Mukaddimah
Sepakat seluruh manusia bahwa keberuntungan
adalah cita-cita dan harapan setiap orang. Tidak pernah ada dalam “kamus
hidup” anak Adam ingin merugi dalam hidup ini sekecil apapun jua bentuk
kerugian tersebut. Untuk meraih keberuntungan tersebut, maka setiap
orang berjuang keras tanpa kenal lelah siang dan malam bahkan rela
mengorbankan segalanya.
Demi keuntungan para pedagang rela mengorbankan tidur malamnya,
keluar di malam yang gelap gulita berangkat ke pasar induk untuk berjual
beli. Demi keuntungan para petani rela kerja berbulan-bulan dibawah
terik panas matahari yang membakar punggungnya untuk menyemai benih,
mengairi sawah, memupuk..dst. Demi hasil laut yang menggiurkan-semisal
udang lopster- para nelayan rela menentang gelombang dan badai di “musim
utara” dengan kematian yang senantiasa membayangi mereka. Demi meraih
kursi dan jabatan para politisi rela mengorbankan segala aset dan
kekayaan mereka….dst.
Beragam persepsi dalam memaknai keberuntungan
Sesuai dengan bervariasinya latar belakang pendidikan, wawasan,
lingkungan, budaya,provesi dan hal-hal lainnya akan membuat beragam pula
persepsi seseorang dalam memaknai keberuntungan. Keberuntungan menurut
“tukang payung” adalah agar selalu turun hujan yang melariskan
dagangannya. Sebaliknya keberuntungan menurut penjual es krim dan
sejenisnya adalah cuaca panas terik yang membakar.Keberuntungan menurut
politisi adalah takala berhasil meraih kursi dan jabatan, berbeda dengan
para pedangang asongan yang tidak perduli siapa yang berhasil jadi
pejabat ataupun konglomerat yang jelas…tatkala pulang membawa laba dan
barang dagangannya habis itulah menurutnya suatu keberuntungan.
Benarkah jabatan, kekuasaan dan kekayaan standar keberuntungan?
Sebagian orang menganggap bahwa jabatan, kekuasaan, dan kekayaan
adalah simbol keberuntungan seseorang, sehingga wajarlah di suatu
masyarakat ada anggapan bahwa yang namanya “berhasil” akan selalau
dikaitkan dengan sukses meraih jabatan, kekuasaan dan kekayaan.
Jika anda mendengar celoteh seseorang dikampung”Wah si fulan
sekarang telah berhasil di kota A” seringkali konotasinya adalah
kedudukan, pangkat, kekayaan ataupun profesi yang menjanjikan, seperti
dokter, insinyur, pengacara, hakim,anggota dewan, menteri..dst,bahkan
sekarang begitu kuatnya keingginan banyak orang tua agar anaknya menjadi
artis yang “ngetop” penyanyi dan bintang film dengan harapan meraih
ketenaran dan kekayaan,
Sebaliknya tidak sedikit mencemooh tatkala mendengar seseorang
berprofesi sebagai “guru mengaji”, ustadz dan yang semacamnya. Karena
itulah tidak heran banyak orang yang menganggap rendah jika memasukkan
anaknya ke sekolah agama dengan alasan bahwa masa depan anaknya akan
menjadi suram.
Beruntungkah Qarun sebagai orang terkaya di zamannya ?
Tatkala Qarun keluar dengan parade barisan yang terdiri dari kereta
kencana, mahkota dan para prajurit dan dayang-dayang yang
menggiringinya dengan segala perhiasan emas, perak, permata,
zamrud..dst, maka melelehlah air liur kebanyakan Bani Israil melihat
kemegahan didepan mata mereka, dan secara sepontan keluarlah ucapan”
Alangkah beruntungnya seandainya kita memiliki kekayaan yang dimiliki
Qarun…sungguh dialah orang yang beruntung”.
