelah itu istrinya berhenti berkata-kata tapi air matanya semakin deras mengalir di pipinya yang kelihatan tirus karena kurang istirahat.

Melihat peristiwa itu, tanpa terasa, air mata mengalir di pipi pengusaha ini . . . timbul penyesalan bahwa selama ini dia bukanlah suami yang baik dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya, dan malam ini dia baru menyadari betapa besar cinta istri dan anak-anak padanya.

Waktu terus bergulir, waktu yang dia miliki hanya 10 menit lagi, melihat waktu yang makin sempit semakin menangislah si pengusaha ini, penyesalan yang luar biasa tapi waktunya sudah terlambat! Tidak mungkin dalam waktu 10 menit ada yang berdoa 47 orang!

Dengan setengah bergumam dia bertanya, "Apakah di antara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku tidak ada yang berdoa buatku?"

Jawab si Malaikat, "Ada beberapa yang berdoa buatmu tapi mereka tidak tulus, bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini, itu semua karena selama ini kamu arogan, egois dan bukanlah atasan yang baik, bahkan kau tega memecat karyawan yang tidak bersalah."

Si pengusaha tertunduk lemah, dan pasrah kalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia, tapi dia minta waktu sesaat untuk melihat anak dan si istri yang setia menjaganya sepanjang malam.

Air matanya tambah deras, ketika melihat anaknya yang sulung tertidur di kursi rumah sakit dan si istri yang kelihatan lelah juga tertidur di kursi sambil memangku si bungsu.

Ketika waktu menunjukkan pukul 24:00, tiba-tiba si Malaikat berkata, "Tuhan melihat air matamu dan penyesalanmu!! Kau tidak jadi meninggal, karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam 24:00."

Dengan terheran-heran dan tidak percaya,si pengusaha bertanya siapakah yang 47 orang itu. Sambil tersenyum si Malaikat menunjukkan suatu tempat yang pernah dia kunjungi bulan lalu.

"Bukankah itu Panti Asuhan?" kata si pengusaha pelan.

"Benar anakku, kau pernah memberi bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu, walau aku tahu tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri."

"Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca di koran kalau seorang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU, setelah melihat gambar di koran dan yakin kalau pria yang sedang koma adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka dan akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu."

***

Sahabatku, cerita ini hanyalah sebuah gambaran agar kita lebih instropeksi diri. Saya membayangkan ketika diri saya mati nanti, apakah orang disekeliling saya akan kehilangan, atau sebaliknya mereka mengabaikan atas kematian saya, atau yang paling parah apakah mereka bersyukur malah?

Ah.. mumpung kita masih diberi umur, lakukanlah yang terbaik untuk orang2 disekitar kita, kaena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lainnya.

Dan satu lagi, janganlah Kita meremehkan sedekah, sesuai cerita diatas, justru sedekahnya yang menyelamatkan pengusaha tersebut...

... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...

Senin, 28 Januari 2013

Keberkahan Sholat 5 Waktu | Kisah Nyata

 
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Saya mengenal seorang bapak yang bekerja di bengkel. Beliau memiliki kebiasaan selalu sholat diawal waktu. Begitu adzan terdengar beliau selalu mengajak semua teman-temannya untuk menyegerakan sholat lima waktu.

Menurut pengalamannya sholat tepat waktu membawa keberkahan dalam hidupnya. Keberkahan itu adalah kemudahan-kemudahan dalam menjalani hidup ini.

Siang itu beliau bertutur, ‘Saya membiasakan diri untuk selalu sholat tepat waktu. Memang banyak orang yang mengatakan bahwa sholat tepat waktu memudahkan kita mendapatkan rizki, saya senantiasa mendapatkan rizki dalam bentuk uang saja tapi juga dalam bentuk yang lain. Oleh karena itu saya selalu membiasakan diri berdoa untuk mendapatkan keberkahan dalam hidup ini.’

Alhamdulilah setelah saya membiasakan diri untuk sholat tepat waktu, apapun yang saya menjadi niat akan selalu dapat terpenuhi. Misalnya saya pernah ingin sekali makan ayam goreng tepung, saya sudah berusaha untuk titip kepada tetangga saya yang biasa beli tapi ya karena memang bukan rizki pada hari itu dia beli. Ya, dalam hati saya berkata” Ya. Allah saya ingin sekali makan ayam goreng tapi kok nggak ada yang bisa saya titipi untuk beli ya?”

Subhanallah lewat magrib anak saya yang ke-2, dia kebengkel dengan membawa ayam kentucky dalam jumlah yang cukup banyak.

Saya langsung menangis ya Allah memang hanya Allah yang dapat menjawab semua keinginan kita. Bukan itu saja banyak kemudahan yang saya dapatkan setelah saya membiasakan diri sholat Lima waktu tepat pada waktunya.

Dari anak saya yang mau masuk pesantren tanpa disuruh, Pindah kontrakan bengkel yang lebih baik dan masih banyak keberkahan lainnya.

Untuk membiasakan diri itu memang susah tapi kalau sudah menjadi kebutuhan akan semakin mendarah daging Insya Allah kita akan mendapatkan manfaatnya. Itulah keberkahan saya menjalankan sholat tepat waktu.’ Begitulah beliau bertutur pada saya.

Mari saudaraku ringankan kaki untuk melangkah menuju ketepatan sholat pada waktunya. Sekaligus berjamaah dan di masjid. Di jamin bonus pahala 27x lipat. Mau ?

... Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu' ...

(Q.S Al-Baqarah,2: 45)

... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...

Minggu, 27 Januari 2013

DOA FAKIR MISKIN SBG KEKUATAN ORANG KAYA, DAN KEJAYAAN UMAT

doa
 Rosulullah saw bersabda : Barangkali orang yang rambutnya semrawut dan bajunya berdebu, serta selalu ditolak jika bertamu, jika ia bersumpah kepada Allah, niscaya Allah akan mengabulkannya ( HR Muslim )
Maksudnya adalah orang yang miskin yang tidak punya minyak rambut untuk merapikan rambutnya dan tidak punya baju banyak, sehingga kelihatannya lusuh serta tidak punya jabatan, sehingga sering diremehkan orang.

Tetapi orang miskin dan lemah ini tetap istiqomah dengan ajaran Islam, maka jika ia bersumpah kepada Allah, niscaya Alah akan mengabulkannya. Karena walaupun dia kelihatan hina di mata manusia, tetapi dia adalah makhluk Allah yang sangat mulia di sisi-Nya sehingga dipenuhi permintaannya.

Rosulullah saw bersabda : Saya pernah berdiri di pintu syurga, ternyata yang saya lihat bahwa kebanyakan penghuninya adalah orang �orang miskin, sedangkan orang �orang kaya tertahan (yaitu belum diperkenankan masuk syurga dahulu) ( HR Bukhari dan Muslim )

Hadist di atas mengisyaratkan bahwa orang �orang yang lemah dan miskin, biasanya lebih banyak mendekatkan diri kepada Allah swt daripada orang kaya, walaupun tidak secara mutlak.

Orang kaya gimana ?

Ya banyak juga yang masuk syurga cuma kalah jauh dengan jumlah fakir miskin, atau masih ketahan karena hartanya dihisab dulu.

Orang �orang yang lemah dan miskin , biasanya merasakan dirinya lemah dan memerlukan bantuan, sehingga selalu berdo�a dan mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Kaya dan Maha Kuasa. Sebaliknya orang �orang yang kuat dan kaya, biasanya terlena dengan kekuatan dan kekayaannya.

Kebanyakan orang kaya dia merasa tidak membutuhkan lagi pertolongan orang lain, sehingga lupa kepada Allah. Dia merasa tidak perlu berdoa, karena semuanya sudah serba kecukupan. Akhirnya dia semakin jauh dengan Allah

Kalangan Nabi-Nabi kebanyakan orang lemah dalam artian gak sebanding dengan Firaun, Abu Jahal, Kerajaan Romawi, Babilon Raja Namrudz, bukan ?
Dan akhirnya Allah SWT menolong mereka yang paling murni dan bersih pengharapannya, paling banyak mengeluh hanya kepada-Nya.

Orang-oang yang lemah dan miskin biasanya lebih cepat menerima kebenaran. Sebaliknya orang �orang yang kuat dan kaya biasanya menjadi penghalang dakwah dan menolak kebenaran. Allah SWT berfirman :

Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negri seorang pemberi peringatanpun ,melainkan oang �orang yang hidup mewah dinegri itu berkata Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya. Dan mereka berkata : Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak- anak ( dari pada kamu ) dan kami sekali-laki tidak akan di adzab (QS as Saba : 34-35)

Bagaimana kalau kita sebaiknya kaya atau Miskin ?

