Lifestyle

Informasi:

Ini merupakan blog yang berisi artikel tentang memajukan Islam, mari bersatu, hindari perpecahan, Jadikan Islam sebagai Penguasa dunia dalam bisnis, pemerintahan dan semua sendi kehidupan

Rabu, 31 Juli 2013

Ustadz Muhammad Arifin Ilham: "Nasihat untuk sahabatku para Da'i"

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh Jazakumullah, al ‘ulama al ahibbaa’ fillah..

Arifin mohon maaf lahir batin. Ikhwah fillah Persoalan terbesar bagi umat Islam saat ini yang mengalami kekalahan di semua lini, politik, ekonomi, sosial, budaya, militer, bahkan semua aspek kehidupan karena umat Islam telah meninggalkan Islam, meninggalkan Al-Qur’an dan Sunnah, dan sampai puncaknya adalah krisis ukhuwah. Bukan hanya bagi umat Islam, bahkan bagi ulamanya sendiri. Ikhwah fillah Kenapa kita tidak punya haibah? prestise di dunia, di negeri sendiri? Pada lingkungan kita sendiri kita tidak punya haibah, karena kita tidak punya al-quwwah, kekuatan.

 Kenapa tidak punya al-quwwah? karena tidak punya wahdah, kita sejujurnya belum bersatu, tahsabuhum jami’an wa qulubuhum syatta… (Al-Hasyr, 59: 14) Kesannya saja, retorikanya kita bersatu, sebenarnya kita masih ingin eksis dengan jati diri masing-masing, mazhab masing-masing, pendapat, kelompok, organisasi masing-masing. Kenapa kita gak punya wahdah? ya… karena kita mengalami yang disebut dengan ukhuwah, saling cinta karena Allah, saling tolong karena Allah, saling menghargai karena Allah, saling mendo’akan karena Allah, saling mendukung karena Allah, saling menutupi aib karena Allah. Kadang tidak perlu duduk bersama, tapi hati bersama itu jauh lebih utama. Dan tentu jauh lebih afdhal duduk bersama dan hati kita bersama seperti shaf shalat berjama’ah. Nah… kenapa tidak mengalami kekuatan ukhuwah itu? karena kita mengalami krisis iman. Allah, ridha-Nya, rahmat-Nya, ampunan-Nya, hidayah-Nya, berkah-Nya, Rasul-Nya, akhirat-Nya bukan menjadi tujuan dan orientasi dalam setiap aktifitas kita. Maaf, mungkin ini terlalu kasar… Bahasanya agama, tapi hatinya dunia,

 …وَعَصَيْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا أَرَاكُمْ مَا تُحِبُّونَ… (Ali ‘Imran, 3: 152)

Kelumpuhan terjadi bagi umat Islam dan terutama para juru dakwah adalah karena mereka lebih melihat ghanimah ketimbang ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Ikhwah… Kalau Allah dan Rasul dan akhirat menjadi tujuan dan orientasi dalam setiap harakah dakwah kita, maka kita akan mengedepankan, mengutamakan dakwah, itu yang menjadi skala prioritas, main goal, dalam semua aktifitas kita, dakwah, dakwah, dakwah, tanpa diundangpun dakwah. Kita menunggu undangan, baru dakwah. Ulama yang terbaik itu ulama air hujan, yang menghujani siapa pun, minimal ulama mata air yang orang datang rindu kepadanya. Jangan jadi air pam, air pam itu kalau gak diundang, gak keluar dia, kalau gak dibayar gak keluar dia, gak tsiqah dalam dakwah, memilah milih dalam dakwah, akhirnya retorika-retorika saja, intinya dia mencari duit. Ini ngamen ya ikhwah, atau menjadi juru dakwah air comberan, munafik, dia berbuat maksiat

. كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (Ash-Shaff, 61: 3)

 Nah… dakwah kita utamakan, kita berkumpul karena kita mengutamakan dakwah, kita bisa bersama karena mengutamakan dakwah. Jadi benang tasbih walaupun bijiannya warna warni, kalau benangnya adalah dakwah, kita akan bisa bersama ya ikhwah. Islam bisa berkembang karena dakwah, Rasul menyebarkan dakwah, lalu dilanjutkan para sahabat. Sahabat wafat, dilanjutkan tabi’ut tabiin, lalu salafus shalih. Dan kita bisa begini pun karena dakwah, maka dakwahlah utamakan.