Allah –subhanahu wa ta’ala- mengungkapkan dalam FirmanNya tentang kisah ini :
إنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَى فَبَغَى عَلَيْهِمْ
وَآَتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ
بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ
إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ (76) وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ
اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي
الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ (77) قَالَ إِنَّمَا
أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ
أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً
وَأَكْثَرُ جَمْعًا وَلَا يُسْأَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْnlhمُجْرِمُونَ
(78) فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ
الْحَيَاةَ الدُّنْيَا يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ
إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (79) وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ
وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِمَنْ آَمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا وَلَا
يُلَقَّاهَا إِلَّا الصَّابِرُونَ (80) فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ
الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ
وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ (81) وَأَصْبَحَ الَّذِينَ تَمَنَّوْا
مَكَانَهُ بِالْأَمْسِ يَقُولُونَ وَيْكَأَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ
لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَوْلَا أَنْ مَنَّ اللَّهُ
عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا وَيْكَأَنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ (82)
تِلْكَ الدَّارُ الْآَخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ
عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ (83)
Sungguh Qarun adalah bagian dari kaum Musa yang melampaui batas
terhadap mereka, dan Kami telah berikan padanya dari perbendaharaan
kekayaannya yang kunci-kuncinya hanya mampu di bawa sejumlah orang-orang
kuat, tatkala berkata padanya kaumya:”jangan lah engkau merasa bangga
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong. Dan carilah
dari apa-apa yang Allah berikan padamu negeri akhirat dan janganlah lupa
kehidupanmu di dunia dan berbuat baiklah sebagaimana Allah berbuat baik
padamu dan jangan pernah melampaui batas merusak di bumi sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang merusak.
Maka Qarun menjawab: “sesungguhnya semua(kekayaan) ini kudapatkan
karena ilmuku”, tidak kah dia mengetahui bahwa Allah telah pernah
membinasakan orang-orang sebelumnya yang mereka lebih kuat dan lebih
banyak mengumpulkan harta?, dan kelak tidak akan pernah ditanyakan
tentang dosa-dosa para pelaku kejahatan.
Maka keluarlah Qarun di tengah-tengah kaumnya dengan
perhiasan(pakaian kebesaran) nya, berkatalah orang-orang yang
menginginkan kehidupan dunia:”Aduhai sungguh beruntungya kita seandainya
memiliki apa yang dimiliki Qarun, sungguh dia adalah orang yang
beruntung”. Dan berkatalah orang-orang yang diberikan Ilmu: “celakah
kalian sesungguhnya ganjaran Allah lebih baik bagi siapa yang beriman
dan beramal sholeh,dan tindak mendapatkannya kecuali orang-orang yang
sholeh.
Maka kami tenggelamkan dia dan seluruh tanah dan rumahnya kedalam
perut bumi, dan tidak seorangpun yang dapat menolongnya dari selain
Allah dan dia bukanlah dari golongan orang-orang yang beruntung. Maka
(melihat itu) berkatalah orang-orang yang kemarin mengharap agar diberi
kekayaan sepertinya: Aduhai sungguh Allah melapangkan rezeki kepada
siapa-siapa Yang dia Kehendaki ari hamba-hambanya dan menyempitkannya,
seandainya Allah tidak merahmati kita niscaya kita akan ditenggelamkan
sungguh benarlah bahwa tidak akan pernah beruntung orang-orang kafir.
Sungguh negeri akhirat itu kami jadikan bagi orang-orang yang tidak
menginginkan berbuat kesombongan di bumi tidak pula berbuat
kerusakan,dan sungguh akhir segala sesuatu akan menjadi milik
orang-orang yang bertaqwa.(QS.Al-Qasas :76-83)
Ketika kekayaan menjadi petaka
Dari penjelasan ayat di atas, jelaslah bahwa kekayaan yang dimiliki
Qarun menjadi sumber malapetaka yang membuatnya di tenggelamkan dalam
perut bumi dan menjadi pelajaran berharga tentang kesombongan dan
keangkuhan setiap generasi yang datang belakangan, hingga lekatlah nama
“harta karun” untuk setiap harta yang ditemukan di dalam tanah.
