Lifestyle

Informasi:

Ini merupakan blog yang berisi artikel tentang memajukan Islam, mari bersatu, hindari perpecahan, Jadikan Islam sebagai Penguasa dunia dalam bisnis, pemerintahan dan semua sendi kehidupan

Tampilkan postingan dengan label KAJIAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KAJIAN. Tampilkan semua postingan

Kamis, 11 Juli 2013

Ternyata Benar!!! Filter Rokok Memang Dari Darah Babi

Sebarkan jika bermanfaat:


rokok dari darah babi

Ternyata Benar!!! Filter Rokok Memang Dari Darah Babi

Ketua Komisi Nasional Pengendalian Tembakau (Komnas PT), DR Hakim Sarimuda Pohan, mengungkapkan bahwa dalam filter rokok yang banyak digunakan di Indonesia terkandung bahan yang berasal dari darah babi.
Hemoglobin atau protein darah babi digunakan dalam filter rokok untuk menyaring racun kimia agar tidak masuk ke dalam paru-paru perokok, kata Hakim saat menjadi pembicara dalam dialog bahaya merokok bagi kehidupan berbangsa di Balaikota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Rabu.
Ia meyakini bahwa filter yang digunakan untuk rokok yang beredar di Indonesia merupakan filter impor yang mengandung komponen dari darah babi. Menurutnya, semua itu diketahui setelah adanya pernyataan yang diungkapkan ahli dari Australia atau Profesor Kesehatan Masyarakat dari Universitas Sydney, Simon Chapman.
Profesor di Australia memperingatkan
kelompok agama tertentu terkait dugaan adanya kandungan sel darah babi pada filter rokok. Profesor Simon Chapman menyatakan itu merujuk pada penelitian di Belanda yang mengungkap bahwa 185 perusahaan berbeda menggunakan hemoglobin babi sebagai bahan pembuat filter rokok. Menurut Hakim, sudah selayaknya umat Muslim yang mayoritas di Indonesia ini menjauhi barang yang nyata-nyata dilarang agama tersebut. Bukan hanya kaum Muslim, tetapi kaum Yahudi juga melarang pemanfaatan babi untuk keperluan seperti itu, tambahnya dalam dialog dalam rangkaian sosialisasi peraturan daerah (Perda) yang melarang merokok di tempat tertentu.
Dalam dialog yang dihadiri ratusan peserta dari kalangan PNS, pengelola hotel, restoran, dan pengelola tempat-tempat umum tersebut juga dihadiri Wali Kota Banjarmasin Haji Muhidin dengan moderator Kepala Dinas Kesehatan setempat, drg Diah R Praswasti.
Dalam dialog tersebut dilangsungkan dengan tanya jawab yang antara lain disarankan perlunya Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengharamkan merokok.

sumber : http://www.suaranews.com/2013/07/ternyata-benar-filter-rokok-memang-dari.html

Senin, 11 Februari 2013

INGIN DI DOAKAN MALAIKAT ?? INI AMALANNYA

 
Kalau Ingin Didoakan Para Malaikat Lakukanlah Amal Sholeh Yang Ini.

1.. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci. Imam Ibnu Hibban meriwayatkan
dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang
tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya.
Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa ‘Ya Allah, ampunilah hambamu si
fulan karena tidur dalam keadaan suci’” (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)

2.. Orang yang duduk menunggu shalat. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra.,
bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia’” (Shahih Muslim no. 469)

3.. Orang - orang yang berada di shaf bagian depan di dalam shalat. Imam Abu
Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra’ bin ‘Azib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf terdepan”
(hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)

4.. Orang - orang yang menyambung shaf (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalm shaf). Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang - orang yang menyambung shaf - shaf” (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)

5.. Para malaikat mengucapkan ‘Amin’ ketika seorang Imam selesai membaca Al
Fatihah. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jika seorang Imam membaca ‘ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaalinn’, maka ucapkanlah oleh kalian ‘aamiin’, karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu” (Shahih Bukhari no. 782)

6.. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, ‘Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia’”
(Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)

7.. Orang - orang yang melakukan shalat shubuh dan ‘ashar secara berjama’ah.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat ‘ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat ‘ashar) naik (ke langit)

sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, ‘Bagaimana kalian meninggalkan hambaku ?’, mereka menjawab, ‘Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat’” (Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)

8.. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda’ ra., bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, “Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata ‘aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan’” (Shahih Muslim no. 2733)

9.. Orang-orang yang berinfak. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak’. Dan lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit’”
(Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)

10.. Orang yang makan sahur. Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang - orang yang makan sahur”
(hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)

11.. Orang yang menjenguk orang sakit. Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh”
(Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, “Sanadnya shahih”)

12.. Seseorang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain”
(dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)

Minggu, 10 Februari 2013

AL-QURAN OBAT PENAWAR LAHIR DAN BATHIN, DIPERHATIKAN ADAB MEMBACANYA

AL-QURAN OBAT PENAWAR LAHIR BATHIN
 Setiap muslim harus meyakini kesucian Kalam Allah, keagungannya, dan keutamaannya di atas seluruh kalam (ucapan). Al-Qur'anul Karim itu Kalam Allah yang di dalamnya tidak ada kebatilan. Al-Qur'an memberi petunjuk jalan yang lurus dan memberi bimbingan kepada umat manusia di dalam menempuh perjalanan hidupnya, agar selamat di dunia dan di akhirat, dan dimasukkan dalam golongan orang-orang yang mendapatkan rahmat dari Allah Ta'ala.

Untuk itulah tiada ilmu yang lebih utama dipelajari oleh seorang muslim melebihi keutamaan mempelajari Al-Qur'an. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkan-nya." (HR. Bukhari).

Dalam riwayat Imam Muslim dijelaskan: "Bacalah Al-Qur'an, sesungguhnya Al-Qur'an itu akan menjadi syafa'at di hari Qiyamat bagi yang membacanya (ahlinya)." (HR. Muslim).

Wajib bagi kita menghalalkan apa yang dihalalkan Al-Qur'an dan meng-haramkan apa yang diharamkannya. Diwajibkan pula beradab dengannya dan berakhlaq terhadapnya.

Di saat membaca Al-Qur'an seorang muslim perlu memperhatikan adab-adab berikut ini untuk mendapatkan kesempurnaan pahala dalam membaca Al-Qur'an:

- Agar membacanya dalam keadaan yang sempurna, suci dari najis, dan dengan duduk yang sopan dan tenang. Dalam membaca Al-Qur'an dianjurkan dalam keadaan suci. Namun apabila dia membaca dalam keadaan najis, diperbolehkan dengan Ijma' umat Islam. Imam Haromain berkata; orang yang membaca Al-Qur'an dalam keadaan najis, dia tidak dikatakan mengerjakan hal yang makruh, akan tetapi dia meninggalkan sesuatu yang utama. (At-Tibyan, hal.58-59).