 Dimulai dakwah pada diri sendiri, fardiyah, ahliyah, keluarga kita, lalu sahabat-sahabat kita, lalu khususiah orang-orang penting, lalu ijtima’iyah, tabligh, ta’lim, kemudian ‘umumiyah, siapapun didakwahi tanpa merasa paling suci. Kemudian kalau dakwah yang menjadi prioritas, maka yang kedua adalah ukhuwah. Nah… buahnya dari orientasi dakwah itu ukhuwah. Banyak kita berbeda paham dengan kawan-kawan. Misalnya Arifin, ada yang membid’ahkan zikir, Arifin sayang kepada kawan-kawan yang membid’ahkan zikir. Tidak ada masalah, tidak penting perbedaan itu, yang penting ukhuwahnya, yang penting dakwahnya. Hanya karena perbedaan qunut… Ndak penting perbedaan itu, yang penting dakwahnya, ukhuwahnya, ndak penting zikir berjama’ah itu, yang penting ummat itu bertaubat dan sebagainya, itu yang penting. Jadi hal-hal yang kecil yang masih persoalan furu’iyah bukan ushuliyah, kecuali yang sudah difatwakan jelas, bayan, clear, oleh Majelis Ulama Indonesia. Ada yang kita bersama, ada yang tidak bisa kita bersama.

 Kemudian yang ketiga.. kalau sudah dakwah yang menjadi prioritas maka ukhuwah. Kalau “iyyaka na’budu wa iyyaka nast’ain” kalau Allah menjadi tujuan kita “na’budu”, kami beribadah bersama, kami mohon pertolongan kepada Allah, kami.. bukan aku.. kami… ‘aku’, ‘kamu’.. lebur menjadi ‘kami’. “shaffan ka annahum bunyaanun marshush” (Ash-Shaff, 61: 4). Nah, kemudian yang ketiga: maslahah. Kalau sudah ukhuwah, maka ke-maslahah-nya yang dikedepankan. Maslahahnya apa? Kita di samping masjid Az-Zikra ada mushalla yang berbeda, yang mereka tidak sependapat dengan speaker (aspek) anti-speaker. Mushallanya hancur, bocor, kita bangunkan. Subhanallah… gak ada masalah speaker nggak speaker, maslahahnya untuk ummat biar bisa shalat di mushalla itu. Ya… Allah… ini kemaslahahan yang harus dikedepankan setelah ukhuwah dan prioritas dakwah. Maka Arifin bahagia sekali, walaupun keadaan hanya bisa melewati ini, tapi Arifin menyayangi semua, ayah, ikhwah fillah, kawan-kawan, juru-juru dakwah. Ini saatnya bukan lagi retorika-retorikaan, bukan main-main lagi dakwah, bukan lagi eksis-eksis sendirian lagi, ndak perlu lagilah dengan ge-er dengan pujian, ndak perlu lagi sakit hati dengan hinaan. Saatnya kita menjadi teladan bagi ummat, jadi mata air, jadi cahaya, apa yang di hati itu yang difikirkan, apa yang difikirkan itu yang diucapkan, apa yang diucapkan itu diamalkan, istiqamah, tsiqah, lahir batin ta’at kepada Allah jalla jalaluhu, figur teladan bagi ummat, tidak main-main, tidak lagi menjual-jual, main-main kata, penuh dengan gaya-gaya. Tidak perlu lagi takut dengan caci maki, hinaan, gosip.

Dakwah liyuhiqqal haqqa wayubthilal bathila walau karihal mujrimun… (Al-Anfaal, 8: 8).