Menjadi kaya itu wajib, dan itu adalah amanah demi mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan demi meraih doanya orang Miskin yang harus dibantu, dan dibimbing.

Jika ditakdirkan miskin, percayalah gak akan selalu miskin bila mau mengkaji jalan-Jalan Islam demi meraih rizki yang halal. Semua solusinya selalu ada, hanya saja mereka yang miskin lebih mudah bersih hati dan tidak menghitung-hitung pengeluarannya. Bisa jadi miskin uang, namun keluarganya sakinah, kebutuhan ekonominya cukup dengan berkebun, bertani dsb seperti mereka yang hidup didaerah-daerah.

Pengajian Dhuafa, mereka lebih rajin hadirnya, lebih fokus, lebih khusyu cepat menghafal Doa, karena mereka tidak disibukkan dengan keduniaan yang berlebihan apalagi dikota besar. Pengajian Dhuafa sengaja dipedalaman agar lebih murni, dari hati dsb.

Orang Miskin itu lebih mulia dari orang kaya ? Gak selalu. Ada juga orang miskin yang cinta dunia.

Kok bisa? Ya bisa kalau dirinya selalu menghalalkan segala cara meraih rizki, selalu menghayal dan mengeluhkan nasibnya.

Orang- orang lemah dan miskin adalah salah satu sumber kekuatan Islam. Rosulullah saw bersabda : Sesungguhnya kamu diberi kemenangan dan dilimpahkan rizqi karena adanya orang �orang lemah diantara kalian ( Hr Bukhari , Tirmidzi dan Abu Daud )

Berkata Al Manawi : Maksud hadist d atas adalah bahwa salah satu unsur kemenangan kaum msulimin adalah dengan do�a orang � orang yang fakir miskin,karena hati mereka biasanya lembut dan peka ( inkisar ) , sehingga lebih memungkinkan untuk di kabulkan

Di dalam Kitab Syarh Sunnah di sebutkan bahwa Rosullah saw meminta kemenagan dengan bantuan orang � orang miskin dari orang � oran Muhajir.

Berkata Al Qori : Alasan disebutkan Muhajirin secara khusus karena mereka mempunyai beberapa sifat :

Mereka orang fakir miskin
Mereka orang yang asing ( musafir )
Mereka di dholimi ( karena di usir dari kampung halamannya )
Mereka orang yang berijthad
Mereka orang �orang mujahid yang berperang di jalan Allah

Sehingga doa mereka tentunya lebih mustajab dibanding dengan yang lainnya yang tidak mempunyai sifat- sifat di atas.

Di dalam Kitab Sunan Nasai disebutkan bahwa Rosulullah saw bersabda : Hanyasanya Allah Menolong umat ini karena ada orang � orang yang lemah di dalamnya , yaitu karena doa sholat serta keikhlasan mereka.

Berkata Mufasir Imam Ibnu Mundzir : Artinya bahwasanya ibadatnya orang � orang yang lemah dan doa mereka biasanya lebih ikhlas, karena hati mereka tidak tergantung kepada keindahan kehidupan dunia ini dan konsentrasi mereka hanya pada satu fokus saja ( yaitu akhirat) sehigga doa mereka mustajab dan amalan mereka bersih. Oleh karenanya, orang-orang beriman di perintahkan untuk bersama mereka, sebagaimana firman Allah di dalam ( Qs Al Kahfi : 28 ) , dalam surat lain Allah berfirman : Adapun terhadap orang yatim , janganlah kamu berlaku sewenang- wenang . Dan terhadap orang yang minta- minta , maka janganlah kamu menghadirknya ( Ad Duha :9-10 )

Muhajirin Mekkah ke Madinah contohnya, mereka paling cepat ditolong Allah SWT meninggalkan semua harta, dan berkah bagi kaum Anshor sbg tuan rumah ketika itu.

Muhajirin meninggalkan harta, keluarga dimekkah demi memenuhi hijrah, di Madinah mereka jadi pembesar yang arif, menegakkan syariat Islam, menanamkan nilai Al Quran disegenap bidang kehidupan hingga mekkah pun bisa bersama dikuasai oleh Umat Islam dibawah Panji kepemimpinan Rosulullah SAW.

Mari berlindung kpd Allah dari negeri yang penuh kezaliman kepada orang miskin karena orang2 kaya yang korupsi.

Mari berlindung kpd Allah dari rakyat jelata yang dipermainkan golongan orang kaya.

Mari berlindung kpd Allah dari perpecahan dimana yang kaya tidak mengayomi rakyat kecil, kepada-Nyalah kita semua berlindung, dan memohon agar Allah SWT membukakan pintu hati kita dan mereka semua. Aamiin ( By : KH Ridwan Anshory, Plus Editor, Admin And Friend )

PROGRAM KELUARGA SAKINAH, DALAM MENDIDIK ANAK

 
Setiap rumah tangga haruslah memiliki keinginan untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Sehingga setiap anggota keluarga harus memiliki peran dan menjalankan amanah tersebut. Suami dan Istri sebagai kepala rumah tangga pada anak-anak haruslah memberikan teladan yang baik dalam mengemban tanggung jawabnya karena Allah ‘Azza wa Jalla akan mempertanyakannya di hari Akhir kelak.

Mendidik anak dengan cara-cara yang baik dan sabar agar mereka mengenal dan mencintai Allah, yang menciptakannya dan seluruh alam semesta, mengenal dan mencintai Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, yang pada diri beliau terdapat suri tauladan yang mulia, serta agar mereka mengenal dan memahami Islam untuk diamalkan.

( Tauhid )

Ajarkanlah Tauhid, yaitu bagaimana mentauhidkan Allah, dan jauhkan serta laranglah anak dari berbuat syirik. Sebagaimanan nasihat Luqman kepada anaknya,

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika ia memberi pelajaran kepadanya, ‘Wahai anakku! Janganlah engkau memperskutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.’” [Luqman: 13]

( Hafalan Quran dan nilai-nilai Sunnah )

Pada usia balita (sekitar 2-5 tahun), kita ajarkan kepada mereka kalimat-kalimat yang baik serta bacaan Al-Qur-an, sebagaimana yang dicontohkan oleh para Shahabat dan generasi Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in, sehingga banyak dari mereka yang sudah hafal Al-Qur-an pada usia sangat belia.

Allah telah memberikan kelebihan kepada manusia pada masa kecilnya dengan kemampuan menghafal yang luar biasa. Oleh karena itu, orang tua harus pandai memanfaatkan kesempatan untuk mengajarkan anak-nya dengan hal-hal yang bermanfaat pada usia-usia balita. Usaha ini harus terus dijalankan, meskipun mungkin di sekitar tempat tinggal kita tidak ada sekolah semacam tahfizhul Qur-an. Kita dapat mengajarkannya di rumah kita, dengan kemampuan kita, karena pada dasarnya Al-Qur-an itu mudah.

( Shalat )

Perhatian terhadap shalat juga harus menjadi prioritas utama bagi orang tua kepada anaknya. Shalat merupakan tiang agama, jika seseorang melalaikannya niscaya agama ini tidak bisa tegak pada dirinya. Shalat ini pulalah yang pertama kali akan dihisab oleh Allah di akhirat. Untuk itulah, hendaknya orang tua dengan tiada bosan senantiasa memberikan contoh dengan shalat di awal waktu dengan berjama’ah di masjid, mengajaknya serta menanyakan kepada anaknya apakah dia telah menunaikan shalatnya ataukah belum.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مُـرُوْا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّـلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا، وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ.

“Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur 7 tahun, dan kalau sudah berusia 10 tahun meninggal-kan shalat, maka pukullah ia. Dan pisahkanlah tempat tidurnya (antara anak laki-laki dan anak wanita).” [ Hadits hasan: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 495), Ahmad (II/180, 187) dengan sanad hasan, dari ‘Amr bin Syu’aib ]

Mengajak isteri dan anak kita untuk melaksanakan shalat di awal waktu, merupakan salah satu perintah dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan kita untuk tetap sabar dalam menunaikan kewajiban ini, termasuk sabar dalam mengingatkan isteri dan anak kita untuk tetap menegakkannya.