- Membacanya dengan pelan (tartil) dan tidak cepat, agar dapat menghayati ayat yang dibaca. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Siapa saja yang membaca Al-Qur'an (khatam) kurang dari tiga hari, berarti dia tidak memahami" (HR. Ahmad dan para penyusun Kitab-Kitab Sunan).

Dan sebagian kelompok dari generasi pertama membenci pengkhataman Al-Qur'an sehari semalam, dengan dasar hadits di atas. Rasulullah telah memerintahkan Abdullah Ibnu Umar untuk mengkhatamkan Al-Qur'an setiap satu minggu (7 hari). (Muttafaq Alaih). Sebagaimana yang dilakukan Abdullah bin Mas'ud, Utsman bin Affan, Zaid bin Tsabit , mereka mengkhatamkan Al-Qur'an sekali dalam seminggu.

- Membaca Al-Qur'an dengan khusyu'. Dengan memeperlihatkan duka cita atau menangis, karena sentuhan pengaruh ayat yang dibaca bisa menyentuh jiwa dan perasaan. Rasulullah n bersabda:
"Bacalah Al-Qur'an dan menangislah, apabila kamu tidak menangis maka usahakan seakan-akan menangis (karena ayat yang engkau baca). (HR. Al-Bazzar).

Di dalam sebuah ayat Al-Qur'an, Allah Ta'ala menjelaskan sebagian dari sifat-sifat hambaNya yang shalih:
" Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu' (Al-Isra': 109).

- Agar membaguskan suara di dalam membacanya, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Hiasilah Al-Qur'an dengan suaramu" (HR Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim).

Di dalam hadits lain dijelaskan: "Tidak termasuk umatku orang yang tidak melagukan Al-Qur'an" (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Maksud hadits di atas, membaca Al-Qur'an dengan susunan bacaan yang jelas dan terang makhroj hurufnya, panjang pendeknya bacaan, tidak sampai keluar dari ketentuan kaidah Tajwid.

Membaca Al-Qur'an dimulai dengan Isti'adzah.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Dan bila kamu akan membaca Al-Qur'an, maka mintalah perlindungan kepada Allah dari (godaan-godaan) syaithan yang terkutuk" (An-Nahl: 98).

Apabila ayat yang dibaca dimulai adri awal surat, setelah isti'adzah terus membaca Basmalah, dan apabila tidak di awal surat cukup membaca isti'adzah. Khusus surat At-Taubah walaupun dibaca mulai awal surat tidak usah membaca Basmalah, cukup dengan membaca isti'adzah saja.

- Membaca Al-Qur'an dengan berusaha mengetahui artinya dan memahami inti dari ayat yang dibaca dengan beberapa kandungan ilmu yang ada di dalamnya. Firman Allah Ta'ala: "Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an, ataukah hati mereka terkunci? (Muhammad: 24).

- Membaca Al-Qur'an dengan tidak mengganggu orang yang sedang shalat, dan tidak perlu membacanya dengan suara yang terlalu keras atau di tempat yang banyak orang. Bacalah dengan suara yang lirih atau dalam hati secara khusyu'.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Orang yang terang-terangan (di tempat orang banyak) membaca Al-Qur'an, sama dengan orang yang terang-terangan dalam shadaqah" (HR. Tirmidzi, Nasa'i, dan Ahmad).

Dalam hadits lain dijelaskan: "Ingatlah bahwasanya setiap hari dari kamu munajat kepada Rabbnya, maka janganlah salah satu dari kamu mengganggu yang lain, dan salah satu dari kamu tidak boleh mengangkat suara atas yang lain di dalam membaca (Al-Qur'an)" (HR. Abu Dawud, Nasa'i, Baihaqi dan Hakim), ini hadits shahih dengan syarat Shaikhani (Bukhari-Muslim).

Jadi jangan sampai ibadah yang kita lakukan tersebut sia-sia karena kita tidak mengindahkan sunnah Rasulullah dalam melaksanakan ibadah membaca Al-Qur'an. Misalnya, dengan suara yang keras pada larut malam, yang akhirnya mengganggu orang yang istirahat dan orang yang shalat malam.

- Dengarkan bacaan Al-Qur'an Jika ada yang membaca Al-Qur'an, maka dengarkanlah bacaannya itu dengan tenang, Allah Ta'ala berfirman: "Dan tatkala dibacakan Al-Qur'an, maka dengarkanlah dan diamlah, semoga kamu diberi rahmat" (Al-A'raaf: 204).

- Membaca Al-Qur'an dengan saling bergantian.
Apabila ada yang membaca Al-Qur'an, boleh dilakukan membacanya itu secara bergantian, dan yang mendengarkannya harus dengan khusyu' dan tenang. Rasulullah n bersabda:
"Tidaklah berkumpul suatu kaum di dalam rumah-rumah Allah, mereka membaca Al-Qur'an dan saling mempelajarinya kecuali akan turun atas mereka ketenangan, dan mereka diliputi oleh rahmat (Allah), para malaikat menyertai mereka, dan Allah membang-ga-banggakan mereka di kalangan (malaikat) yang ada di sisiNya." (HR. Abu Dawud).

- Berdo'a setelah membaca Al-Qur'an. Dalam sebuah riwayat dijelas-kan, bahwa para sahabat apabila setelah khatam membaca Al-Qur'an, mereka berkumpul untuk berdo'a dan mengucapkan: 'Semoga rahmat turun atas selesainya membaca Al-Qur'an'. Dan sebuah hadits dijelaskan, diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallah 'anhu bahwasanya apabila ia telah khatam membaca Al-Qur'an, ia mengumpulkan keluarganya dan berdo'a. (HR Abu Dawud).
SOFTWARE SADAP HP & BB CANGGIH ADA DI SINI

