Lifestyle

Informasi:

Ini merupakan blog yang berisi artikel tentang memajukan Islam, mari bersatu, hindari perpecahan, Jadikan Islam sebagai Penguasa dunia dalam bisnis, pemerintahan dan semua sendi kehidupan

Kamis, 25 Oktober 2012

WAKTU BERNILAI MELEBIHI EMAS PERMATA

 
Terkadang emas hilang dan habis, namun kita dapat mendapatkannya lagi, bahkan mampu mendapatkan berlipat ganda dari yang telah hilang. Akan tetapi, waktu yang telah hilang dan masa yang telah berlalu tidak mungkin dapat dikembalikan lagi. Dengan demikian, waktu lebih berharga daripada emas, bahkan lebih berharga dari permata apa pun dan kekayaan berapa
pun, sebab waktu adalah kehidupan itu sendiri. Keberhasilan seseorang tidak hanya bertumpu pada rencana yang matang dan prasarana yang mendukung, namun juga sangat tergantung pada kesempatan dan peluang yang ada. Manusia selalu takut dengan masa depan dan sedih dengan masa yang sudah berlalu, padahal yang mendapat taufik adalah orang-orang yang melakukan amal tepat pada waktunya.

"Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang." (Al-Muzzammil: 20).

Oleh karenanya, manusia yang paling rugi dan yang terancam mendapatkan kegagalan adalah orang-orang yang lalai dan terlena.

"Dan sesungguhnya kami jadikan (untuk isi neraka jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (Al-A?raf: 179).

Di antara doa yang sering diucapkan oleh Abu Bakar ash-Shiddiq ra Adalah, "Ya Allah, jangan biarkan kami dalam kesengsaraan, jangan siksa kami secara tiba-tiba, dan jangan jadikan kami temasuk orang-orang yang lupa."

Umar bin Khathab ra selalu berdoa kepada Allah agar diberi barokah dalam waktu-waktu yang dilalui dan diberi kebaikan dalam saat-saat yang dilewati. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa pada hari kiamat nanti kaki hamba tidak akan bergeser dari tempatnya sebelum ditanya oleh Allah tentang umurnya: dalam hal apa ia habiskan; tentang hartanya: darimana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan.

Di antara gambaran mengagumkan tentang nilai waktu yang dilukiskan oleh Rasulullah saw adalah sabdanya, "Tiada suatu hari pun yang fajar terbit padanya, kecuali berseru, 'Wahai manusia, saya adalah makhluk baru yang menjadi saksi atas amalmu. Karena itu berbekallah dariku, sebab aku tidak akan kembali lagi padamu sampai hari kiamat'."

Waktu utama itu diberikan oleh Allah kepada kita kaum mukmin agar dapat kita gunakan untuk mengusir kabut kelalaian, kembali pada ingatan dan kesadaran, serta meraup keutamaan saat angin keredhaan Allah bertiup. Sebab, terkadang satu kebaikan dilipatgandakan bila dilakukan pada saat-saat yang diberkahi, sehingga Allah mengangkat derajat hamba-hamba-Nya yang saleh, sebagaimana Ia juga membuka pintu taubat seluas-luasnya agar orang-orang yang dikehendaki.

Ayat-ayat Alquran banyak memberikan isyarat pada hari, pekan, serta bulan yang berbarokah tersebut. Sunnah Nabi pun mempertegas isyarat tersebut. Allah SWT berfirman, "Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari dan di saat kamu berada di waktu subuh, dan bagi-Nya-lah segala puji di langit dan di bumi, dan di waktu kamu berada di petang hari dan di saat kamu berada di waktu zhuhur." (Ar-Ruum: 17-18).

"Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai." (Al-A?raf: 205).

"Demi fajar dan malam yang sepuluh (sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan)." (Al-Fajr: 1-2).

"Supaya mereka mempersaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan (tanggal 10, 11, 12, dan 13 dari bulan Dzulhijjah)." (Al-Hajj: 28). ( Disalin dari FB Majelis Kyai Ustadz = http://www.facebook.com/pages/MAJELIS-TAUSIAH-PARA-KYAI-USTADZ-INDONESIA/203914683789 )

Minggu, 21 Oktober 2012

Kesempurnaan Awal 10 Dzulhijjah


Segala puji bagi Allah Tuhan segenap alam, shalawat dan salam atas nabi dan
rasul  termulia,  Muhammad  Shallallaahu  'alaihi  wa  sallam serta seluruh
shahabatnya.