Dua sudut pandang yang berbeda
Orang-orang awam yang cenderung menimbang segala sesuatu
keberhasilan dengan kekayaan dan harta ,menganggap bahwa Qarun adalah
makhluk yang beruntung dan layak di anjungkan jempol. Hingga mereka
berandai-andai kalaulah mereka menjadi Qarun. Dalam realita kehidupan
ini, anda akan senantiasa menjumpai orang-orang seperti ini. Banyak
orang tua yang berharap seandainya anaknya menjadi artis kondang,
bintang film maupun penyayi yang lekat dengan glamour dan kekayaan,
sementara sebagian lainnya berharap sekiranya anak-anak mereka menjadi
pejabat dan konglomerat, tanpa pernah memperdulikan akhlak dan moral
orang-orang di atas yang penuh kefasikan , culas dan keangkuhan. Adapun
para ulama yang melihat bahwa harta adalah ujian bagi seseorang yang
terkadang membuat dia sombong dan lupa diri hingga tenggelam dalam murka
Allah- jika tidak bijak dalam menyalurkannya dan menyikapinya-mereka
memandang bahwa yang abadi dan hakiki adalah ganjaran di sisi Allah di
hari Kiamat bagi setiap orang beriman dan beramal sholeh. Dari ayat di
atas juga terdapat pelajaran bahwa seadainya kekayaan adalah sumber
kemuliaan diri, niscaya mustahil Allah membinaskan umat terdahulu yang
lebih hebat dan lebih kaya daripada Qarun.
Beruntungkah Fira’un dan Haman dengan kekuasaan dan jabatan mereka?
Sebagaimana kebanyakan orang condong kepada para konglomerat dan
ahli dunia, mereka juga akan menganggap keberuntungan itu ada pada
jabatan dan kekuasaan,menurut mereka…alangkah beruntungnya jadi
penguasa, pejabat, anggota dewan,menteri…dst. mereka akan selalu
menggiring anak-anak mereka agar ketika besar kelak menjadi pejabat yang
nota bene banyak uang, populer dan disegani orang.
Ketika anda berbicara tentang sosok penguasa yang melegendaris dan
tersohor sepanjang abad,dialah Fir’aun-a’laihi la’natullah—yang berani
memproklamirkan diri sebagai Tuhan Tertinggi QS. AN-Naziat: 24.
Allah menceritakan:
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ
إِلَهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَلْ لِي
صَرْحًا لَعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ مِنَ
الْكَاذِبِينَ (38) وَاسْتَكْبَرَ هُوَ وَجُنُودُهُ فِي الْأَرْضِ
بِغَيْرِ الْحَقِّ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ إِلَيْنَا لَا يُرْجَعُونَ (39)
فَأَخَذْنَاهُ وَجُنُودَهُ فَنَبَذْنَاهُمْ فِي الْيَمِّ فَانْظُرْ كَيْفَ
كَانَ عَاقِبَةُ الظَّالِمِينَ (40) وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ
إِلَى النَّارِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يُنْصَرُونَ (41)
وَأَتْبَعْنَاهُمْ فِي هَذِهِ الدُّنْيَا لَعْنَةً وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ
هُمْ مِنَ الْمَقْبُوحِينَ( 42 )
Dan berkata Fir’aun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui
tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah
liat,kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat
naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa
dia termasuk orang-orang pendusta.Dan berlaku angkuhlah Fir’aun dan bala
tentaranya di bumi (Mesir) tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka
bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami.Dan Kami jadikan
mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari
kiamat mereka tidak akan ditolong.Dan Kami iringi mereka dengan laknat
di dunia ini; dan pada hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang
dijauhkan (dari rahmat Allah). Maka Kami hukum Fir’aun dan bala
tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut. Maka lihatlah
bagaimana akibat orang-orang yang zalim. QS. Al-Qasas:38-42.
Mana kemegahan Istana Firaun dan kepongahannya?apakah berguna
baginya kekuasaanya untuk menolak murka dan azab Allah yang
meneggelamkannya dalam Laut Merah? Benarkah kekuasaan itu standar
keberuntungan?atau malah sebaliknya menjadi penyebab terbesar
kesombongan dan penentang kebenaran.
Bukankah musuh kebanyakan para Nabi adalah pembesar kaum? Dan
bukankah musuh terdepan Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
para pembesar Quraisy semisal Abu Jahal dan Abu Lahab, Utbah dan
Syai’bah?.
Semua manusia merugi ?