Sabtu, 09 Februari 2013

Mendulang Keberuntungan

HANG 106 FM BATAM
Mukaddimah
Sepakat seluruh manusia bahwa keberuntungan adalah cita-cita dan harapan setiap orang. Tidak pernah ada dalam “kamus hidup” anak Adam ingin merugi dalam hidup ini sekecil apapun jua bentuk kerugian tersebut. Untuk meraih keberuntungan tersebut, maka setiap orang berjuang keras tanpa kenal lelah siang dan malam bahkan rela mengorbankan segalanya.
Demi keuntungan para pedagang rela mengorbankan tidur malamnya, keluar di malam yang gelap gulita berangkat ke pasar induk untuk berjual beli. Demi keuntungan para petani rela kerja berbulan-bulan dibawah terik panas matahari yang membakar punggungnya untuk menyemai benih, mengairi sawah, memupuk..dst. Demi hasil laut yang menggiurkan-semisal udang lopster- para nelayan rela menentang gelombang dan badai di “musim utara” dengan kematian yang senantiasa membayangi mereka. Demi meraih kursi dan jabatan para politisi rela mengorbankan segala aset dan kekayaan mereka….dst.
Beragam persepsi dalam memaknai keberuntungan
Sesuai dengan bervariasinya latar belakang pendidikan, wawasan, lingkungan, budaya,provesi dan hal-hal lainnya akan membuat beragam pula persepsi seseorang dalam memaknai keberuntungan. Keberuntungan menurut “tukang payung” adalah agar selalu turun hujan yang melariskan dagangannya. Sebaliknya keberuntungan menurut penjual es krim dan sejenisnya adalah cuaca panas terik yang membakar.Keberuntungan menurut politisi adalah takala berhasil meraih kursi dan jabatan, berbeda dengan para pedangang asongan yang tidak perduli siapa yang berhasil jadi pejabat ataupun konglomerat yang jelas…tatkala pulang membawa laba dan barang dagangannya habis itulah menurutnya suatu keberuntungan.
Benarkah jabatan, kekuasaan dan kekayaan standar keberuntungan?
Sebagian orang menganggap bahwa jabatan, kekuasaan, dan kekayaan adalah simbol keberuntungan seseorang, sehingga wajarlah di suatu masyarakat ada anggapan bahwa yang namanya “berhasil” akan selalau dikaitkan dengan sukses meraih jabatan, kekuasaan dan kekayaan.
Jika anda mendengar celoteh seseorang dikampung”Wah si fulan sekarang telah berhasil di kota A” seringkali konotasinya adalah kedudukan, pangkat, kekayaan ataupun profesi yang menjanjikan, seperti dokter, insinyur, pengacara, hakim,anggota dewan, menteri..dst,bahkan sekarang begitu kuatnya keingginan banyak orang tua agar anaknya menjadi artis yang “ngetop” penyanyi dan bintang film dengan harapan meraih ketenaran dan kekayaan,
Sebaliknya tidak sedikit mencemooh tatkala mendengar seseorang berprofesi sebagai “guru mengaji”, ustadz dan yang semacamnya. Karena itulah tidak heran banyak orang yang menganggap rendah jika memasukkan anaknya ke sekolah agama dengan alasan bahwa masa depan anaknya akan menjadi suram.
Beruntungkah Qarun sebagai orang terkaya di zamannya ?
Tatkala Qarun keluar dengan parade barisan yang terdiri dari kereta kencana, mahkota dan para prajurit dan dayang-dayang yang menggiringinya dengan segala perhiasan emas, perak, permata, zamrud..dst, maka melelehlah air liur kebanyakan Bani Israil melihat kemegahan didepan mata mereka, dan secara sepontan keluarlah ucapan” Alangkah beruntungnya seandainya kita memiliki kekayaan yang dimiliki Qarun…sungguh dialah orang yang beruntung”.
Allah –subhanahu wa ta’ala- mengungkapkan dalam FirmanNya tentang kisah ini :
إنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَى فَبَغَى عَلَيْهِمْ وَآَتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ (76) وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ (77) قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا وَلَا يُسْأَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْnlhمُجْرِمُونَ (78) فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (79) وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِمَنْ آَمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا وَلَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الصَّابِرُونَ (80) فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ (81) وَأَصْبَحَ الَّذِينَ تَمَنَّوْا مَكَانَهُ بِالْأَمْسِ يَقُولُونَ وَيْكَأَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَوْلَا أَنْ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا وَيْكَأَنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ (82) تِلْكَ الدَّارُ الْآَخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ (83)
Sungguh Qarun adalah bagian dari kaum Musa yang melampaui batas terhadap mereka, dan Kami telah berikan padanya dari perbendaharaan kekayaannya yang kunci-kuncinya hanya mampu di bawa sejumlah orang-orang kuat, tatkala berkata padanya kaumya:”jangan lah engkau merasa bangga sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong. Dan carilah dari apa-apa yang Allah berikan padamu negeri akhirat dan janganlah lupa kehidupanmu di dunia dan berbuat baiklah sebagaimana Allah berbuat baik padamu dan jangan pernah melampaui batas merusak di bumi sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang merusak.
Maka Qarun menjawab: “sesungguhnya semua(kekayaan) ini kudapatkan karena ilmuku”, tidak kah dia mengetahui bahwa Allah telah pernah membinasakan orang-orang sebelumnya yang mereka lebih kuat dan lebih banyak mengumpulkan harta?, dan kelak tidak akan pernah ditanyakan tentang dosa-dosa para pelaku kejahatan.
Maka keluarlah Qarun di tengah-tengah kaumnya dengan perhiasan(pakaian kebesaran) nya, berkatalah orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia:”Aduhai sungguh beruntungya kita seandainya memiliki apa yang dimiliki Qarun, sungguh dia adalah orang yang beruntung”. Dan berkatalah orang-orang yang diberikan Ilmu: “celakah kalian sesungguhnya ganjaran Allah lebih baik bagi siapa yang beriman dan beramal sholeh,dan tindak mendapatkannya kecuali orang-orang yang sholeh.
Maka kami tenggelamkan dia dan seluruh tanah dan rumahnya kedalam perut bumi, dan tidak seorangpun yang dapat menolongnya dari selain Allah dan dia bukanlah dari golongan orang-orang yang beruntung. Maka (melihat itu) berkatalah orang-orang yang kemarin mengharap agar diberi kekayaan sepertinya: Aduhai sungguh Allah melapangkan rezeki kepada siapa-siapa Yang dia Kehendaki ari hamba-hambanya dan menyempitkannya, seandainya Allah tidak merahmati kita niscaya kita akan ditenggelamkan sungguh benarlah bahwa tidak akan pernah beruntung orang-orang kafir. Sungguh negeri akhirat itu kami jadikan bagi orang-orang yang tidak menginginkan berbuat kesombongan di bumi tidak pula berbuat kerusakan,dan sungguh akhir segala sesuatu akan menjadi milik orang-orang yang bertaqwa.(QS.Al-Qasas :76-83)
Ketika kekayaan menjadi petaka
Dari penjelasan ayat di atas, jelaslah bahwa kekayaan yang dimiliki Qarun menjadi sumber malapetaka yang membuatnya di tenggelamkan dalam perut bumi dan menjadi pelajaran berharga tentang kesombongan dan keangkuhan setiap generasi yang datang belakangan, hingga lekatlah nama “harta karun” untuk setiap harta yang ditemukan di dalam tanah.
Dua sudut pandang yang berbeda