Termasuk karunia Allah dan pertolonganNya adalah menjadikan muslim kebaikan
bagi  hambaNya  yang shalih dan memperpanjang umur mereka untuk menyongsong
kebahagiaan  dan kesejahteraan di hari kemudian. Waktu-waktu yang agung dan
termulia  itu  diantaranya  adalah  sepuluh  hari  (awal) bulan Dzulhijjah.
Dalil-dalilnya adalah:
   1.       Firman       Allah       Subhaanahu       wa      Ta'ala      :
      "Demi  fajar,  dan  malam  yang sepuluh." (Al-Fajar: 1-2) Ibnu Katsir
      Rahimahullah menerangkan, bahwa yang di maksud adalah 10 hari pertama
      pada bulan Dzulhijjah.
   2.       Firman       Allah       Subhaanahu       wa      Ta'ala      :
      "Pada    hari-hari    yang    telah    ditentukan."   (Al-Hajj:   28)
      Ibnu  Abbas  Radhiallaahu  'anhu  berkata  yaitu:  hari-hari  sepuluh
      (Dzulhijjah).
   3.  Ibnu  Abbas  Radhiallaahu  'anhu  berkata:  Rasulullah  Shallallaahu
      'alaihi  wa  sallam  bersabda: "Tiada amal ibadah di hari apapun yang
      lebih  utama  dari  10  hari ini" mereka bertanya, "tidak pula jihad?
      Rasulullah bersabda: "Tidak pula jihad, kecuali seseorang yang keluar
      mempertaruhkan  jiwa  dan  hartanya,  kemudian  tidak  kembali dengan
      sesuatu apapun." (HR. Al-Bukhari)
   4.  Ibnu  Umar  Radhiallaahu  'anhu  berkata:  "Rasulullah  Shallallaahu
      'alaihi  wa  sallam  bersabda:  "Tiada hari-hari yang paling agung di
      sisi  Allah  dan  dicintaiNya  untuk beramal di dalamnya dari pada 10
      hari  (Dzulhijjah)  ini, maka perbanyaklah tahlil, takbir, dan tahmid
      pada saat ini." (HR. At-Thabrani)


Ibadah Yang Dianjurkan Pada Hari-Hari Tersebut
   1.  Shalat;  Disunnahkan  berangkat  lebih  awal  menuju (jamaah) shalat
      fardhu.  Memperbanyak  shalat sunnah, karena hal itu merupakan sarana
      pendekatan               yang              paling              utama.

      Sahabat Tsauban Radhiallaahu 'anhu berkata: saya mendengar Rasulullah
      Shallallaahu   'alaihi   wa   sallam   bersabda   "Hendaklah   kalian
      memperbanyak  sujud kepada Allah. Kerena sesungguhnya tidaklah kalian
      sujud  sekali  saja,  kecuali  Allah  akan  mengangkat  kalian  semua
      kepadaNya  dengan  sujud  itu satu derajat dan menggugurkan dengannya
      dari  kalian  satu  dosa"  (HR.  Muslim)  dan ini umumnya bagi setiap
      waktu.
   2.  Puasa:  Diriwayatkan dari sahabat Hunaidhan bin Khalid dari istrinya
      dari  sebagian  istri  Nabi  Shallallaahu  'alaihi wa sallam berkata:
      "Adalah  Rasulullah  Shallallaahu  'alaihi  wa sallam berpuasa pada 9
      Dzulhijjah,  sepuluh Muharram dan tiga hari setiap bulan" (HR. Ahmad,
      Abu                 Daud                dan                An-Nasa'i)
      Imam  An-Nawawi  berkata  tentang  puasa  di hari-hari sepuluh (awal)
      Dzulhijjah: "Sesungguhnya ia amat dianjurkan"
   3.  Takbir,  tahlil  dan  tahmid; sebagaimana telah di nukil dari hadits
      Ibnu  Umar  Radhiallaahu  'anhu  di atas: "Maka perba-nyaklah tahlil,
      takbir                           dan                          tahmid"