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ

“Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki kepadamu, Kami-lah yang memberi rizki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertaqwa.” [Thaahaa : 132]

Jika anak kita sudah berumur 10 tahun, hendaknya sang ayah mengajaknya untuk menunaikan kewajiban shalat dengan berjama’ah di awal waktu di masjid. Ini merupakan pendidikan praktis yang sangat bermanfaat, karena dalam benak si anak akan tertanam kebiasaan dan perhatian yang mendalam tentang kewajiban yang sangat mulia ini. Terdapat banyak sekali hikmah dan manfaat yang terkandung di dalamnya.

Seseorang yang lalai dalam shalatnya, maka ia akan mengikuti hawa nafsunya, sebagaimana firman Allah:

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ ۖ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ

"Kemudian datanglah setelah mereka, pengganti yang mengabaikan shalat dan mengikuti keinginannya, maka mereka kelak akan tersesat.” [Maryam (19): 59]

Bentuk menyia-nyiakan shalat di antaranya adalah melalaikan kewajiban shalat, menyia-nyiakan waktu shalat dengan tidak melaksanakannya di awal waktu. Yang dengan sebab itu, mereka akan menemui kesesatan, kerugian dan keburukan.

( Selalu gak putus Doa )

Berdo’a kepada Allah ‘Azza wa Jalla pada waktu-waktu yang mustajab

Di samping ikhtiar yang dilakukan untuk menjadikan isterinya sebagai isteri yang shalihah, hendaknya sang suami juga memanjatkan do’a kepada Allah ‘Azza wa Jalla pada waktu-waktu yang mustajab (waktu terkabulkannya do’a), seperti sepertiga malam yang terakhir, agar keluarganya dijadikan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah, agar dia, isterinya, dan anak-anaknya dijadikan orang-orang yang shalih dan shalihah.

Seperti do’a yang tercantum di dalam Al-Qur-an:

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“...Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa.” [Al-Furqaan : 74]

Paling tidak, seorang suami hendaknya bisa menjadi teladan dalam keluarganya, dihormati oleh sang isteri dan anak-anaknya, kemudian mereka menjadi hamba-hamba Allah yang shalih dan shalihah, bertaqwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:

اَلرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ.

“Seseorang bergantung pada agama temannya. Maka hendaknya ia melihat dengan siapa dia berteman.” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 4833), at-Tirmidzi (no. 2378), Ahmad (II/303, 334) Shahih]

Apalagi kita mengetahui bahwa sesuatu yang jelek akan mudah sekali mempengaruhi hal-hal yang baik, namun tidak sebaliknya, terlebih dalam pergaulan muda-mudi seperti sekarang ini yang cenderung melanggar batas-batas etika seorang muslim. Mereka saling berkhalwat (berdua-duaan antara lawan jenis), sehingga bisikan syaitan mudah sekali menjerumuskan dirinya ke jurang kenistaan.

Atau pengaruh obat-obat terlarang yang dapat menjadikan dirinya bergantung dan merasa ketagihan terhadap obat-obat penenang yang diharamkan oleh Allah. Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan (NARKOBA) yang dilakukan generasi muda kaum muslimin telah banyak menjeremuskan mereka kepada kehinaan dan kesengsaraan.

Usaha yang telah kita curahkan beberapa tahun bisa saja menjadi sia-sia hanya karena anak kita salah memilih teman bermain atau teman di sekolah. Untuk itu, haruslah diperhatikan akhlak teman anak kita, apakah temannya itu memiliki pemahaman agama yang baik, apakah shalatnya baik, apakah dia senan-tiasa nasihat-menasihati dan tolong-menolong dalam kebajikan

Kamis, 24 Januari 2013

HUTANG DAN MENCARI PERTOLONGAN ALLAH SWT

SOLUSI TENTANG HUTANG

Usaha manusia mencakup dua dimensi, yaitu lahiriah dan batiniah. Biasanya usaha batiniah yang sering kita lupakan. Ujung-ujungnya ketika kita menghadapi kendala dalam usaha, kita langsung memvonis bahwa Tuhan tidak adil. Padahal, Dia selalu menolong hamba-Nya, namun kita sendiri yang tidak mau meminta pertolongan-Nya.

Disini ada cara bagaimana hutang-hutang anda segera terlunasi dengan cara Islam, yaitu dengan doa-doa yang berasal dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan dari hadist shahih dan Al Quran

Salah satu contoh hadist yang sangat termasyur. Dari Abu Said Al-Khudri r.a. diriwayatkan bahwa pada suatu hari Rasulullah SAW memasuki masjid. Tiba-tiba ada seorang pemuda yang sudah duduk lama di dalam masjid, pemuda itu bernama Abu Umamah.

Rasulullah SAW bertanya kepadanya : Wahai Abu Umamah, mengapa aku melihatmu duduk di masjid pada waktu-waktu di luar shalat? Abu Umamah menjawab, Aku sedang dilanda kesusahan dan dililit hutang-hutang wahai Rasulullah.

Rasulullah kemudian bersabda kepadanya, Ketauhilah aku akan mengajarkan kepadamu ucapan yang apabila engkau mengucapkannya, maka Allah SWT akan menyingkirkan kesedihan dan membayarkan hutang-hutangmu. Ucapkanlah pada waktu pagi dan sore :

Allahumma inni audzubika minal hammi wal hazani wa audzubika minal 'ajzi wal kasali wa audzubika minal jubni wal bukhli wa audzubika min ghalabatiddaini wa qahrirrijali

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari lilitan hutang dan kesewenang-wenangan manusia.

Kata Abu Umamah radhiyallahu anhu: Setelah membaca do'a tersebut, Allah berkenan menghilangkan kebingunganku dan membayarkan lunas semua hutangku. (HR Abu Dawud 4/353)

Doa penghilang hutang tsb justru ada permohonan berlindung dari sifat kikir, bukan kalimat lunasilah hutangku, yang nanti ada kaitannya dengan Surah At Talaq ayat 7 pd pembahasan dibawah

Jangan sampai kita diberi tahu sama ahli dan pakar kitanya lebih percaya tekun mencatat, tetapi hadist Rasulullah SAW yang dikasihkan kepada kita dicuekin, bagaimana etika kita disisi Allah SWT, caranya gak dipakai.

( Kepastian Pertolongan Allah SWT )

Allah SWT Berfirman Artinya : Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesngguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (TQS. Al-Hajj : 40)

Ayat ini menjelaskan kepastian pertolongan Allah bagi orang yang menolong-Nya. Kepastian pertolongan Allah ini dapat dilihat dari penggunaan perangkat tauqid sebanyak dua kali, yaitu lam ibtida dan nun tauqid (nun bertasydid).

Penggunaan sampai dua kali penekanan. Maka semestinya tidak boleh ada keraguan sedikitpun dibenak kita bahwa Allah benar-benar akan menolong orang yang menolong-Nya.

Dalam Tafsirnya Imam Al-Baghowi menjelaskan, bahwa menolong Allah yang dimaksud adalah menolong agama-Nya dan nabi-Nya.

Dalam Tafsirnya Imam Ath-Thobari menjelaskan, bahwa yang dimaksud adalah berjihad di jalan Allah, untuk meninggikan kalimat Allah atas ejekan musuh-musuh-Nya.

Menolong agamanya Allah berarti menolong agama Islam. Dengan kata lain mengembalikan posisi agama Islam sebagaimana mestinya agar Umat Islam ini kembali kepada ajaran Agama-Nya dan mencintai Agama-Nya. Dikala saat ini banyak umat yang dipalingkan oleh kelalaian dan kemaksiatan secara merata.

Dalam surah Al-Hajj ayat 40, Allah pasti menolong orang yang menolong Allah. Pada ayat 41, Allah menyifati orang-orang yang mendapat pertolongan tersebut :

Artinya : (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sholat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang maruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar, dan kepada Allahlah kembali segala urusan.

Kalau pada ayat tersebut Allah menunjukkan karakter orang-orang yang akan mendapat pertolongan Allah, maka sebaliknya pertolongan Allah tidak akan diberikan kepada orang-orang yang tidak memiliki karakter sebagaimana yang telah Allah tetapkan.
Karakter orang yang mendapat pertolongan Allah adalah orang-orang yang menjalankan/mengerjakan syariat Islam dan orang-orang yang melakukan amar maruf nahi mungkar.

Demikian juga orang-orang yang tidak mau melakukan amar maruf dan nahi mungkar, tentu tidak akan mendapatkan pertolongan Allah. Sebagaimana dalam firman-Nya.