Orang-orang awam yang cenderung menimbang segala sesuatu keberhasilan dengan kekayaan dan harta ,menganggap bahwa Qarun adalah makhluk yang beruntung dan layak di anjungkan jempol. Hingga mereka berandai-andai kalaulah mereka menjadi Qarun. Dalam realita kehidupan ini, anda akan senantiasa menjumpai orang-orang seperti ini. Banyak orang tua yang berharap seandainya anaknya menjadi artis kondang, bintang film maupun penyayi yang lekat dengan glamour dan kekayaan, sementara sebagian lainnya berharap sekiranya anak-anak mereka menjadi pejabat dan konglomerat, tanpa pernah memperdulikan akhlak dan moral orang-orang di atas yang penuh kefasikan , culas dan keangkuhan. Adapun para ulama yang melihat bahwa harta adalah ujian bagi seseorang yang terkadang membuat dia sombong dan lupa diri hingga tenggelam dalam murka Allah- jika tidak bijak dalam menyalurkannya dan menyikapinya-mereka memandang bahwa yang abadi dan hakiki adalah ganjaran di sisi Allah di hari Kiamat bagi setiap orang beriman dan beramal sholeh. Dari ayat di atas juga terdapat pelajaran bahwa seadainya kekayaan adalah sumber kemuliaan diri, niscaya mustahil Allah membinaskan umat terdahulu yang lebih hebat dan lebih kaya daripada Qarun.
Beruntungkah Fira’un dan Haman dengan kekuasaan dan jabatan mereka?
Sebagaimana kebanyakan orang condong kepada para konglomerat dan ahli dunia, mereka juga akan menganggap keberuntungan itu ada pada jabatan dan kekuasaan,menurut mereka…alangkah beruntungnya jadi penguasa, pejabat, anggota dewan,menteri…dst. mereka akan selalu menggiring anak-anak mereka agar ketika besar kelak menjadi pejabat yang nota bene banyak uang, populer dan disegani orang.
Ketika anda berbicara tentang sosok penguasa yang melegendaris dan tersohor sepanjang abad,dialah Fir’aun-a’laihi la’natullah—yang berani memproklamirkan diri sebagai Tuhan Tertinggi QS. AN-Naziat: 24.
Allah menceritakan:
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَلْ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ (38) وَاسْتَكْبَرَ هُوَ وَجُنُودُهُ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ إِلَيْنَا لَا يُرْجَعُونَ (39) فَأَخَذْنَاهُ وَجُنُودَهُ فَنَبَذْنَاهُمْ فِي الْيَمِّ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الظَّالِمِينَ (40) وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يُنْصَرُونَ (41) وَأَتْبَعْنَاهُمْ فِي هَذِهِ الدُّنْيَا لَعْنَةً وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ هُمْ مِنَ الْمَقْبُوحِينَ( 42 )
Dan berkata Fir’aun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat,kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta.Dan berlaku angkuhlah Fir’aun dan bala tentaranya di bumi (Mesir) tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami.Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong.Dan Kami iringi mereka dengan laknat di dunia ini; dan pada hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan (dari rahmat Allah). Maka Kami hukum Fir’aun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut. Maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim. QS. Al-Qasas:38-42.
Mana kemegahan Istana Firaun dan kepongahannya?apakah berguna baginya kekuasaanya untuk menolak murka dan azab Allah yang meneggelamkannya dalam Laut Merah? Benarkah kekuasaan itu standar keberuntungan?atau malah sebaliknya menjadi penyebab terbesar kesombongan dan penentang kebenaran.
Bukankah musuh kebanyakan para Nabi adalah pembesar kaum? Dan bukankah musuh terdepan Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah para pembesar Quraisy semisal Abu Jahal dan Abu Lahab, Utbah dan Syai’bah?.
Semua manusia merugi ?
Alquran menerangkan bahwa hakikatnya semua manusia adalah merugi, apapun etnis dan warna kulitnya, puak dan bangsanya, bahasa dan budayanya, apa dan bagaimanapun jabatan dan status sosialnya. Apa guna kekayaan Qarun maupun jabatan Firaun yang berakhir dengan tragis?yang satu ditenggelamkan di bumi dan yang lain di tenggelamkan di laut!.
Jelaslah semua manusia dasarnya merugi dan akan menjadi bahan bakar api neraka dihari kiamat jika tidak beriman kepada Allah, beramal sholeh, berdakwah menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar, serta bersabar dalam iman amal dan dakwah.
Seorang helper ataupun operator di perusahan;seorang kuli rendahan dan tukang angkut, seorang yang hidup miskin ataupun pas-pasan;tukang ojek dan tukang becak…..jauh lebih berharga dengan iman mereka,dibandingkan pejabat yang kafir dan koruptor; anggota dewan yang berlagak menjadi Tuhan ketika membuat undang-undang yang berseberangan dengan hukum Allah; manager yang menjadi hamba-hamba berhala dan thagut. Negeri kaum muslimin dengan segala problemnya dan dosa-dosa yang mereka lakukan hingga Allah menghukum mereka agar kembali kepada Allah….jauh lebih mulia dibandingkan negeri kafir dengan segala fasilitas dunia dan tekhnologi yang mereka kuasai.
Konsep Alquran untuk meraih keberuntungan dan menjadi orang-orang yang beruntung
Jika anda mau keberuntungan yang tidak akan pernah diiringi dengan kerugian, inilah konsep yang ditawarkan Alquran untuk meraih hal tersebut:
1. Beriman, beramal, berdakwah dan bersabar. Allah berfirman:
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
“Demi Masa, sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian”. QS. Al-Ashri: 1-2.Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, saling berwasiat dengan kebenaran dan saling berwasiat dengan kesabaran.” QS. Al-Ashri: 3.
2. Beriman kepada alam ghaib,menegakkan sholat , berinfaq, beriman kepada kitab-kitab Allah dan beriman pada hari berbangkit. Allah berfirman:
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (3) وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا  أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآَخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ (4) أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (5)
Mereka adalah orang-orang yang beriman dengan perkara ghaib dan menegakkan sholat dan dari sebagian rezeki yang kami berikan mereka berinfaq. Mereka adalah orang yang beriman dengan apa-apa yang diturunkan padamu dan apa-apa yang diturunkan sebelummu dan mereka beriman dengan hari akhirat. Mereka adalah orang-orang yang berada di atas petunjuk Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.QS: Albaqarah: 3-5.
3. Menegakkan amar ma’ruf dan Nahi Mungkar, Allah berfirman:
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون
“Dan hendaknya ada diantara kalian satu golongan orang-orang yang menyeru kepada kebaikan dan mengajak manusia berbuat perkara ma’ruf dan mencegah mereka dari perkara mungkar, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.QS. Al-Imran: 104.
4. Orang-orang yang berat timbangan kebajikannya di hari kiamat. Allah berfirman:
وَالْوَزْنُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan timbangan pada hari itu adalah hak adanya, maka barang siapa yang berat timbangan(kebajiaknnya) mereka itulah orang-orang yang beruntung. QS.Al-A’raf: 8.
5. Beriman dengan Nabi,membelanya, dan mengikuti sunnahnya. Allah berfirman:
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آَمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون
“Dan orang-orang yang mengikuti Rasul dan Nabi yang Ummi yang mereka dapati tertulis di sisi mereka dalam Taurat dan Injil yang memerintahkan mereka untuk berbuat ma’ruf dan mencegah mereka berbuat mungkar dan mengharamkan atas mereka segala yang keji dan melepaskan dari mereka belenggu dan rantai yang mengikat mereka,maka bagi orang-orang yang beriman padanya, membelanya dan menolongnya serta mengikuti cahaya yang diturunkan bersamanya maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. QS. Al-A’raf: 157.