      Imam  Al-Bukhari  rahimahullah berkata: "Ibnu Umar Radhiallaahu 'anhu
      dan   Abu   Hurairah   Radhiallaahu  'anhu  keluar  ke  pasar  sambil
      mengumandang-kan  takbir dan orang-orang membaca takbir karena takbir
      beliau  berdua." Al-Bukhari juga mengatakan, "Umar Radhiallaahu 'anhu
      bertakbir  di  kubah  beliau di Mina sehingga jamaah masjid bertakbir
      mengumandang-kannya   dan   bertakbir   semua,  penghuni  pasar-pasar
      bertakbir    sehingga    Mina    merata    dengan    gema    takbir".
      Ibnu Umar Radhiallaahu 'anhu juga bertakbir di Mina di hari-hari itu,
      usai  shalat fardhu, di atas kudanya, dalam tenda, di waktu duduk dan
      berjalannya,  di  hari  itu seluruhnya disunnahkan mengeraskan takbir
      karena Umar, putranya dan Abi Hurairah melakukan demikian.
   4.  Puasa  pada  hari  Arafah; bagi selain yang melaksanakan ibadah haji
      sangat dianjurkan berpuasa hari Arafah karena Rasulullah Shallallaahu
      'alaihi  wa  sallam bersabda tentang puasa Arafah ini, "Yaitu menjadi
      jaminan  Allah  untuk  menghapus (dosa-dosa hamba) setahun sebelumnya
      dan setahun sesudahnya" (HR. Muslim)
   5.                 Keutamaan                 Hari                Qurban.
      Banyak  kaum  muslimin yang lupa akan keagungan hari ini padahal para
      ulama  berpendapat bahwa hari ini adalah hari yang paling utama dalam
      satu tahun secara mutlak bahkan melebihi hari Arafah.


Ibnu  Qoyim  berkata:  "  Sebaik-baik  hari  disisi  Allah adalah hari Raya
Qurban,  yaitu  hari  raya  Haji  yang agung". Sebagaimana dijelaskan dalam
Sunan  Abu  Dawud  dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam : "Sesungguhnya
seagung-agung  hari  di  sisi  Allah adalah hari raya Qurban, kemudian hari
menetap"  (hari menetap yaitu hari menetap di Mina, yaitu tanggal sebelas).
Demikian pula hari Arafah, yang juga sama-sama mulia dan agung.


Dengan Apa Menyambut Saat-Saat Kebajikan


      Seyogyanya  seluruh kaum Muslimin menyambut musim-musim kabajikan ini
      dengan  bertaubat  yang  benar  dan  bersungguh-sungguh  setulus hati
      meninggalkan   dosa   dan  kemaksiatan,  karena  dosa  menjadi  sebab
      terhalanginya  manusia  dari  fadhilah  Tuhan  dan menjadikan hatinya
      tertutup dari perlindunganNya.


      Seyogyanya  pula  menyongsong  dengan tekad dan kemauan yang kuat dan
      benar  untuk  merebut amalan-amalan yang diridhai Allah Subhaanahu wa
      Ta'ala  sebab orang yang bersungguh-sungguh menu-ju Allah, maka Allah
      pasti bersungguh-sungguh kepadanya.


      Firman  Allah  Subhaanahu  wa Ta'ala , artinya: "Dan orang-orang yang
      berjihad  untuk  (mencari  keridhaan)  Kami,  benar-benar  akan  Kami
      tunjukkan  kepada  mereka  jalan-jalan  Kami.Dan  sesungguhnya  Allah
      benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik". (Al-Ankabut: 69)


      "Dan  bersegeralah  kamu  kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga
      yang,   luasnya   seluas   langit  dan  bumi  yang  disediakan  untuk
      orang-orang yang bertaqwa" (Al-Imran:133)


      Maka  marilah  senantiasa  berse-mangat  merebut kesempatan yang akan
      segera  lewat,  sebelum  benar-benar terlewatkan hingga kita menyesal
      padahal  penyesalan begini tidak berguna. Dan masuklah dalam golongan
      orang-orang    yang   dipuji   Allah   dalam   firman-Nya,   artinya:
      "Sesungguhnya  mereka  adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam
      (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo'a kepada
      Kami  dengan  harap  dan  cemas.  Dan  mereka adalah orang-orang yang
      khusyu' kepada Kami.". (Al-Anbiya: 90)


HUKUM HARI RAYA QURBAN


      Hari  raya  ini  adalah  keistimewaan khusus buat umat kita, perayaan
      agama  yang  meriah,  termasuk  syiar dienul Islam, maka marilah kita
      berpartisipasi   dan   mengagungkannya.   Allah  berfirman,  artinya:
      "Demikianlah   (perintah   Allah).   Dan   barangsiapa   mengagungkan
      syi'ar-syi'ar  Allah,  maka  sesungguhnya  itu  timbul dari ketaqwaan
      hati". (QS: Al-Hajj: 32)


Adab-adab dan hukum Idul Adha:
   1.   Takbir,   disyariatkan   bertakbir  mulai  Shubuh  hari  Arafah  (9
      Dzulhijjah) sampai pada waktu Ashar di akhir hari Tasyriq (tanggal 13
      Dzulhijjah).
      Disunnahkan  bagi  kaum  pria  meninggikan  suaranya di masjid-masjid
      pasar,   rumah,   juga   setiap   usai  shalat  wajib  sebagai  bukti
      mengagungkan Allah dan menampakkan ibadah dan syukur kepadaNya.
   2.  Menyembelih  Qur'ban;  Dilaksanakan setelah shalat hari raya, karena
      Rasul   Shallallaahu   'alaihi   wa   sallam  bersabda:  "Siapa  yang
      menyembelih  sebelum  shalat maka hendaklah mengulangi berikutnya dan
      siapa  belum  menyembelih  hendaklah  menyembelih." (HR. Al-Bukhari).