 Keniscayaan akan dicaci maki oleh orang mujrimun itu. Fitnah itu memang menyakitkan, kotoran, tapi bagi orang beriman dia bisa olah menjadi pupuk yang menyenangkan, pupuk yang menyuburkan keimanannya.

 وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا (Al Furqan, 25: 63)

 Ketahuilah ya ikhwah, yang paling pantas berdakwah itu siapa? Hamba Allah yang istiqamah, yang tidak main-main dengan kata-katanya, bukannya surat Fushshilat (menerangkan),

 إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا… (Fushshilat, 41: 30)

Lihat setelah itu,

 وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (Fushshilat, 41: 33)

Mereka yang istiqamah lalu mereka berdakwah, Ikhwah, al lughah al madzuqah, bahasa itu rasa, ummat itu bisa merasakan mana main-main kata, mana yang serius dalam berdakwah, mana yang istiqamah, mana yang dalam setiap kata-katanya yang benar-benar tulus mencintai ummat. Maaf ikhwah, kalau Arifin menyampaikan ini. Inilah keadaan sekarang, mudah-mudahan Arifin dan semua ikhwah, Allah bersamakan dalam ridha-Nya, dalam rahmat-Nya, dalam ampunan-Nya, dan hidayah-Nya, dalam berkah-Nya, dalam harakah dakwah-Nya. Kita bersama walaupun tidak harus duduk kita bersama, suatu saat kita duduk bersama lalu kita bersama-sama. Puncak perjuangan kita adalah tegaknya syari’at Allah di negeri yang kita cintai ini dan tegaknya khilafah Islamiyah.

 سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ ، أَشْهَدُ أَنْ لا إِلهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتْوبُ إِلَيْكَ

Banyak salah Arifin, uhibbukum fillah. Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh. (Ukasyah/arrahmah.com) -

Inilah 15 ciri pengikut syiah di Indonesia


Inilah 15 ciri pengikut syiah di Indonesia
(Arrahmah.com) - Indonesia tengah menjadi target Syi’ahisasi besar-besaran. Hingga kini banyak pengikutnya berada di berbagai wilayah Indonesia, terutama di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Jumlah penganut Syiah di Indonesia Ketua Dewan Syura Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) Jalaluddin Rakhmat, pernah mengatakan kisaran jumlah penganut Syiah di Indonesia , “Perkiraan tertinggi, 5 juta orang. Tapi, menurut saya, sekitar 2,5 jiwa,” kata Kang Jalal, sapaan Jalaluddin Rakhmat. Pemeluk Syiah, kata Kang Jalal melanjutkan, sebagian besar ada di Bandung, Makassar, dan Jakarta. Selain itu, ada juga kelompok Syiah di Tegal, Jepara, Pekalongan, dan Semarang; Garut; Bondowoso, Pasuruan, dan Madura. Diperkirakan, kebanyakan dari mereka sedang melakukan taqiyah dalam rangka melindungi diri dari kelompok Sunni. Taqiyah adalah kondisi luar seseorang dengan yang ada di dalam batinnya tidaklah sama. Memang taqiyah juga dikenal di kalangan Ahlus Sunnah. Hanya saja menurut Ahlus Sunnah, taqiyah digunakan untuk menghindarkan diri dari musuh-musuh Islam alias orang kafir atau ketika perang maupun kondisi yang sangat membahayakan orang Islam.
jalaludin nggak rahmat Ketua Dewan Syura Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI), Jalaluddin Rakhmat.

 Sementara itu menurut Syi’ah bahwa Taqiyah wajib dilakukan. Jadi taqiyah adalah salah satu prinsip agama mereka. Taqiyah dilakukan kepada orang selain Syi’ah, seperti ungkapan bahwa Al Quran Syi’ah adalah sama dengan Al Quran Ahlus Sunnah. Padahal ungkapan ini hanyalah kepura-puraan mereka. Mereka juga bertaqiyah dengan pura-pura mengakui pemerintahan Islam selain Syi’ah.