6. Berjihad dengan harta dan jiwa. Allah berfirman:
لَكِنِ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ جَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ وَأُولَئِكَ لَهُمُ الْخَيْرَاتُ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Namun Rasulullah dan orang-orang beriman bersamanya, mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka dan bagi mereka disiapkan kebaikan dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.QS. At-Taubah: 88.
7. Tunduk dan patuh terhadap segala keputusan Rasulullah. Allah berfirman:
إنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Sesungguhnya hendaklah perkataan orang-orang beriman tatkala diseru kepada Allah dan Rasulnya agar menjadi pemutus perkara antara mereka berkata:”kami dengar dan kami patuhi, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.QS. An-nur: 51.
8. Ikhlas dalam berinfak terhadap kerabat dekat, orang-orang miskin dan orang-orang yang terputus bekal dalam perjalanan. Allah berfirman:
فَآَتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ ذَلِكَ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يُرِيدُونَ وَجْهَ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“ Maka berilah hak kerabat dekat, orang-orang miskin dan Ibnus sabil, yang demikian itu lebih baik bagi orang-orang yang menginginkan wajah Allah dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”QS.Ar-Rum: 38.
9. Tidak mencintai orang-orang yang menentang Allah dan Rasulnya sekalipun mereka adalah kerabat terdekat. Allah berfirman:
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آَبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Engkau tidak pernah mendapatkan satu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, mencintai orang-orang yang menentang Allah dan Rasulnya sekalipun mereka adalah bapak-bapak mereka,Anak-anak mereka, saudara-saudara mereka ataupun kerabat mereka, mereka itulah orang-orang yang Allah tetapkan dalam hati mereka iman dan memperkuat mereka dengan pertolongan dariNya dan memasukkan mereka kedalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dan Allah meridhoi mereka dan merekapun ridho terhadap Allah mereka itulah golongan hamba-hamba Allah dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.QS.Al-Mujadalah: 22.
10. Orang-orang dermawan yang terlepas dari sifat kikir. Allah berfirman:
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“ Dan orang-orang yang menyiapkan kampung halaman mereka dan mereka beriman, mereka mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka dan mereka tidak mendapati dalam dada mereka ada keberatan atas apa yang mereka berikan dan mereka lebih mendahulukan kepentingan saudara mereka atas diri mereka sekalipun mereka membuthkan apa yang mereka beri,maka barang siapa yang dipelihara dari sifat kikir maka merekalah orang-orang yang beruntung. QS. Al-Hasyar: 9.
Ciri-ciri orang yang beruntung
Jika anda inggin menggukur seseorang apakah dia sosok orang yang beruntung atau malah sebaliknya orang yang akan “ buntung” dan binasa….maka ada timbangan yang dibuat agama untuk menjadi tolok ukurnya, apakah timbangan itu?
Dalam kitab” al-Wabil Asshoyyib “ karya “dokter hati” Ibnul Qayyim-rahimahullah- beliau menyebutkan bahwa ciri-ciri keberuntungan pada seseorang itu dapat di ukur dengan sikapnya dalam mengahadapi tiga hal di dunia ini.
Bersyukur dikala bergelimang nikmat
Beliau menyimpulkan bahwa manusia di dunia ini pasti akan senantiasa menghadapi perkara-perkara yang menyenangkan berupa : memiliki kekayaan, jabatan, popularitas, pengikut…dst. Ciri –ciri orang beruntung dalam hal ini yaitu, tatkala dia mampu menghadapi segala kenikmatan dengan syukur kepada Allah.dan syukur itu dibangun diatas tiga pilar yaitu:
1)meyakini sepenuh hati bahwa seluruh nikmat adalah milik Allah dan datang dari Allah, tiada daya upaya hamba sedikit juapun keculi dengan bantuan Allah,serta memahami bahwa hal tresebut adalah ujian Allah baginya.
2)menampakkan semua nikmat yang Allah berikan dalam bentuk ucapan dan sikap,seperti ucapan syukur “alhamdulillah” dan semisalnya .
3)mengunakan segala nikmat Allah untuk berbakti menghambakan dirinya kepada Allah-subhanahu wa ta’ala-, menggunakan kekayaan dan jabatannya untuk kebaikan dan kepentingan orang banyak demi terwujudnya masyarakat yang beriman dan beramal sholeh.
Bersabar tatkala berkubang ujian dan musibah
Hidup ini tidak selalu nikmat dan menyenangkan, terkadang anda digiring oleh takdir Allah untuk menghadapi berbagai ujian dan cobaan kehidupan seperti : kemiskinan, penyakit, bencana alam, kehilangan orang-orang yang anda cintai, kelaparan dan kekeringan yang menyebabkan gagal panen dan masa paceklik…dst.
Maka hamba yang beruntung adalah hamba yang mampu menghadapi segala penderitaan dan musibah yang datang dari Allah dengan bersabar. Adapun sabar yang benar dibangun di atas tiga pilar:
1) meyakini bahwa semua yang digariskan Allah atasnya adalah ketentuan yang harus dia terima dengan ikhlas dan ridho dengan menyakini bahwa Allah inggin menguji imannya untuk memuliakannya dan mengangkat derajatnya seandainya dia bersabar.
2) Menahan lisannya untuk tidak mengeluarkan kata-kata kesal, sebal, yang menghujat takdir Allah-subhanahu wa ta’ala-seperti ucapan meratap tatkala ditimpa musibah, dan ungkapan-ungkapan semisal”kenapa kau turunkan musibah ini padaku ya Allah…apa salahku, kapankah penyakitku kau sembuhkan ya Allah…mana keadilanMu ya Allah…dst.
3) Manahan anggota tubuhnya untuk tidak bermaksiat seperti menampar-nampar wajah ketika dapat musibah;mengoyak-ngoyak baju, menarik-narik rambut..dst.
Beristighfar tatkala tenggelam dalam dosa-dosa dan maksiat
Seluruh anak Adam senantiasa bersalah dan berdosa, hal itu sesuai dengan kenaifan mereka dan hawa nafsu serta syaitan yang tidak pernah meninggakan mereka. Siapa yang tidak pernah berdosa dan bersalah…Adam-Alaihis salam-pun pernah tergelincir dan tersalah, padahal tidaklah akal seluruh anak-cucu nya dibandingkan dengan Adam kecuali bagaikan samudera dengan tetesan-tetesan air.
Bukankan ada diantara sahabat Rasulullah yang tergelincir hingga berzina? Minum khamar dan kemudian Allah mensucikan mereka dengan taubat dan istighfar?. Tidak kah anda membaca bahwa ada seorang wanita yang datang kepada Nabi minta disucikan dosanya dengan rajam karena dia hamil dari hubungan zina?.
Maka hal di atas menunjukkan bahwa permasalahannya bukanlah pada dosa yang terkadang seseorang tergelincir padanya…tetapi apakah dia mau bertobat dan berusaha untuk menggantikan kejelekannya dengan kebaikan ? bukanlah Allah mengampuni semua dosa jika seseorang bertaubat darinya?
Maka jika anda inggin melihat seseorang apakah dia adalah orang yang beruntung, lihatlah sikapnya setelah berdosa. Jika dia terlihat menyesal, menggantikan dosa-dosa dengan amal sholeh, maka dialah orang yang beruntung insyaallah.
Para pembaca budiman….tunggu apa lagi…mari berlomba meraih keberuntungan.
(Ditulis oleh Ustad Ahmad Ridwan, Lc)