Artinya : Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang dzalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan (QS. Huud : 113)

Pada ayat tersebut, Allah menjelaskan sifat orang yang tidak mendapat pertolongan Allah adalah orang yang cenderung kepada orang yang berbuat dzalim dan meridloi kedzaliman yang mereka lakukan serta tidak ada upaya untuk menghentikan kedzaliman mereka.

( Bersedekah )

Saat kita dihimpit persoalan ekonomi, saat kita banyak hutang dan tidak tahu bagaimana cara membayarnya, sedekah solusinya! Jika digali lebih dalam firman Allah ini

Surah At Talaq ayat 7 : Dan orang yang disempitkan rizkinya, hendaklah ia memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya

Para Sahabat Nabi adalah golongan yang selamat, Allah memuji mereka karena inilah sikap mereka ketika dibacakan Ayat-ayat Allah SWT :

Allah SWT Berfirman : Apabila Al-Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas wajah mereka sambil bersujud, seraya mereka berkata: Maha Suci Rabb kami, sesungguhnya janji Rabb kami pasti dipenuhi. Dan mereka menyungkur atas wajah mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu [Al-Isra : 107-109]

WASPADA BUDAYA LAWAK DAN UCAPAN LISAN YANG MELEWATI BATAS

Foto: ‎( NAHI MUNKAR ) WASPADA BUDAYA LAWAK DAN UCAPAN LISAN YANG MELEWATI BATAS - Seringkali dalam tontonan hiburan pelawak saling melempar hinaan, ledekan dan ejekan untuk menciptakan suasana segar. Dan mungkin kebawa dalam keseharian kita, pergaulan jadi kebawa sbg budaya kebiasaan yang dampaknya gak sedikit dicatetan amal. Dalam acara lawakan Kadang bentuk tubuh atau raut muka pelawak yang kurang sempurna dijadikan sebagai bahan canda untuk menciptakan suasana humoris. Bahkan kondisi cacat atau kelainan orang menjadi bumbu dan komoditi lawakan, sehingga kadang sebagian pelawak meniru gaya bicara, cara berjalan, dan prilaku aneh seseorang untuk menggelitik tawa penonton. Lebih parah, terkadang simbol agama menjadi sarana pelecehan para pelawak yang hanya ingin populer. 

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman:

إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

Ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. [Qaaf/50:17-18]

Lidah lebih tajam dari pisau, dan lebih bahaya dibandingkan dengan semua kejahatan, karena kebanyakan perbuatan jahat berawal dari mulut, atau kurang kontrol terhadap mulut. Oleh karena itu, Islam sangat perhatian terhadap bahaya lisan, dan menyuruh untuk menjaganya.

Dari Sahl bin Sa’ad Radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ يَضْمَنْ لِيْ مَا بَيْنَ لِحْبَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ

Barang siapa yang menjaminku mampu menjaga apa yang ada diantara dua bibirnya dan di antara kakinya, maka aku akan jamin surga.[Shahîh, diriwayatkan Imam al-Bukhâri dalam Shahîh-nya (6474) dan Imam Muhammad at-Tibrizi dalam Miskatul-Masabih, Bab: Mizah (4889)]

Di antara pertanda kebaikan Islam seseorang, ialah meninggalkan apa yang tidak penting baginya. Apalagi berbicara dusta dan bohong untuk mengundang gelak tawa manusia, maka yang demikian itu merupakan perkataan yang melebihi kesiasiaan. Seandainya mereka mengetahui akibatnya, sungguh mereka akan banyak menangis daripada tertawa.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لَوْ تَغْلَمُوْنَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَشِيْرًا

Jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui, maka kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis. [ Shahih, diriwayatkan Imam at-Tirmidzi dalam Sunan-nya (2313)]

Adakalanya seorang pelawak dengan seenaknya membuat guyonan yang melecehkan simbol dan syiar Islam. Bahkan pernah ada seorang pelawak dengan enteng membuat lelucon dengan ucapan “syukur (maksudnya, cukur) al-Hamdulillah” kepada temannya yangberperan sebagai tukang cukur botak sebelah. Padahal mengolok-olok agama dan menggunakan ayat-ayat al-Qur`an untuk bercanda hukumnya haram. 

Karena mengolok-olok Allah atau Rasul-Nya atau Sunnah merupakan kekufuran dan riddah (keluar dari Islam). Yaitu mengeluarkan pelakunya dari keislaman, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan.

وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ ۚ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ ۚ إِن نَّعْفُ عَن طَائِفَةٍ مِّنكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami mema’afkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengadzab golongan (yang lain) di sebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. [at-Taubah/9:65-66]

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا ۚ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُّهِينٌ وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِ آيَاتُنَا وَلَّىٰ مُسْتَكْبِرًا كَأَن لَّمْ يَسْمَعْهَا كَأَنَّ فِي أُذُنَيْهِ وَقْرًا ۖ فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ

Dan di antara manusia (ada) yang mempergunakan perkataan yang tak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh adzab yang menghinakan. Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, (maka) dia berpaling dengan menyombongkan diri seolaholah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbat di kedua telinganya; maka beri kabar gembiralah dia dengan adzab yang pedih. [Luqman/31:6-7]‎
hati hati dengan banyak tertawa

 
Seringkali dalam tontonan hiburan pelawak saling melempar hinaan, ledekan dan ejekan untuk menciptakan suasana segar. Dan mungkin kebawa dalam keseharian kita, pergaulan jadi kebawa sbg budaya kebiasaan yang dampaknya gak sedikit dicatetan amal. Dalam acara lawakan Kadang bentuk tubuh atau raut muka pelawak yang kurang sempurna dijadikan sebagai bahan canda untuk menciptakan suasana humoris. Bahkan kondisi cacat atau kelainan orang menjadi bumbu dan komoditi lawakan, sehingga kadang sebagian pelawak meniru gaya bicara, cara berjalan, dan prilaku aneh seseorang untuk menggelitik tawa penonton. Lebih parah, terkadang simbol agama menjadi sarana pelecehan para pelawak yang hanya ingin populer.

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman:

إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

Ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. [Qaaf/50:17-18]

Lidah lebih tajam dari pisau, dan lebih bahaya dibandingkan dengan semua kejahatan, karena kebanyakan perbuatan jahat berawal dari mulut, atau kurang kontrol terhadap mulut. Oleh karena itu, Islam sangat perhatian terhadap bahaya lisan, dan menyuruh untuk menjaganya.

Dari Sahl bin Sa’ad Radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ يَضْمَنْ لِيْ مَا بَيْنَ لِحْبَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ

Barang siapa yang menjaminku mampu menjaga apa yang ada diantara dua bibirnya dan di antara kakinya, maka aku akan jamin surga.[Shahîh, diriwayatkan Imam al-Bukhâri dalam Shahîh-nya (6474) dan Imam Muhammad at-Tibrizi dalam Miskatul-Masabih, Bab: Mizah (4889)]

Di antara pertanda kebaikan Islam seseorang, ialah meninggalkan apa yang tidak penting baginya. Apalagi berbicara dusta dan bohong untuk mengundang gelak tawa manusia, maka yang demikian itu merupakan perkataan yang melebihi kesiasiaan. Seandainya mereka mengetahui akibatnya, sungguh mereka akan banyak menangis daripada tertawa.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لَوْ تَغْلَمُوْنَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَشِيْرًا

Jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui, maka kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis. [ Shahih, diriwayatkan Imam at-Tirmidzi dalam Sunan-nya (2313)]

Adakalanya seorang pelawak dengan seenaknya membuat guyonan yang melecehkan simbol dan syiar Islam. Bahkan pernah ada seorang pelawak dengan enteng membuat lelucon dengan ucapan “syukur (maksudnya, cukur) al-Hamdulillah” kepada temannya yangberperan sebagai tukang cukur botak sebelah. Padahal mengolok-olok agama dan menggunakan ayat-ayat al-Qur`an untuk bercanda hukumnya haram.

Karena mengolok-olok Allah atau Rasul-Nya atau Sunnah merupakan kekufuran dan riddah (keluar dari Islam). Yaitu mengeluarkan pelakunya dari keislaman, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan.

وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ ۚ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ ۚ إِن نَّعْفُ عَن طَائِفَةٍ مِّنكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami mema’afkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengadzab golongan (yang lain) di sebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. [at-Taubah/9:65-66]

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا ۚ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُّهِينٌ وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِ آيَاتُنَا وَلَّىٰ مُسْتَكْبِرًا كَأَن لَّمْ يَسْمَعْهَا كَأَنَّ فِي أُذُنَيْهِ وَقْرًا ۖ فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ

Dan di antara manusia (ada) yang mempergunakan perkataan yang tak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh adzab yang menghinakan. Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, (maka) dia berpaling dengan menyombongkan diri seolaholah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbat di kedua telinganya; maka beri kabar gembiralah dia dengan adzab yang pedih. [Luqman/31:6-7]

Ibu.. Ibu Adalah Jabatan Yang Mulia

mother
  Ibu adalah nama lain dari kasih sayang yang indah, yang diberikan Allah sebagai rahmat bagi hambaNya. Ibu ibarat malaikat yang menjadi pelindung anak- anaknya dari setiap kejahatan yang akan menyakiti mereka. Bahkan ketika manusia terlahir tanpa dampingan seorang ibu, rasanya mereka akan siap menukar apapun yang dimilikinya demi kehadian sang ibu tercinta. Maka tak heran jika seorang ibu selalu diagungkan kebaikannya, baik ketika dia masih ada ataupun sudah tiada.

Dengan ibu jugalah, anak- anak belajar mengenali dan mempelajari dunia ini. Lalu bagaimanakah sikap kita sebagai seorang ibu, agar kita pantas dijadikan tauladan yang baik untuk anak- anak kita?

Pertama, menjadi ibu yang penuh kasih sayang

Yang pertama dan utama jadilah ibu yang baik dan kasih sayang. Dari sikap terpuji inilah anak- anak akan mengenali dan mencontoh bahwa hanya kebaikan dan kasih sayang lah yang sebenarnya diperlukan jika mereka ingin selalu disayangi, dan diterima oleh kehadirannya oleh sesama. Sebaliknya, mereka juga akan belajar membedakan bahwa perbuatan jahat hanya akan menyakiti orang lain dan merugikan diri mereka sendiri.

Kedua, ramah dan menghargai orang lain

Selain itu, ajarkan kepada anak bahwa setiap orang itu berbeda, dan kita harus menghargai perbedaan-perbedaan itu. Tanamkan pada diri anak- anak kita bahwa tidak seorang pun senang diperlakukan kasar. Maka ucapan terima kasih, tolong, dan maaf, harus dibiasakan sedari mereka kecil, agar terpola dalam pikiran anak bahwa sikap ramah adalah hal penting yang dibutuhkan untuk menjalin sebuah persahabatan.

ketiga, tegas dalam berprinsip.

Kenalkan pada anak- anak kita, bahwa di dunia ini juga ada hal yang tidak bisa kita tawar tentangnya. Sebagai contoh adalah masalah akidah. Kenalkan kepada mereka berikut alasannya tentang kepastian dan kepatenan nilai- nilai tersebut untuk harus selalu kita patuhi.

keempat, Luangkan Waktu Untuk Komunikasi Yang Hangat

Jika kita mengharapkan anak akan patuh, maka komunikasi yang hangat dari kita sebagai ibu, sangat penting untuk dilakukan. Dan dalam berkomunikasi, anak dan ibu juga membutuhkan banyak waktu. Maka sudah seharusnya kita menyediakan waktu untuk membangun hubungan yang berkualitas dengan anak- anak mereka.

Tunjukkan kepada anak, bahwa dengan berkomunikasi, kita dapat menjadi partner mereka yang baik dalam mencari kebaikan. Jika akhirnya nasehat harus diberikan, maka biarkan terlebih dahulu mereka mengemukakan ide dan pikiran mereka, dan jangan beri batasan agar mereka juga tidak mengambil jarak dengan kita. Dengan itu InshaAllah mereka akan menjadikan kita sebagai contoh, karena kemampuan kita menjadi pendengar yang merangkul dan mengayomi mereka, saat mereka susah.

Kelima, bersikap positif

Sebagai seorang ibu, hendaknya kita berhati- hati dalam bersikap dan berucap. Anak- anak kebanyakan akan meniru materi, pemikiran bahkan gaya bicara kita terutama bila mereka berada di dekat kita. Pembicaraan dan sikap yang positif akan memberikan contoh yang baik pula bagi mereka, agar kelak menjadi pribadi yang positif.

keenam, Konsisten

Dari semua sikap yang kita berikan kepada anak- anak kita tersebut, maka tak akan ada gunanya jika kita sendiri tidak konsisten dengan yang telah kita ajarkan. Pencontohan sikap baik yang terus menerus dan konsisten, akan lebih mudah terbahasakan kepada anak ketimbang hanya sekedar nasehat atau kata- kata yang kita suarakan ke telinga mereka.

Rabu, 23 Januari 2013

BUDAYA IDOLA MENGARAH KEPADA BERHALA SI MATA TUNGGAL

 
Apa yang bakal terjadi saat kamu melihat seorang selebritis yang biasa wara-wiri di tivi, eh tiba- tiba hadir di depan kamu?. Seperti yang udah- udah, biasanya banyak orang bakalan jadi kamseupay dadakan, atau paling minim teriak- terak histeris minimalis dan minta foto bareng. Nggak jarang juga, yang awalnya pada diem jadi ikut- ikutan heboh sendiri dan minta tanda tangan. Kita juga sudah nggak heran dengan pemandangan seorang anak muda yang kamarnya dipenuhi dengan berbagai gambar idola mereka. Nggak berhenti sampai disana, gaya hidup, cara bertingkah laku, sampai kejadian kecil sang idola juga nggak habis- habisnya ditiru oleh mereka.

Kemunculan fenomena idola saat ini memang sudah kelewat batas. Dan jangan salah, hal ini jelas bukannya tanpa tujuan. Pastilah di balik sebuah rencana yang besar tersimpan tujuan yang besar pula. Lalu apa sih tujuannya, kok kamu- kamu di suguhi tontonan idola yang nggak ada habisnnya setiap hari ini?.

Idola yang di sodorkan ke kamu sekarang, kebanyakan cuman khayalan dan penipuan. Padahal islam sudah jelas- jelas punya tokoh teladan yang nyata dan prestasi serta karya mereka nggak main- main loh.

Salah satunya adalah Imam Syafi’i. Beliau yang bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Idris As Syafi’i ini, saat berusia 9 tahun, beliau telah menghafal seluruh ayat Al Quran dengan lancar bahkan beliau sempat 16 kali khatam Al Quran dalam perjalanannya dari Mekkah menuju Madinah.

Di usia 15 tahun, beliau telah duduk di kursi mufti kota Mekkah. Contoh yang lain adalah Zaid bin tsabit yang di usia 11 tahun dalam waktu sangat singkat dia dapat menuliskan dan menghafal 17 surat Al-Qur'an.

Disamping itu, Beliau juga dipercaya sebagai sekretaris untuk menuliskan dan menghafal wahyu yang baru diterima Rasulullah, Zaid pun mendapat tugas dari Rasulullah untuk mempelajari bahasa Ibrani dan Suryani, dua bahasa yang sering dipergunakan musuh Islam pada waktu itu.

Kedua bahasa ini dikuasai oleh Zaid dalam waktu sangat singkat, 32 hari !. Luar Biasa kan?

Tengok juga Ibnu Sina yang berhasil menghafal Alquran pada usia7 tahun dan memahami metafisika pada usia 8 tahun. Dan Ketika menginjak 18 tahun, Ibnu Sina telah berhasil menguasai semua bidang ilmu diantaranya ilmu hikmah, kedokteran, matematika dengan berbagai cabangnya.

Beliaulah juga yang menemukan peredaran darah manusia dan anatominya, 600 tahun sebelum Wiliam harvey, dan penemu pengobatan lintah yang justru populer di Eropa pada abad 18.Dan masterpiece beliau dalam bidang kedokteran adalah terciptanya Kitab Al-Qanun adalah salah satu karya beliau yang melegenda.

Kitab ini berisi kumpulan metode pengobatan purba dan metode pengobatan Islam. Saking pentingnya, kitab tersebut sampai kini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Inggris, Prancis dan Jerman. Dan hebatnya lagi, kitab Al- Qanun bahkan pernah menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di universitas-universitas Eropa.

Dan satu-satunya panutan sejati, satu-satunya, dialah Muhammad sang Rasul. Manusia mulia yang setiap namanya disebut, malaikat, langit dan bumi, bersolawat untuknya.

Sudah saatnya kamu kembali mencontoh teladan sejati, ilmuwan-ilmuwan dan para kesatria Islam, dan Panglima kita, Rasulullah Muhammad SAW, solawat dan salam atasnya.