      Waktu  menyembelih  adalah  4  hari,  yaitu hari Idul Adha dan 3 hari
      Tasyrik (tanggal: 11, 12 dan 13) sebagaimana sabda Rasul Shallallaahu
      'alaihi   wa   sallam   :  "Seluruh  hari  Tasyrik  adalah  hari-hari
      menyembelih" (Silsilah hadits shahih No. 2476)
   3.  Mandi dan menggunakan minyak wangi bagi kaum lelaki; Berpakaian yang
      paling  bagus tanpa berlebihan maupun terlalu panjang, tidak mencukur
      jenggot,   karena  hukumnya  haram.  Sedangkan  bagi  kaum  perempuan
      disyariatkan  keluar  ke  tempat shalat tanpa pakaian mewah dan tanpa
      minyak  wangi.  Jangan  sampai  dalam  shalat  yang tujuannya berbuat
      ketaatan   kepada   Allah,   mereka   malah   memakai   pakaian  yang
      menentangNya,  seperti  pakaian mewah, membuka aurat dan wewangian di
      depan lelaki.
   4. Makan daging Qurban: "Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam tidak
      makan sampai kembali dari shalat kemudian makan dari daging Qurban".
   5.  Pergi  ke  tempat  shalat  Ied  dengan  berjalan  kaki  selagi tidak
      menyusahkan.  Menurut sunnah, shalat hari Raya adalah dilaksanakan di
      tanah lapang kecuali ada halangan, seperti hujan maka dilaksanakan di
      dalam  masjid  seperti  yang  dilakukan Rasul Shallallaahu 'alaihi wa
      sallam .
   6. Shalat bersama kaum muslimin, lalu mendengarkan khutbah. Berdasar-kan
      firman  Allah  Subhaanahu  wa Ta'ala , yang artinya: "Maka dirikanlah
      shalat    karena    Rabbmu;    dan    berkorbanlah"    (QS.    108:2)
      Shalat  Ied  tidak  boleh  ditinggal  kecuali  karena  udzur  menurut
      syariat,  kaum  wanita diperintahkan mendatangi juga, termasuk wanita
      yang  sedang  haidh,  juga  orang tua, namun posisi wanita yang haidh
      menjauh dari tempat shalat.
   7.  Melewati  jalan  yang  berbeda:  Di sunnahkan bagi Anda berangkat ke
      mushalla  (tempat  shalat  di  lapangan)  hari raya ini melewati satu
      jalan   dan   pulang   lewat   jalan  yang  lain,  karena  Rasulullah
      Shallallaahu 'alaihi wa sallam melaksanakan demikian.
   8.  Mengucapkan  selamat  berhari raya di bolehkan seperti ucapan semoga
      Allah menerima amal ibadah kami dan Anda sekalian.


Berhati-hatilah saudara dari kesalahan sebagian manusia, di antaranya:
   1.  Takbir  dengan  berjamaah:  dengan  suara  satu atau mengulang-ulang
      setelah takbir seseorang.
   2.  Perbuatan  sia-sia  yang diharam-kan, seperti mendengarkan nyanyian,
      menonton  film-film,  berkencan maupun pertemuan lelaki dan perempuan
      selain mahram, dan kemaksiatan lainnya.
   3.  Memotong  rambut  dan  kuku  bagi yang akan berkorban sampai setelah
      menyembelih,  karena  dilarang  Rasulullah  Shallallaahu  'alaihi  wa
      sallam .
   4. Berpesta pora; berboros-borosan atau mubadzir tanpa ada keperluan dan
      kebaikan.


Disarikan dari Nasrah Darul Qasim, Fadhlu 'Arsy Dzilhijjah. (Waznin Mahfudh
)

Dimanakah Letak Kebahagiaan Itu?

Hakikat kebahgiaan bukan bersumber dari luar diri.