Jumat, 04 Januari 2013

DOSA SYIRIK BISA MENDAPAT AMPUNAN, ASALKAN SUDAH BERTAUBAT SEBELUM WAFAT

Foto: ‎( KAJIAN ) DOSA SYIRIK BISA MENDAPAT AMPUNAN, ASALKAN SUDAH BERTAUBAT SEBELUM WAFAT - Perlu dipahami, ayat-ayat yang menerangkan ancaman perbuatan syirik berlaku di akhriat. Yakni orang yang bertemu Allah Ta'ala dengan membawa dosa syirik dan belum bertaubat darinya, maka ia tidak akan disucikan, tidak diampuni dosa dan kesalahannya, dan diharamkan atasnya masuk surga sehingga ia kekal di neraka. Tentang dalil tidak adanya ampunan untuk orang musyrik di akhirat ditunjukkan firman Allah Ta'ala,

 إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.  Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." (QS. Al-Nisa': 48)

Maka siapa yang saat ia mati masih membawa dosa syirik dan tidak bertaubat darinya sebelum wafatnya, maka ia tidak akan mendapatkan ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah telah haramkan ampunan bagi dosa syirik yang pelakunya tidak bertaubat sebelum meninggalnya. Hal ini berbeda, -sebagaimana disebutkan pada QS. Al-Nisa': 48- dengan dosa selain syirik yang dibawa mati pelakunya, ia berada di bawah Masyi-Ah (kehendak) Allah. Artinya, jika Allah berkenan maka akan mengampuninya, dan jika berkehendak lain akan menyiksanya sesuai dengan kadar dosanya lalu akan mengelurkannya dari neraka dan memasukkannya ke dalam surga. Sehingga tempat singgah terakhirnya adalah di surga. Ini berlaku bagi seorang Muwahhid yang mati membawa dosa yang tingkatannya di bawah syirik.

Adakah Taubat Bagi Pelaku Kesyirikan?

Seseorang yang telah terjerumus ke dalam kesyirikan lalu sadar akan kesalahannya dan besarnya dosa yang telah diperbuat, ia tidak boleh berputus asa dari ampunan dan taubat Allah Ta'ala, "Karena sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat: 12)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.  Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.  Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Zumar: 53)

Ayat ini berbicara tentang pelaku dosa dalam hukum dunia, sebagai kabar gembira bagi pelaku maksiat bahwa ia masih memiliki kesempatan untuk diampuni dosa jika bertaubat sebelum wafat. Bukan hanya dosa yang kategorinya maksiat saja, bahkan syirik pun masih ada kesempatan mendapat ampunan jika bertaubat sebelum wafat. Karena Allah menyebutkan, "Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya."

Perlu dicamkan, ayat ini tidak berlaku di akhirat. Karena jika diterapkan demikian pastinya akan membatalkan sejumlah nash Al-Qur'an dan sunnah yang berisi ancaman terhadap dosa syirik yang dibawa mati. Ia juga akan menggugat kesepakatan umat, tidak ada ampunan bagi pelaku dosa syirik pada hari kiamat di mana ia belum bertaubat darinya saat masih di dunia. Jika ayat ini dibawa kepada hukum akhirat, maka batallah keyakinan kaum muslimin bahwa surga tidak dimasuki kecuali oleh jiwa muslimah atau mukminah. Maka sesatlah pemahaman orang yang membawa QS. Al-Zumar: 53 ini kepada hukum di akhirat.

Setelah mengetahui bahaya Syirik yang luar biasa, pastinya setiap kita berusaha keras menjauhinya. Hanya saja syirik banyak macamnya, sebagiannya samar sehingga terjadi tanpa disadari. Oleh sebab itu, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam memberikan petunjuk solusi dalam rupa doa diantaranya, lihat gambar.‎
doa agar terhindar dari syirik

Perlu dipahami, ayat-ayat yang menerangkan ancaman perbuatan syirik berlaku di akhriat. Yakni orang yang bertemu Allah Ta'ala dengan membawa dosa syirik dan belum bertaubat darinya, maka ia tidak akan disucikan, tidak diampuni dosa dan kesalahannya, dan diharamkan atasnya masuk surga sehingga ia kekal di neraka. Tentang dalil tidak adanya ampunan untuk orang musyrik di akhirat ditunjukkan firman Allah Ta'ala,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." (QS. Al-Nisa': 48)

Maka siapa yang saat ia mati masih membawa dosa syirik dan tidak bertaubat darinya sebelum wafatnya, maka ia tidak akan mendapatkan ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah telah haramkan ampunan bagi dosa syirik yang pelakunya tidak bertaubat sebelum meninggalnya. Hal ini berbeda, -sebagaimana disebutkan pada QS. Al-Nisa': 48- dengan dosa selain syirik yang dibawa mati pelakunya, ia berada di bawah Masyi-Ah (kehendak) Allah. Artinya, jika Allah berkenan maka akan mengampuninya, dan jika berkehendak lain akan menyiksanya sesuai dengan kadar dosanya lalu akan mengelurkannya dari neraka dan memasukkannya ke dalam surga. Sehingga tempat singgah terakhirnya adalah di surga. Ini berlaku bagi seorang Muwahhid yang mati membawa dosa yang tingkatannya di bawah syirik.