Alquran menerangkan bahwa hakikatnya semua manusia adalah merugi,
apapun etnis dan warna kulitnya, puak dan bangsanya, bahasa dan
budayanya, apa dan bagaimanapun jabatan dan status sosialnya. Apa guna
kekayaan Qarun maupun jabatan Firaun yang berakhir dengan tragis?yang
satu ditenggelamkan di bumi dan yang lain di tenggelamkan di laut!.
Jelaslah semua manusia dasarnya merugi dan akan menjadi bahan bakar
api neraka dihari kiamat jika tidak beriman kepada Allah, beramal
sholeh, berdakwah menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar, serta
bersabar dalam iman amal dan dakwah.
Seorang helper ataupun operator di perusahan;seorang kuli rendahan
dan tukang angkut, seorang yang hidup miskin ataupun pas-pasan;tukang
ojek dan tukang becak…..jauh lebih berharga dengan iman
mereka,dibandingkan pejabat yang kafir dan koruptor; anggota dewan yang
berlagak menjadi Tuhan ketika membuat undang-undang yang berseberangan
dengan hukum Allah; manager yang menjadi hamba-hamba berhala dan thagut.
Negeri kaum muslimin dengan segala problemnya dan dosa-dosa yang mereka
lakukan hingga Allah menghukum mereka agar kembali kepada Allah….jauh
lebih mulia dibandingkan negeri kafir dengan segala fasilitas dunia dan
tekhnologi yang mereka kuasai.
Konsep Alquran untuk meraih keberuntungan dan menjadi orang-orang yang beruntung
Jika anda mau keberuntungan yang tidak akan pernah diiringi dengan
kerugian, inilah konsep yang ditawarkan Alquran untuk meraih hal
tersebut:
1. Beriman, beramal, berdakwah dan bersabar. Allah berfirman:
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2)
إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا
بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
“Demi Masa, sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian”. QS.
Al-Ashri: 1-2.Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh,
saling berwasiat dengan kebenaran dan saling berwasiat dengan
kesabaran.” QS. Al-Ashri: 3.
2. Beriman kepada alam ghaib,menegakkan sholat , berinfaq, beriman
kepada kitab-kitab Allah dan beriman pada hari berbangkit. Allah
berfirman:
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ
الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (3) وَالَّذِينَ
يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ
وَبِالْآَخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ (4) أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ
وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (5)
Mereka adalah orang-orang yang beriman dengan perkara ghaib dan
menegakkan sholat dan dari sebagian rezeki yang kami berikan mereka
berinfaq. Mereka adalah orang yang beriman dengan apa-apa yang
diturunkan padamu dan apa-apa yang diturunkan sebelummu dan mereka
beriman dengan hari akhirat. Mereka adalah orang-orang yang berada di
atas petunjuk Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung.QS: Albaqarah: 3-5.
3. Menegakkan amar ma’ruf dan Nahi Mungkar, Allah berfirman:
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ
وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ
هُمُ الْمُفْلِحُون
“Dan hendaknya ada diantara kalian satu golongan orang-orang yang
menyeru kepada kebaikan dan mengajak manusia berbuat perkara ma’ruf dan
mencegah mereka dari perkara mungkar, dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung.QS. Al-Imran: 104.
4. Orang-orang yang berat timbangan kebajikannya di hari kiamat. Allah berfirman:
وَالْوَزْنُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan timbangan pada hari itu adalah hak adanya, maka barang siapa
yang berat timbangan(kebajiaknnya) mereka itulah orang-orang yang
beruntung. QS.Al-A’raf: 8.
5. Beriman dengan Nabi,membelanya, dan mengikuti sunnahnya. Allah berfirman:
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ
الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ
وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ
الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ
الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ
عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آَمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ
وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ
الْمُفْلِحُون
“Dan orang-orang yang mengikuti Rasul dan Nabi yang Ummi yang
mereka dapati tertulis di sisi mereka dalam Taurat dan Injil yang
memerintahkan mereka untuk berbuat ma’ruf dan mencegah mereka berbuat
mungkar dan mengharamkan atas mereka segala yang keji dan melepaskan
dari mereka belenggu dan rantai yang mengikat mereka,maka bagi
orang-orang yang beriman padanya, membelanya dan menolongnya serta
mengikuti cahaya yang diturunkan bersamanya maka mereka itulah
orang-orang yang beruntung. QS. Al-A’raf: 157.