Mumpung masa muda kamu belum terlewatkan, InsyaAllah masih ada kesempatan buat kamu untuk berbenah diri. Saatnya menjadi Remaja Islam Sejati

Ya, berhala zaman sekarang adalah manusia. Penyembahnya manusia pula. Manusia menyembah manusia, itulah adanya sekarang. Berhala-berhala masa kini adalah para selebritis. Mereka yang rupawan, punya wajah tampan atau cantik. Punya tubuh indah dan punya senyum menggoda. Penyembah mereka, amboi alangkah banyaknya.

Setiap selebritis yang dijadikan berhala ini akan disambut dengan teriakan histeris saat mereka bertemu dengan para penyembah mereka. Sungguh teriakan-teriakan yang memekakkan telinga. Untuk kesan lebih mistis, ada pula penyembah berhala yang sampai pingsan-pingsan dibuatnya. Juga ada yang menangis terharu. Seolah merasa tak sanggup menahan buncahan bahagia dan haru telah bertemu dengan sesembahan mereka. Dengannya mereka besar-besaran bersedekah karena mumpung dateng dari negeri bule, padahal semuanya serba ilusi sesaat yang gak ngebekas apa-apa sama kehidupan kita. Mirip Ilusi dajjal ntar dah, mirip2 kayak beginian.

Ada penyembah berhala yang mengejar-mengejar selebriti berhala mereka sampai ke luar negeri. Beteriak-teriak histeris, tertawa dan menangis melihat mereka berjingkrak-jingkrak di panggung konser. Rela mengantri berjam-jam tak peduli panas menyengat, hujan berangin. Biaya untuk menonton konser ke luar negeri itu tak kalah banyak dari biaya umroh ke tanah suci atau biaya kuliah beberapa semester di universitas negeri.

Mau yang lebih fanatik lagi?

Sebut saja penggemar Justin Bieber yang dalam keadaan semi telanjang mencegat Justin Bieber dan minta dinikahi. Penggemar Michael Jackson yang rela menanggung sakit alang kepalang untuk dioperasi plastik berkali-kali agar mirip seperti sang pujaan. Atau penggemar Lady Gaga yang melumuri tubuhnya dengan darah kucing peliharaanya yang ia multilasi guna meniru adegan salah satu video klip penyanyi pujaannya itu. Naudzubillah. Semua rekayasa yahudi internasional emang ngarahin jaman kesana, kearah dajjal, bilamana kita baca hadist2 Nabi tentang dajjal itu sangat banyak sekali, bahkan dalam suatu riwayat si dajjal itu sangat mempesona kaum hawa sampe diiket dirumah oleh suaminya yg muslim saking ngejaganya.

"Kebanyakan orang yang mengikuti Dajjal ialah kaum Yahudi, para wanita, dan rakyat jelata" (Kanzul-'Ummal, jilid VII, hal. 2065)

Nah bagi yang udah sadar, dan nyampe ilmunya silahkan ngejagain saudara2 kita agar gak kebablasan, dinasihati rekan2nya dan kenalannya apalagi keluarga sendiri jangan dah kita terlena sama kelalaian yang berlebihan semoga kita semua dijauhkan dari marabahaya berhala idola tersebut, dan gak cukup cuma berdoa kita harus unjukin kinerja amalnya yang nyata baik dalam bentuk seruan, saling berbagi dakwah dan mendukung syiar2 Islam dimanapun berada, baik dimasjid kampungnya, musholla kantor dsb.

Belum Dapat Hidayah atau Menolak?

hidayah
Ada sebagian orang tidak bersedia bersiap untuk menerima hidayah dan tidak pula memperhatikannya. Semisal Allah sang Kholiq pemilik langit dan bumi menjanjikan karunia-Nya, namun kebanyakan kita lebih percaya sama janji selainnya, karena kehidupan yang disandarkan pada materil maka imannya tidak dominan di hati. Inilah tipuan Iblis yang menilaikan kepada materi sebagai biang materialisme disematkan pada si Iblis bermula ketika ia berkata lebih mulia dari Adam, karena adam materi tanah sedangkan dia dibuat dari api.

Iblis tidak dilihat perintah Allah-Nya, tetapi Iblis lebih menilaikan kepada materi dirinya lalu merasa mulia dan semuanya timbul dari kesombongan materi. Ilmu ini ditularkan kepada manusia, dimana propaganda keseharian kita terasa segala sesuatunya dinilai dari materi dan kesombongan ala Iblis. Dari sinilah yang membuat Iman melemah bahkan bila dituruti bisa jadi imannya musnah, karena kesanain yg ada bakalan dunia yang dikejar dengan menghalalkan segala cara.

Sehubungan dengan hidayah adalah mereka yang beriman dan mengamalkan amal shaleh mentaati perintah-Nya, sebaliknya bagi yang tidak Allah Taala telah berfirman:

Kalau kiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar. Dan jikalau Allah menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga, sedang mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu. (QS. al-Anfal [8] : 23)

Sebagian orang tidak memperhatikan apakah dirinya beroleh petunjuk ataukah sesat tidak ada perhatian untuk menuntut ilmu agama atau tidak menuntutnya dengan prioritas.

Akan tetapi, seandainya keluarganya tidak punya roti (beras), tentulah problem ini lebih penting baginya daripada mengetahui makna surat al Fatihah atau hal-hal yang dpat menunjukinya kepada masalah-masalah agamanya yang bersfiat fardhu ain atau sunnah Nabi Shallahu alahi wasslam dalam shalatnya.

Allah SWT Berfirman, Sebenarnya pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai (kesana), malahan mereka ragu-ragu tentang akhirat itu, lebih-lebih lagi mereka buta darinya. (QS. An-Naml [27] : 66)

Hidayah ialah menerima perkara-perkara agama yang harus dipegang sebagai the way of life. Sebagian manusia ketika bermitra dengan thagut, mengandalkan. Segala penghambaan selain ketaatan kepada Allah, padahal Allah memperintahkan dirinya, maka sama saja dirinya mempersilahkan hidayah menjauh.

Hidayah, memenuhi seruan Allah, baik dalam amal shaleh apapun, tidak berpengaruh ketika kita masih dalam keadaan terlalaikan, baik faktor kebiasaan yang meremehkan Agama, lingkungan dan pergaulan.

Beliau Shallahu alaihi was salam pernah bersabda pula, Seseorang itu dinilai berdasarkan tuntunan teman dekatnya. Oleh karena itu, hendaklah seseorang diantara kalian memperhatikan sispa yagn akan dijadikan teman dekatnya. (HR. Abu Dawud dan Tirmizi)

Ada sebagian orang tidak punya kesiapan untuk menerima hidayah dan tidak pula memperhatikannya. Disuruh berjilbab, shalat, sedekah, hijrah dari lingkungan tidak Islami, maka penilaiannya adalah materi kenyamanan dirinya, bukan lagi Allah, dan akhirnya timbul kesombongan meremehkan Quran dan Sunnah.

Sehubungan dengan hal ini Allah Taala sekali lagi telah berfirman:

Kalau kiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar. Dan jikalau Allah menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga, sedang mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu. (QS. al-Anfal [8] : 23)

Trend Kata Kata Bijak

Kata-kata bijak adalah kata-kata yg tidak bijak. Ketika Ayat2 Qur'an dan Hadist Shahih, Atsar Shahabat dan Tabiin tidak sebanyak disalin forward seperti halnya kata-kata bijak. Trend kata-kata bijak, rangkaian kata-kata mulai banyak tidak lagi terkait hati dgn keimanan, cinta menolong agama Allah dan Rasul-Nya seperti sahabat Nabi, bahwa pesan yg mengandung bahwa Islam sbg kebenaran Mutlak, jauhi maksiat dan syirik.

Walaupun ada kata2 bijak membawa kepada keimanan dan ibadah itu jelas oke bgt, namun ketika berasa ada sebagian pembuat kata-kata Bijak seringkali menghindari kebijakan yg tidak disukai kebanyakan orang, akhirnya samarlah kebenaran mutlak. Terbiasa logika bijak bila penuh didalam diotak, ia bisa menolak sebagian isi Al Quran dan Syariat-Nya yg isinya keimanan dan keyakinan, dan gak melulu logika yg gak bijak.


Karena keimanan kita hanya Allah SWT yg maha bijaksana.