Menurut Ali Muhammad Ash Shalabi, taqiyah dalam Syiah ada empat unsur pokok ajaran;
Pertama, Menampilkan hal yang berbeda dari apa yang ada dalam hatinya.
Kedua, taqiyah digunakan dalam berinteraksi dengan lawan-lawan Syiah.
Ketiga, taqiyah berhubungan dengan perkara agama atau keyakinan yang dianut lawan-lawan.
Keempat, digunakan di saat berada dalam kondisi mencemaskan

 Menurut Syaikh Mamduh Farhan Al-Buhairi di Majalah Islam Internasional Qiblati, ciri-ciri pengikut Syi’ah sangat mudah dikenali, kita dapat memperhatikan sejumlah cirri-ciri berikut:
1.Mengenakan songkok hitam dengan bentuk tertentu. Tidak seperti songkok yang dikenal umumnya masyarakat Indonesia, songkok mereka seperti songkok orang Arab hanya saja warnanya hitam.
2.Tidak shalat jum’at. Meskipun shalat jum’at bersama jama’ah, tetapi dia langsung berdiri setelah imam mengucapkan salam. Orang-orang akan mengira dia mengerjakan shalat sunnah, padahal dia menyempurnakan shalat Zhuhur empat raka’at, karena pengikut Syi’ah tidak meyakini keabsahan shalat jum’at kecuali bersama Imam yang ma’shum atau wakilnya.
3. Pengikut Syi’ah juga tidak akan mengakhiri shalatnya dengan mengucapkan salam yang dikenal kaum Muslimin, tetapi dengan memukul kedua pahanya beberapa kali.
4. Pengikut Syi’ah jarang shalat jama’ah karena mereka tidak mengakui shalat lima waktu, tapi yang mereka yakini hanya tiga waktu saja.
5. Mayoritas pengikut Syi’ah selalu membawa At-Turbah Al-Husainiyah yaitu batu/tanah (dari Karbala – redaksi) yang digunakan menempatkan kening ketika sujud bila mereka shalat tidak didekat orang lain.
6. Jika Anda perhatikan caranya berwudhu maka Anda akan dapati bahwa wudhunya sangat aneh, tidak seperti yang dikenal kaum Muslimin.
7. Anda tidak akan mendapatkan penganut Syi’ah hadir dalam kajian dan ceramah Ahlus Sunnah.
8. Anda juga akan melihat penganut Syi’ah banyak-banyak mengingat Ahlul Bait; Ali, Fathimah, Hasan dan Husain radhiyallahu anhum.
9. Mereka juga tidak akan menunjukkan penghormatan kepada Abu Bakar, Umar, Utsman, mayoritas sahabat dan Ummahatul Mukminin radhiyallahu anhum.
10. Pada bulan Ramadhan penganut Syi’ah tidak langsung berbuka puasa setelah Adzan maghrib; dalam hal ini Syi’ah berkeyakinan seperti Yahudi yaitu berbuka puasa jika bintang-bintang sudah nampak di langit, dengan kata lain mereka berbuka bila benar-benar sudah masuk waktu malam.
10. (mereka juga tidak shalat tarwih bersama kaum Muslimin, karena menganggapnya sebagai bid’ah) 11.Mereka berusaha sekuat tenaga untuk menanam dan menimbulkan fitnah antara jamaah salaf dengan jamaah lain, sementara itu mereka mengklaim tidak ada perselisihan antara mereka dengan jamaah lain selain salaf. Ini tentu tidak benar.