Adakah Taubat Bagi Pelaku Kesyirikan?

Seseorang yang telah terjerumus ke dalam kesyirikan lalu sadar akan kesalahannya dan besarnya dosa yang telah diperbuat, ia tidak boleh berputus asa dari ampunan dan taubat Allah Ta'ala, "Karena sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat: 12)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Zumar: 53)

Ayat ini berbicara tentang pelaku dosa dalam hukum dunia, sebagai kabar gembira bagi pelaku maksiat bahwa ia masih memiliki kesempatan untuk diampuni dosa jika bertaubat sebelum wafat. Bukan hanya dosa yang kategorinya maksiat saja, bahkan syirik pun masih ada kesempatan mendapat ampunan jika bertaubat sebelum wafat. Karena Allah menyebutkan, "Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya."

Perlu dicamkan, ayat ini tidak berlaku di akhirat. Karena jika diterapkan demikian pastinya akan membatalkan sejumlah nash Al-Qur'an dan sunnah yang berisi ancaman terhadap dosa syirik yang dibawa mati. Ia juga akan menggugat kesepakatan umat, tidak ada ampunan bagi pelaku dosa syirik pada hari kiamat di mana ia belum bertaubat darinya saat masih di dunia. Jika ayat ini dibawa kepada hukum akhirat, maka batallah keyakinan kaum muslimin bahwa surga tidak dimasuki kecuali oleh jiwa muslimah atau mukminah. Maka sesatlah pemahaman orang yang membawa QS. Al-Zumar: 53 ini kepada hukum di akhirat.

Setelah mengetahui bahaya Syirik yang luar biasa, pastinya setiap kita berusaha keras menjauhinya. Hanya saja syirik banyak macamnya, sebagiannya samar sehingga terjadi tanpa disadari. Oleh sebab itu, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam memberikan petunjuk solusi dalam rupa doa diantaranya, lihat gambar.

Senin, 31 Desember 2012

HINDARI PENULISAN ASS, ASKUM, MOHD, MOSQUE, 4JJI, MECCA !


Sahabatku Fillah, Akhy wa Ukhty yang masih suka menggunakan kata-kata :

~ "ASS"/ASKUM" dalam ucapan salam.
~ "MOHD" untuk panggilan nama Nabi Muhammad SAW.
~ "MOSQUE" untuk panggilan sebuah Masjid.
~ "4JJI" untuk panggilan Allah SWT.
~ "MECCA" untuk sebutan Mekkah.

Mari...
Gunakan sesuai aturannya yuuukk ^_^ ...karena arti dari kata-kata tersebut adalah...

BismillaahirRahmaanirRahiim

Jika seorang muslim atau muslimah, alangkah baiknya mengindahkan hal yang mungkin kita anggap kecil tapi besar makna dan pengaruhnya.

* Janganlah katakan "MOSQUE" tapi "MASJID", karena organisasi Islam menemukan bahwa "MOSQUE" adalah "NYAMUK".

* Jangan menulis "MECCA" tapi "MEKKAH" karena "MECCA" adalah "RUMAH ANGGUR/BIR".

* Jangan menulis "MOHD" tapi "MUHAMMAD" karena "MOHD" adalah "ANJING BERMULUT BESAR".

* Jangan menulis "4JJI" tetapi "ALLAH SWT" karena "4JJI" artinya "FOR JUDAS JESUS ISA AL MASIH".

* Jangan menulis "ASS atau ASKUM" dalam salam, tetapi "ASSALAAMU'ALAIKUM" (Karena salam adalah do'a, atau jika tidak sempat lebih baik tidak sama sekali!).

Karena "ASS" artinya (Maaf) "PANTATMU", dan "ASKUM" artinya CELAKALAH KAMU!.

INGATLAH!!!

"ASS" (Maaf) artinya "PANTATMU" dan "ASKUM" artinya "CELAKALAH KAMU" maka sampaikanlah salam, karena itu do'a, minimal "ASSALAAMU'ALAIKUM".....

Semoga bermanfaat bagi kita termasuk saya pribadi. Aamiin.

Sumber : Islamic Motivation

Bagikan tausiyah ini kepada teman-temanmu dengan meng-klik 'bagikan'/'share'

Sabtu, 29 Desember 2012

DAHSYATNYA DOSA RIBA

DOSA RIBA

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman : “Apa yang kalian datangkan (berikan) dari suatu riba guna menambah harta manusia maka sebenarnya riba itu tidak menambah harta di sisi Allah.” (Ar-Rum: 39) Hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang disampaikan lewat shahabat beliau, Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu, berikut ini juga menjadi bukti bahwa riba itu walaupun kelihatannya menambah harta namun pada akhirnya akan membuat harta itu sedikit dan musnah. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا أَحَدٌ أَكْثَرَ مِنَ الرِّبَا إِلاَّ كَانَ عَاقِبَةُ أَمْرِهِ إِلَى قِلَّةٍ

“Tidak ada seorang pun yang banyak melakukan riba4 kecuali akhir dari perkaranya adalah hartanya menjadi sedikit.” (HR. Ibnu Majah no. 2279)

Di samping akibat buruk dari perbuatan riba yang telah disebutkan di atas, Rasul yang mulia Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah mengabarkan bahwa mengambil riba termasuk dari tujuh dosa yang membinasakan pelakunya.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata mengabarkan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam: “Jauhilah oleh kalian tujuh perkara yang membinasakan.” Kami bertanya: “Apakah tujuh perkara itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Menyekutukan Allah (berbuat syirik), sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah untuk dibunuh kecuali dengan haq, memakan (mengambil) riba, memakan harta anak yatim, berpaling/lari pada hari bertemunya dua pasukan (pasukan muslimin dengan pasukan kafir), dan menuduh wanita baik-baik yang menjaga kehormatan dirinya (dengan tuduhan) berzina.” (HR. Al-Bukhari no. 2766 dan Muslim no. 258)

( Kerasnya ancaman mengenai Dosa Riba dalam Al Quran )

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

Siapa yang mengulangi (mengambil riba) maka mereka itu adalah penghuni neraka, mereka KEKAL di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan menumbuh-kembangkan sedekah2. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa.” (Al-Baqarah: 275-276)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kalian orang-orang yang beriman. Maka jika kalian tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan MEMERANGI kalian. Dan jika kalian bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagi kalian pokok harta kalian, kalian tidak menzalimi dan tidak pula dizalimi.” (Al-Baqarah: 278-279)