6. Berjihad dengan harta dan jiwa. Allah berfirman:
لَكِنِ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ
جَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ وَأُولَئِكَ لَهُمُ الْخَيْرَاتُ
وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Namun Rasulullah dan orang-orang beriman bersamanya, mereka
berjihad dengan harta dan jiwa mereka dan bagi mereka disiapkan kebaikan
dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.QS. At-Taubah: 88.
7. Tunduk dan patuh terhadap segala keputusan Rasulullah. Allah berfirman:
إنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا
إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا
وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Sesungguhnya hendaklah perkataan orang-orang beriman tatkala
diseru kepada Allah dan Rasulnya agar menjadi pemutus perkara antara
mereka berkata:”kami dengar dan kami patuhi, dan mereka itulah
orang-orang yang beruntung.QS. An-nur: 51.
8. Ikhlas dalam berinfak terhadap kerabat dekat, orang-orang miskin
dan orang-orang yang terputus bekal dalam perjalanan. Allah berfirman:
فَآَتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ
السَّبِيلِ ذَلِكَ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يُرِيدُونَ وَجْهَ اللَّهِ
وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“ Maka berilah hak kerabat dekat, orang-orang miskin dan Ibnus
sabil, yang demikian itu lebih baik bagi orang-orang yang menginginkan
wajah Allah dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”QS.Ar-Rum: 38.
9. Tidak mencintai orang-orang yang menentang Allah dan Rasulnya sekalipun mereka adalah kerabat terdekat. Allah berfirman:
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
الْآَخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا
آَبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ
أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ
مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ
حِزْبُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Engkau tidak pernah mendapatkan satu kaum yang beriman kepada
Allah dan hari akhirat, mencintai orang-orang yang menentang Allah dan
Rasulnya sekalipun mereka adalah bapak-bapak mereka,Anak-anak mereka,
saudara-saudara mereka ataupun kerabat mereka, mereka itulah orang-orang
yang Allah tetapkan dalam hati mereka iman dan memperkuat mereka dengan
pertolongan dariNya dan memasukkan mereka kedalam surga-surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dan Allah
meridhoi mereka dan merekapun ridho terhadap Allah mereka itulah
golongan hamba-hamba Allah dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung.QS.Al-Mujadalah: 22.
10. Orang-orang dermawan yang terlepas dari sifat kikir. Allah berfirman:
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ
قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي
صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ
وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ
هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“ Dan orang-orang yang menyiapkan kampung halaman mereka dan mereka
beriman, mereka mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka dan
mereka tidak mendapati dalam dada mereka ada keberatan atas apa yang
mereka berikan dan mereka lebih mendahulukan kepentingan saudara mereka
atas diri mereka sekalipun mereka membuthkan apa yang mereka beri,maka
barang siapa yang dipelihara dari sifat kikir maka merekalah orang-orang
yang beruntung. QS. Al-Hasyar: 9.
Ciri-ciri orang yang beruntung
Jika anda inggin menggukur seseorang apakah dia sosok orang yang
beruntung atau malah sebaliknya orang yang akan “ buntung” dan
binasa….maka ada timbangan yang dibuat agama untuk menjadi tolok
ukurnya, apakah timbangan itu?
Dalam kitab” al-Wabil Asshoyyib “ karya “dokter hati” Ibnul
Qayyim-rahimahullah- beliau menyebutkan bahwa ciri-ciri keberuntungan
pada seseorang itu dapat di ukur dengan sikapnya dalam mengahadapi tiga
hal di dunia ini.
Bersyukur dikala bergelimang nikmat
Beliau menyimpulkan bahwa manusia di dunia ini pasti akan
senantiasa menghadapi perkara-perkara yang menyenangkan berupa :
memiliki kekayaan, jabatan, popularitas, pengikut…dst. Ciri –ciri orang
beruntung dalam hal ini yaitu, tatkala dia mampu menghadapi segala
kenikmatan dengan syukur kepada Allah.dan syukur itu dibangun diatas
tiga pilar yaitu:
1)meyakini sepenuh hati bahwa seluruh nikmat adalah milik Allah dan
datang dari Allah, tiada daya upaya hamba sedikit juapun keculi dengan
bantuan Allah,serta memahami bahwa hal tresebut adalah ujian Allah
baginya.