Kebahagiaan dari luar sering kali palsu, bahkan kerap menimbulkan ragu, syak, cemburu, putus harapan, kekecewaan. Kesenangan dan kebahagiaan sebenarnya ada pada diri sendiri, tergantung pada kesehatan jiwa. Jiwa adalah kekayaan yang termahal. Kesucian jiwalah yang menyebabkan kejernihan diri, lahir dan batin.
Indikasi jiwa yang sehat akan tampak melalui mata, yang memancarkan cahaya, timbul dari hati yang bersih, tidak mengandung dendam.

Jiwa yang sehat juga terbaca melalui mulutnya yang mengeluarkan kata-kata baik, meyenangkan, positif, tidak mengeluarkan kekesalan ataupun kekecewaan.

Jiwa sehat juga dapat dilihat dari prilaku, tindak tanduk. Prilaku sopan, tenang tidak gelisah. Begituhlah antara tubuh dan jiwa punya kaitan erat. Badan sakit jiwa juga sakit, pikiran tumpul. Jiwa sakit tubuhpun kelihatan sakit.

Bagaimana membahagiakan jiwa ?

Islam telah merumuskannya.

Pertama,
Memperbanyak amal shalih.

Janji Allah swt. "Barang siapa mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya  akan kami balas mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan". (QS.  An-Nahl: 97).
Imam Qurthubi mengatakan bahwa kehidupan yang baik (hayatan thayyibah) dalam ayat diatas, tersimpul dalam keadaan ketentraman hati dan jiwa (rahatul qalb wa tuma ninatun nafs), rasa cukup atas pemberian Allah (Qana ah birizqillah), merasakan kelezatan ibadah (idraku lazzatil ibadah), kesenangan hati (saadatul qalb), dan lapang dada (insyirahu shadr).

Kedua,
Menyadari dan menanamkan hakikat kehidupan.

Diantara hakikat hidup menyebutkan bahwa kesusahan itu terletak antara dua kesenangan, dan kesenanganpun terletak diantara dua kesusahan. Atau dengan kata lain, dalam kesenangan tersimpan kesusahan, dan dalam kesusahan ada unsur kesenangan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.

Dengan begitu hati kita akan terus merasakan lapang. Ini salah satu kunci istimewa kaum beriman yang menjauhkan jiwa kita dari kekhawatiran yang berlebihan.

Ingatlah pada sabda Rasul saw, "Keadaan kaum beriman itu menakjubkan , semua masalah baginya adalah kebaikan belaka. Bila diberi kebahagiaan dia bersyukur. Itu adalah baik baginya Dan bila ditimpa kesusahan ia bersabar. Dan itupun baik baginya. Tidak ada yang memiliki keadaan seperti itu kecuali seorang mu'min".

Ketiga,
Memperbanyak dzikir kepada Allah.

Dzikir adalah sebab paling besar yang pasti mampu melapangkan dan menenangkan hati. Dzikir  yang paling baik adalah membaca Al-Qur'an, memahami dan mendalami kandungannya. "Yaa ayunannasu qad jaatkum mau izatun mirrabikum wa syifaun lima fi shudur"

Keempat,
Bersandarlah pada Allah (at-Tawakkul).

Tumbuhkan percaya dan yakin pada kemurahan Allah, niscaya akan hilanglah bayangan negatif, dugaan dan prasangka, sehingga mengistirahatkan anggota tubuh kita. Yakinlah janji Allah swt, "Wa man yatawakkal alallah fahuwa hasbuhu (QS. Ath-Htalaq:3). Artinya : akan dijamin semua apa yang menjadi obsesinya, baik masalah dunia maupun agamanya.

Kelima,
Bergaulah dengan orang-orang shalih dan baik.

Ketahuilah, pergaulan mampu membentuk tingkat kepercayaan dan mengarahkan keyakinan sesorang.
Bahkan pergaulan menjadikan syarat utama bagi pembentukan batin. Kebersihan jiwa akan terpelihara dengan teman yang juga baik jiwanya.

Imam Ghazali mengatakan, bila anda ingin memilih teman yang baik, perhatikan dalam lima hal:
Akalnya, kelurusan pekertinya, kebaikannya, tidak ambisi dunia, dan tidak dusta.

Kenam,
Jangan berlebihan dalam berangan-angan.

Terlalu berlebihan dalam angan-angan pasti mengurangi ingatan pada akhirat. Akibatnya jiwa menjadi lemah, kreatifitas tumpul, dan tubuh menjadi malas. Lalai terhadap akhirat berarti lupa menunaikan perintah Allah, dan miskin amal shalih.

Rasul berpesan, "Jadilah anda di dunia seperti orang asing dan seorang yang tengah mengembala".


Advertisements!

Copyright @ 2013 DUNIA ISLAM | ARTIKEL MOTIVASI | ARTIKEL ISLAMI. Designed by Templateism | Love for The Globe Press