( Kerasnya ancaman mengenai Dosa Riba dalam Hadist )

Di antara sekian hadits yang membicarakan tentang azab yang diterima “tukang” riba kelak di hari kiamat, dibawakan Al-Imam Bukhari rahimahullahu dalam kitab Shahih-nya dari shahabat yang mulia, Samurah bin Jundab radhiyallahu 'anhu, dalam hadits yang panjang tentang mimpi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Di antara isi mimpi beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dikisahkan:

رَأَيْتُ اللَّيْلَةَ رَجُلَيْنِ أَتَيَانِي، فَأَخْرَجَانِي إِلَى أَرْضٍ مُقَدَّسَةٍ، فَانْطَلَقْنَا حَتَّى أَتَيْنَا عَلَى نَهْرٍ مِنْ دَمٍ، فِيْهِ رَجُلٌ قَائِمٌ وعَلَى وَسَطِ النَّهْرِ رَجُلٌ بَيْنَ يَدَيْهِ حِجَارَةٌ. فَأَقْبَلَ الرَّجُلُ الَّذِي فِي النَّهْرِ، فَإِذَا أَرَادَ الرَّجُلُ أَنْ يَخْرُجَ رَمَى الرَّجُلُ بِحَجَرٍ فِي فِيْهِ فَرَدَّهُ حَيْثُ كَانَ، فَجَعَلَ كُلَّمَا جَاءَ لِيَخْرُجَ رَمَى فِي فِيْهِ بِحَجَرٍ فَيَرْجِعُ كَمَا كَانَ، فَقُلْتُ: مَا هذَا؟ فَقَالَ: الَّذِى رَأَيْتَهُ فِي النَّهْرِ آكِلُ الرِّبَا

“Aku melihat pada malam itu dua orang laki-laki mendatangiku. Lalu keduanya mengeluarkan aku menuju ke tanah yang disucikan. Kemudian kami berangkat hingga kami mendatangi sebuah sungai darah. Di dalamnya ada seorang lelaki yang sedang berdiri, sementara di atas bagian tengah sungai tersebut ada seorang lelaki yang di hadapannya terdapat bebatuan. Lalu menghadaplah lelaki yang berada di dalam sungai. Setiap kali lelaki itu hendak keluar dari dalam sungai, lelaki yang berada di bagian atas dari tengah sungai tersebut melemparnya dengan batu pada bagian mulutnya. Maka si lelaki itu pun tertolak ke tempatnya semula. Setiap kali ia hendak keluar, ia dilempari dengan batu pada mulutnya hingga ia kembali pada posisi semula (tidak dapat keluar dari tempatnya berada). Aku (Rasulullah) pun bertanya: ‘Siapa orang itu (kenapa dengannya)?’ Dijawab: ‘Orang yang engkau lihat di dalam sungai darah tersebut adalah pemakan riba’.” (HR. Al-Bukhari, no. 2085)

Allah subhanahu wata’ala juga menghilangkan keberkahan harta dari hasil riba dan pelakunya dicap melakukan tindakan kekufuran, sebagaimana firman-Nya,

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa”. (QS. Al-Baqarah:276)

Allah subhanahu wata’ala memerangi riba dan pelakunya, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya, “Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasulnya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya”. (QS. Al-Baqarah:279)

Selain ancaman dari Al-Qur’an di atas, Rasulullah shallahu ‘alahi wasallam juga menjelaskan bahaya riba dan sekaligus mengancam pelakunya, sebagaimana telah dijelaskan dalam hadits Jabir di atas.

Rasulullah shallahu ‘alahi wasallam juga bersabda, “Jauhilah tujuh dosa besar yang membawa kepada kehancuran,” lalu beliau sebutkan salah satunya adalah memakan riba. (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Dalam hadits yang lain Nabi shallahu ‘alahi wasallam mengancam pelaku riba dengan lebih tegas, beliau bersabda,

“Dosa riba memiliki 72 pintu, dan yang paling ringan adalah seperti seseorang berzina dengan ibu kandungnya sendiri.” (Shahih, Silsilah Shahihah no.1871)

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Hakim dan dishahihkan oleh beliau sendiri, dijelaskan, “Bahwa satu dirham dari hasil riba jauh lebih besar dosanya daripada berzina 33 kali”.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Ahmad dengan sanad yang shahih dijelaskan, “Satu dirham yang dimakan oleh seseorang dari hasil riba dan dia paham bahwa itu adalah hasil riba maka lebih besar dosanya daripada berzina 36 kali”.

Riba meminjam kepada rentenir dan lembaga sejenisnya, dengan dibebani bunga yang tidak terasa mencekik, menghancur leburkan kehidupan manusia, Bangsa ini pun tidak kalah tragisnya dengan hutang besar belum lagi jumlah bunganya yang mencekik, bagaikan tidak bisa keluar dari lingkaran penjara hingga terus didikte dan didikte oleh perkumpulan keuangan yang dibiayai zionis Yahudi Internasional. Sehingga berimbas kemana-mana sampai banyak dari sumber daya alam digadaikan, dan dibuat kesepakatan yang tidak menguntungkan negeri ini.

Masalah ini sangat penting diangkat karena keutamaan hukum begitu banyak ujiannya, padahal resikonya sangat besar bila tidak diketahui.

Semoga Allah SWT membukakan hidayah mereka yang masih menggantungkan harapan pinjam kepada lintah darat, dengan nilai uang yang berbunga, dengan menggantungkan harapan kita kepada Allah SWT, dengan meneruskan tulisan ini semoga menajdi jalan keselamatan saudara2 kita yang lain, dan Allah SWT menyempurnakan ikhtiar kita dalam menuju perbaikan dan menyerukan Syariatnya terutama hal yang pokok ( Ushul ) yang harus dihindari bersama seperti ribawi ini, Semoga Allah SWT melapangkan rizki kaum muslimin dan menguatkan imannya, agar terus dalam ketaatan terhadap Al Quran dan Sunnah, serta menyerukan Risalah-Nya.

Dan hanya memohon kepada-Nya, menyandarkan diri dan segala kebutuhan hanya kepada-Nya, Semoga kita dikuatkan rasa bertawakkal, bahwa Allah SWT sebaik-baiknya pemberi rizki. Cukuplah Allah, Hasbunallah Wani'mal wakiil.. Yaa Robb, kasihanilah ummat Nabi Muhammad Shollallaahu 'alaihi wassalaam, berilah kami pertolongan-Mu.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa”. (QS. Al-Baqarah:276)

Advertisements!

Copyright @ 2013 DUNIA ISLAM | ARTIKEL MOTIVASI | ARTIKEL ISLAMI. Designed by Templateism | Love for The Globe Press