2)menampakkan semua nikmat yang Allah berikan dalam bentuk ucapan
dan sikap,seperti ucapan syukur “alhamdulillah” dan semisalnya .
3)mengunakan segala nikmat Allah untuk berbakti menghambakan
dirinya kepada Allah-subhanahu wa ta’ala-, menggunakan kekayaan dan
jabatannya untuk kebaikan dan kepentingan orang banyak demi terwujudnya
masyarakat yang beriman dan beramal sholeh.
Bersabar tatkala berkubang ujian dan musibah
Hidup ini tidak selalu nikmat dan menyenangkan, terkadang anda
digiring oleh takdir Allah untuk menghadapi berbagai ujian dan cobaan
kehidupan seperti : kemiskinan, penyakit, bencana alam, kehilangan
orang-orang yang anda cintai, kelaparan dan kekeringan yang menyebabkan
gagal panen dan masa paceklik…dst.
Maka hamba yang beruntung adalah hamba yang mampu menghadapi segala
penderitaan dan musibah yang datang dari Allah dengan bersabar. Adapun
sabar yang benar dibangun di atas tiga pilar:
1) meyakini bahwa semua yang digariskan Allah atasnya adalah
ketentuan yang harus dia terima dengan ikhlas dan ridho dengan menyakini
bahwa Allah inggin menguji imannya untuk memuliakannya dan mengangkat
derajatnya seandainya dia bersabar.
2) Menahan lisannya untuk tidak mengeluarkan kata-kata kesal,
sebal, yang menghujat takdir Allah-subhanahu wa ta’ala-seperti ucapan
meratap tatkala ditimpa musibah, dan ungkapan-ungkapan semisal”kenapa
kau turunkan musibah ini padaku ya Allah…apa salahku, kapankah
penyakitku kau sembuhkan ya Allah…mana keadilanMu ya Allah…dst.
3) Manahan anggota tubuhnya untuk tidak bermaksiat seperti
menampar-nampar wajah ketika dapat musibah;mengoyak-ngoyak baju,
menarik-narik rambut..dst.
Beristighfar tatkala tenggelam dalam dosa-dosa dan maksiat
Seluruh anak Adam senantiasa bersalah dan berdosa, hal itu sesuai
dengan kenaifan mereka dan hawa nafsu serta syaitan yang tidak pernah
meninggakan mereka. Siapa yang tidak pernah berdosa dan
bersalah…Adam-Alaihis salam-pun pernah tergelincir dan tersalah, padahal
tidaklah akal seluruh anak-cucu nya dibandingkan dengan Adam kecuali
bagaikan samudera dengan tetesan-tetesan air.
Bukankan ada diantara sahabat Rasulullah yang tergelincir hingga
berzina? Minum khamar dan kemudian Allah mensucikan mereka dengan taubat
dan istighfar?. Tidak kah anda membaca bahwa ada seorang wanita yang
datang kepada Nabi minta disucikan dosanya dengan rajam karena dia hamil
dari hubungan zina?.
Maka hal di atas menunjukkan bahwa permasalahannya bukanlah pada
dosa yang terkadang seseorang tergelincir padanya…tetapi apakah dia mau
bertobat dan berusaha untuk menggantikan kejelekannya dengan kebaikan ?
bukanlah Allah mengampuni semua dosa jika seseorang bertaubat darinya?
Maka jika anda inggin melihat seseorang apakah dia adalah orang
yang beruntung, lihatlah sikapnya setelah berdosa. Jika dia terlihat
menyesal, menggantikan dosa-dosa dengan amal sholeh, maka dialah orang
yang beruntung insyaallah.
Para pembaca budiman….tunggu apa lagi…mari berlomba meraih keberuntungan.
(Ditulis oleh Ustad Ahmad Ridwan, Lc)
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation.
0 komentar:
Posting Komentar