12. Anda tidak akan mendapati seorang penganut Syi’ah memegang dan membaca Al-Qur’an kecuali jarang sekali, itu pun sebagai bentuk taqiyyah (kamuflase), karena Al-Qur’an yang benar menurut mereka yaitu al-Qur’an yang berada di tangan al-Mahdi yang ditunggu kedatangannya.
13 Orang Syi’ah tidak berpuasa pada hari Asyura, dia hanya menampilkan kesedihan di hari tersebut. 14.Mereka juga berusaha keras mempengaruhi kaum wanita khususnya para mahasiswi di perguruan tinggi atau di perkampungan sebagai langkah awal untuk memenuhi keinginannya melakukan mut’ah dengan para wanita tersebut bila nantinya mereka menerima agama Syi’ah.
15.Oleh sebab itu Anda akan dapati; Orang-orang Syi’ah getol mendakwahi orang-orang tua yang memiliki anak putri, dengan harapan anak putrinya juga ikut menganut Syi’ah sehingga dengan leluasa dia bisa melakukan zina mut’ah dengan wanita tersebut baik dengan sepengetahuan ayahnya ataupun tidak. Pada hakikatnya ketika ada seorang yang ayah yang menerima agama Syi’ah, maka para pengikut Syi’ah yang lain otomatis telah mendapatkan anak gadisnya untuk dimut’ah. Tentunya setelah mereka berhasil meyakinkan bolehnya mut’ah. Semua kemudahan, kelebihan, dan kesenangan terhadap syahwat ini ada dalam diri para pemuda, sehingga dengan mudah para pengikut Syi’ah menjerat mereka bergabung dengan agama Syi’ah. Ciri-ciri mereka sangat banyak. Selain yang kami sebutkan di atas masih banyak ciri-ciri lainnya, sehingga tidak mungkin bagi kita untuk menjelaskan semuanya di sini. Namun cara yang paling praktis ialah dengan memperhatikan raut wajah. Wajah mereka merah padam jika Anda mencela Khomeini dan Sistani, tapi bila Anda menghujat Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dan Hafshah, atau sahabat-sahabat lainnya radhiyallahu anhum tidak ada sedikitpun tanda-tanda kegundahan di wajahnya. Akhirnya, dengan hati yang terang Ahlus Sunnah dapat mengenali pengikut Syi’ah dari wajah hitam mereka karena tidak memiliki keberkahan, jika Anda perhatikan wajah mereka maka Anda akan membuktikan kebenaran penilaian ini, dan inilah hukuman bagi siapa saja yang mencela dan menyepelekan para sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan para ibunda kaum Musliminradhiyallahu anhunn yang dijanjikan surga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita memohon hidayah kepada Allah untuk kita dan mereka semua. Wallahu a’lam. (fimadani.com/arrahmah.com) - See more at: http://www.arrahmah.com/kajian-islam/inilah-15-ciri-pengikut-syiah-di-indonesia.html#sthash.0veyAF4v.dpuf