Dan Rosulullah SAW tegas dalam menyampaikan keimanan seutuh-utuhnya, apa adanya, walau tidak disukai Abu Jahal dan para pembesarnya. Sebagian kata bijak janganlah merasa risih berdalil Al Quran

Para Sahabat Nabi adalah golongan yang selamat, Allah memuji mereka karena inilah sikap mereka ketika dibacakan Ayat-ayat Allah SWT :

Allah SWT Berfirman : Apabila Al-Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas wajah mereka sambil bersujud, seraya mereka berkata: Maha Suci Rabb kami, sesungguhnya janji Rabb kami pasti dipenuhi. Dan mereka menyungkur atas wajah mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu [Al-Isra : 107-109]

Selasa, 22 Januari 2013

BUAH MANIS KEIMANAN KEPADA QADHA DAN QADHAR

 
Seseorang yang beriman kepada qadar mengetahui bahwa rizkinya telah tertuliskan, dan bahwa ia tidak akan meninggal sebelum ia menerima sepenuhnya, juga bahwa rizki itu tidak akan dicapai oleh semangatnya orang yang sangat berhasrat dan tidak dapat dicegah oleh kedengkian orang yang dengki. Ia pun mengetahui bahwa seorang makhluk sebesar apa pun usahanya dalam memperoleh ataupun mencegahnya dari dirinya, maka ia tidak akan mampu, kecuali apa yang telah Allah tetapkan baginya.

Dari sini muncullah qana’ah terhadap apa yang telah diberikan, kemuliaan diri dan baiknya usaha, serta membebaskan diri dari penghambaan kepada makhluk dan mengharap pemberian mereka.

Hal tersebut tidak berarti bahwa jiwanya tidak berhasrat pada kemuliaan, tetapi yang dimaksudkan dengan qana’ah ialah, qana’ah pada hal-hal keduniaan setelah ia menempuh usaha, jauh dari kebakhilan, kerakusan, dan dari mengorbankan rasa malunya.

Maksud dari cita-cita yang tinggi adalah menganggap kecil apa yang bukan akhir dari perkara-perkara yang mulia. Sedangkan cita-cita yang rendah, yaitu sebaliknya dari hal itu, ia lebih mengutamakan sesuatu yang tidak berguna, ridha dengan kehinaan, dan tidak menggapai perkara-perkara yang mulia.

Iman kepada qadar membawa pelakunya kepada kemauan yang tinggi dan menjauhkan mereka dari kemalasan, berpangku tangan, dan pasrah kepada takdir.

Karena itu, Anda melihat orang yang beriman kepada qadar -dengan keimanan yang benar- adalah tinggi cita-citanya, besar jiwanya, mencari kesempurnaan, dan menjauhi perkara-perkara remeh dan hina. Ia tidak rela kehinaan untuk dirinya, tidak puas dengan keadaan yang pahit lagi menyakitkan, dan tidak pasrah terhadap berbagai aib dengan dalih bahwa takdir telah menentukannya.

Bahkan keimanannya mengharuskannya untuk berusaha bang-kit, mengubah keadaan yang pahit serta menyakitkan kepada yang lebih baik dengan cara-cara yang disyari’atkan, dan untuk terbebas dari berbagai aib dan kekurangan. (Karena) berdalih dengan takdir hanyalah dibenarkan pada saat tertimpa musibah, bukan pada aib-aib (yang dilakukannya)

Iman kepada qadar akan membawa kepada keadilan dalam segala keadaan, sebab manusia dalam kehidupan dunia ini mengalami keadaan bermacam-macam. Adakalanya diuji dengan kefakiran, adakalanya mendapatkan kekayaan yang melimpah, adakalanya menikmati kesehatan yang prima, adakalanya diuji dengan penyakit, adakalanya memperoleh jabatan dan popularitas, dan adakalanya setelah itu dipecat (dari jabatan), hina, dan kehilangan nama.

Perkara-perkara ini dan sejenisnya memiliki pengaruh dalam jiwa. Kefakiran dapat membawa kepada kehinaan, kekayaan bisa mengubah akhlak yang baik menjadi kesombongan, dan perilakunya menjadi semakin buruk.

Sakit bisa mengubah watak, sehingga akhlak menjadi tidak lurus, dan seseorang tidak mampu tabah bersamanya.

Demikian pula kekuasaan dapat mengubah akhlak dan meng-ingkari sahabat karib, baik karena buruknya tabiat maupun sem-pitnya dada.

Sebaliknya dari hal itu ialah pemecatan. Adakalanya hal itu dapat memburukkan akhlak dan menyempitkan dada, baik karena kesedihan yang mendalam maupun karena kurangnya kesabaran.

Begitulah, keadaan-keadaan tersebut menjadi tidak lurus pada garis keadilan, karena keterbatasan, kebodohan, kelemahan, dan kekurangan dalam diri hamba tersebut.

Kecuali orang yang beriman kepada qadar dengan sebenarnya, maka kenikmatan tidak membuatnya sombong dan musibah tidak membuatnya berputus asa, kekuasaan tidak membuatnya congkak, pemecatan tidak menurunkannya dalam kesedihan, kekayaan tidak membawanya kepada keburukan dan kesombongan, dan kefakiran pun tidak menurunkannya kepada kehinaan.

Orang-orang yang beriman kepada qadar menerima sesuatu yang menggembirakan dan menyenangkan dengan sikap menerima, bersyukur kepada Allah atasnya, dan menjadikannya sebagai sarana atas berbagai urusan akhirat dan dunia. Lalu, dengan melakukan hal tersebut, mereka mendapatkan, berbagai kebaikan dan keberkahan, yang semakin melipatgandakan kegembiraan mereka.

TELADAN ALI DAN FATIMAH BERSEDEKAH

YUK SEDEKAH
 Sesudah melepas lelah, Ali berkata kepada Fatimah. Maaf sayangku, kali ini aku tidak membawa uang sepeser pun.
Fatimah menyahut sambil tersenyum, Memang yang mengatur rezeki tidak duduk di pasar, bukan? Yang memiliki kuasa itu adalah Allah Taala. Terima kasih, jawab Ali. Matanya memberat lantaran istrinya begitu tawakal. Padahal, persediaan dapur sudah ludes sama sekali. Toh, Fatimah tidak menunjukan sikap kecewa atau sedih.

Ali lalu berangkat ke masjid untuk menjalankan shalat berjamaah. Sepulang dari masjid, di jalan ia dihentikan oleh seorang bapak tua.

Maaf anak muda, betulkah engkau Ali anaknya Abu Thalib? tanya lelaki tua itu

Ali menjawab heran. Ya, betul. Ada apa, Tuan?

Orang tua itu merogoh kantongnya seraya menjawab, Dahulu ayahmu pernah kusuruh menyamak kulit. Aku belum sempat membayar ongkosnya, ayahmu sudah meninggal. Jadi, terimalah uang ini, sebab engkaulah ahli warisnya.

Dengan gembira Ali mengambil haknya dari orang itu sebanyak 30 dinar.

Tentu saja Fatimah sangat gembira memperoleh rezeki yang tidak di sangka-sangka ketika Ali menceritakan kejadian itu. Dan ia menyuruh membelanjakannya semua agar tidak pusing-pusing lagi merisaukan keperluan sehari-hari.

Ali pun bergegas berangkat ke pasar. Sebelum masuk ke dalam pasar, ia melihat seorang fakir menadahkan tangan, Siapakah yang mau mengutangkan hartanya untuk Allah, bersedekahlah kepada saya, seorang musafir yang kehabisan bekal di perjalanan.

Tanpa pikir panjang lebar, Ali memberikan seluruh uangnya kepada orang itu.

Pada waktu ia pulang dan Fatimah keheranan melihat suaminya tidak membawa apa-apa, Ali menerangkan peristiwa yang baru saja dialaminya.

Fatimah, masih dalam senyum, berkata, Keputusan kanda adalah yang juga akan saya lakukan seandainya saya yang mengalaminya. Lebih baik kita mengutangkan harta kepada Allah daripada bersifat bakhil yang dimurkai-Nya, dan menutup pintu surga buat kita. Dan kehidupan keduanya pun diberkahi Allah SWT

Allah SWT Berfirman : Sesiapa kikir, dia kikir hanya terhadap dirinya sendiri. Allah Yang Kaya, kamu yang fakir (berkeperluan). Jika kamu berpaling, Dia akan tukar kamu dengan kaum yang selain daripada kamu, kemudian mereka tidaklah yang serupa dengan kamu. (QS.47:38)

BEROBAT CARA NABI MERAIH PAHALA SUNNAH DAN KESEHATAN SEKALIGUS

Ibnu Qoyyim al-Jauziyah berkata dalam Zaadul Ma’ad (IV/33) : “Pengobatan cara Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam memiliki perbedaan dibanding dengan metode pengobatan lainnya. Karena metode ini bersumber dari wahyu, misykat kenabian dan akal yang sempurna, maka tentu memiliki derajat kepastian yang menyakinkan di samping memiliki nilai keilahian, berbeda dengan metode pengobatan lainnya yang umumnya hanya berdasarkan pikiran, dugaan atau pengalaman semata-mata

Metode pengobatan ini sangat meyakinkan untuk menjadi sebab kesembuhan, sedangkan pengobatan lain lebih banyak merupakan hipotesis (dugaan) karena para dokter merupakan manusia biasa, sedangkan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah seorang Nabi sekaligus Rasul dimana segala sesuatu yang beliau katakan dan lakukan mutlak kebenarannya.


Pernyataan tersebut berdasarkan firma
n Allah Subhanahu wa Ta'ala,

وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (qs. AL-Najm: 3-4)

Pengobatan ini bersandar kuat kepada akidah Islamiyah yang menyatakan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah pemilik alam semesta ini. Kesembuhan terletak di tangan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dia yang memberikan kesembuhan kepada manusia. Seperti Firman-Nya Subhanahu wa Ta'ala,

إِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ

“Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku.” (QS. Al-Syu’aro’: 80)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

مَا أَنْزَلَ اللَّهُ دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً

“Bagi setiap penyakit yang diturunkan Allah ada obatnya yang juga diturunkan-Nya.” (HR. Al-Bukhari) Pernyataan ini merupakan penegasan tentang hakikat dan akidah yang seyogyanya tidak hilang dari hati setiap muslim.

Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah memberi petunjuk tentang banyak obat-obatan, mengajari cara untuk memanfaatkannya, sehingga diperoleh kesembuhan dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jika kita mencermati sabda-sabda beliau tentang pengobatan, baik pengobatan yang beliau laksanakan untuk mengobati diri sendiri atau beliau anjurkan kepada orang lain, maka di dalamnya akan kita temukan hikmah yang tidak mampu diterima oleh akal kebanyakan dokter. Wallahu Ta'ala A'lam
( ROSULULLAH SAW DOKTER TERBAIK ) BEROBAT CARA NABI MERAIH PAHALA SUNNAH DAN KESEHATAN SEKALIGUS - Ibnu Qoyyim al-Jauziyah berkata dalam Zaadul Ma’ad (IV/33) : “Pengobatan cara Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam memiliki perbedaan dibanding dengan metode pengobatan lainnya. Karena metode ini bersumber dari wahyu, misykat kenabian dan akal yang sempurna, maka tentu memiliki derajat kepastian yang menyakinkan di samping memiliki nilai keilahian, berbeda dengan metode pengobatan lainnya yang umumnya hanya berdasarkan pikiran, dugaan atau pengalaman semata-mata

Metode pengobatan ini sangat meyakinkan untuk menjadi sebab kesembuhan, sedangkan pengobatan lain lebih banyak merupakan hipotesis (dugaan) karena para dokter merupakan manusia biasa, sedangkan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah seorang Nabi sekaligus Rasul dimana segala sesuatu yang beliau katakan dan lakukan mutlak kebenarannya.

Pernyataan tersebut berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,

وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى  إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (qs. AL-Najm: 3-4)

Pengobatan ini bersandar kuat kepada akidah Islamiyah yang menyatakan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah pemilik alam semesta ini. Kesembuhan terletak di tangan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dia yang memberikan kesembuhan kepada manusia. Seperti Firman-Nya Subhanahu wa Ta'ala,

 إِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ

“Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku.” (QS. Al-Syu’aro’: 80)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

مَا أَنْزَلَ اللَّهُ دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً

“Bagi setiap penyakit yang diturunkan Allah ada obatnya yang juga diturunkan-Nya.” (HR. Al-Bukhari) Pernyataan ini merupakan penegasan tentang hakikat dan akidah yang seyogyanya tidak hilang dari hati setiap muslim.

Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah memberi petunjuk tentang banyak obat-obatan, mengajari cara untuk memanfaatkannya, sehingga diperoleh kesembuhan dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jika kita mencermati sabda-sabda beliau tentang pengobatan, baik pengobatan yang beliau laksanakan untuk mengobati diri sendiri atau beliau anjurkan kepada orang lain, maka di dalamnya akan kita temukan hikmah yang tidak mampu diterima oleh akal kebanyakan dokter. Wallahu Ta'ala A'lam

Kamis, 17 Januari 2013

BERDOSA DAN GAK BERIMAN, KOK MALAH KAYA

 
Banyak Kita yang heran melihat orang yang bergelimang dalam kemaksiatan kepada Allah malah dibukakan pintu rezeki seluas-luasnya serta dimudahkan segala urusan hidupnya. Boleh jadi Allah memberikan kekayaan dalam rangka istidroj, yaitu agar semakin membuat seseorang terlena dalam maksiat dan kekufuran. Artinya disebabkan maksiat atau kesyirikan yang ia perbuat, Allah beri ia kekayaan, akhirnya ia pun semakin larut dalam kekayaan tersebut dan membuat ia semakin kufur pada Allah. Ia memang pantas diberi kekayaan, namun karena ia adalah orang yang durhaka. Kekayaan ini diberikan hanya untuk membuat ia semakin terlena dan bukan karena dirinya mulia

Allah SWT Berfirman artinya:
Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua PINTU-PINTU KESENANGAN untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami SIKSA mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (Al Anam : 44)

Allah SWT Berfirman artinya:
Dan biarkanlah Aku (saja) bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai KEMEWAHAN dan beri tangguhlah ( Ditunda ) mereka barang sebentar. Karena sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan NERAKA yang menyala-nyala. (Al Muzammil : 11-12)

Terkadang didalam dakwah, karena seruan materialisme menyebar kemana-mana, seruan Ulama dan Saudara seiman seringkali dilihat dari kedudukan, nama dan kekayaan bukan isi seruannya, dan sebaliknya seorang muslim atau para penyeru Agama Allah tidak jarang yang merasa rikuh menyampaikan bagian yang pahit didalam Al Qur'an dan Sunnah, bila dakwah mereka kepada para pembesar dan pemilik harta banyak, benarlah firman Allah SWT.

Allah SWT Berfirman artinya:
Maka boleh jadi kamu hendak meninggalkan sebahagian dari apa yang diwahyukan kepadamu dan sempit karenanya dadamu, karena khawatir bahwa mereka akan mengatakan: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya perbendaharaan KEKAYAAN atau datang bersama-sama dengan dia seorang malaikat?" Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan dan Allah Pemelihara segala sesuatu. (Huud : 12)

Ini dikuatkan dari pelajaran sejarah para Nabi-Nabi, dimana tidak ada diantara mereka yang lebih kuat, lebih kaya, lebih terkenal dari pada raja-raja dan pembesar semisal Fir'aun, Pembesar Quraisy Abu Jahal, Abu Lahab, Raja Namrudz, waspada dengan tipuan dan bisikan syetan yang menyerang ilmu yang menuntun hidayah teramat dahsyat, karena sedikitnya mereka yang kritis dengan ilmu agama Allah ini dan merasa benar karena kedudukannya.

Dalam Islam kesabaran dan ketaatan sangat terkait, bila kita memiliki harta kekayaan, kita disuruh taat bersedekah dan bersabar dengan mengeluarkan harta, terlebih mereka yang memberikan sedekah terbaik, begitupun dalam shalat kita disuruh sabar dari bisikan kemalasan, begitupula ibadah-ibadah lainnya yang ada didalam Quran dan Sunnah. Janganlah memilah dan memilih padahal ia surat dinas kita sebagai manusia menjadi khalifah dimuka bumi ini.

Imam Ahmad mengatakan, Sabar disebutkan di dalam Al-Quran sebanyak lebih dari 70 ayat. Kaitan sabar dan iman seperti halnya kedudukan kepala dan jasad. Seseorang yang tidak sabar dalam melaksaknakan ketaatan, dalam menjauhi kemaksiatan serta ketika tertimpa musibah maka ia sudah kehilangan sebagian besar dari imannya.(Kitab At-Tamhid: 391).

Advertisements!

Copyright @ 2013 DUNIA ISLAM | ARTIKEL MOTIVASI | ARTIKEL ISLAMI. Designed by Templateism | Love for The Globe Press