Selasa, 30 Juli 2013

Beginilah mereka menghancurkan kita, lalu bagaimana sikap kita…?

Beginilah mereka menghancurkan kita, lalu bagaimana sikap kita…?

Ibu Guru berkerudung rapi tampak bersemangat di depan kelas sedang mendidik murid-muridnya dalam pendidikan Syari’at Islam. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada penghapus. Ibu Guru berkata, “Saya punya permainan. Caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada penghapus.
Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah “Kapur!”, jika saya angkat penghapus ini, maka berserulah “Penghapus!” Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Ibu Guru mengangkat silih berganti antara tangan kanan dan tangan kirinya, kian lama kian cepat.
Beberapa saat kemudian sang guru kembali berkata, “Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka berserulah “Penghapus!”, jika saya angkat penghapus, maka katakanlah “Kapur!”. Dan permainan diulang kembali.
Maka pada mulanya murid-murid itu keliru dan kikuk, dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kikuk. Selang beberapa saat, permainan berhenti. Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya.
“Anak-anak, begitulah ummat Islam. Awalnya kalian jelas dapat membedakan yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Namun kemudian, musuh musuh ummat Islam berupaya melalui berbagai cara, untuk menukarkan yang haq itu menjadi bathil, dan sebaliknya.
Pertama-tama mungkin akan sukar bagi kalian menerima hal tersebut, tetapi karena terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kalian terbiasa dengan hal itu. Dan kalian mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kalian tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan etika.”
“Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, sex sebelum nikah menjadi suatu hiburan dan trend, materialistik kini menjadi suatu gaya hidup, korupsi menjadi kebanggaan dan lain lain. Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disedari, kalian sedikit demi sedikit menerimanya. Paham?” tanya Guru kepada murid-muridnya. “Paham Bu Guru”
“Baik permainan kedua,” Ibu Guru melanjutkan. “Bu Guru ada Qur’an, Bu Guru akan meletakkannya di tengah karpet. Quran itu “dijaga” sekelilingnya oleh ummat yang dimisalkan karpet. Sekarang anak-anak berdiri di luar karpet.
Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur’an yang ada di tengah dan ditukar dengan buku lain, tanpa memijak karpet?” Murid-muridnya berpikir. Ada yang mencoba alternatif dengan tongkat, dan lain-lain, tetapi tak ada yang berhasil.
Akhirnya Sang Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qur’an ditukarnya dengan buku filsafat materialisme. Ia memenuhi syarat, tidak memijak karpet.
“Murid-murid, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya. Musuh-musuh Islam tidak akan memijak-mijak kalian dengan terang-terangan. Karena tentu kalian akan menolaknya mentah-mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tetapi mereka akan menggulung kalian perlahan-lahan dari pinggir, sehingga kalian tidak sadar. Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibina pundasi yang kuat. Begitulah ummat Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau fondasinya dahulu. Lebih mudah hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dahulu, kursi dipindahkan dahulu, lemari dikeluarkan dahulu satu persatu, baru rumah dihancurkan…”
“Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kalian. Mereka tidak akan menghantam terang-terangan, tetapi ia akan perlahan-lahan meletihkan kalian. Mulai dari perangai, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun kalian itu Muslim, tetapi kalian telah meninggalkan Syari’at Islam sedikit demi sedikit. Dan itulah yang mereka inginkan.”
“Kenapa mereka tidak berani terang-terangan menginjak-injak Bu Guru?” tanya mereka. Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tetapi sekarang tidak lagi. Begitulah ummat Islam. Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar, akhirnya hancur. Tetapi kalau diserang serentak terang-terangan, baru mereka akan sadar, lalu mereka bangkit serentak. Selesailah pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdo’a dahulu sebelum pulang…”
Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya.
***
Ini semua adalah fenomena Ghazwu lFikri (perang pemikiran). Dan inilah yang dijalankan oleh musuh-musuh Islam. Allah berfirman dalam surat At Taubah yang artinya:
“Mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, sedang Allah tidak mau selain menyempurnakan cahayaNya, sekalipun orang-orang kafir itu benci akan hal itu.”(QS. At Taubah :32).
Musuh-musuh Islam berupaya dengan kata-kata yang membius ummat Islam untuk merusak aqidah ummat umumnya, khususnya generasi muda Muslim. Kata-kata membius itu disuntikkan sedikit demi sedikit melalui mas media, grafika dan elektronika, tulisan-tulisan dan talk show, hingga tak terasa.
Begitulah sikap musuh-musuh Islam. Lalu, bagaimana sikap kita…?
-Note From Brother Asep Juju-
(anna/muslimazone.com)

Minggu, 28 Juli 2013

Ustadz Sedekah dalam Pusaran Badai Konspirasi

Ustadz Sedekah dalam Pusaran Badai Konspirasi

Islamedia - Jika kita mau mengamati sedikit lebih detail. Khususnya di negeri ini, maka para ustadz yang membawa Islam ke ranah 'dunia', pasti akan berhadapan dengan konspirasi yang tak bertepi. Uniknya, konspirasi ini dirancang sedemikian rupa sehingga nampak apa adanya.

Meskipun, bagi kalangan yang melek intelektual, dan sedikit mau memakai hatinya dengan kaca mata kearifan, nampak sekali bahwa hal tersebut tidak normal. Dibuat-buat, di lebay-lebay-kan.

Hal tersebut berlaku sebaliknya. Para Ulama' yang (maaf) hanya sibuk dengan 'akhirat' tanpa mau menyentuh 'dunia', maka dia akan aman. Sepi dari makar. Bahkan, disuburkan.

Kita mulai dari sebuah contoh. Aa Gym. Ingat awal dakwah beliau? Sukses Luar Biasa. Bahkan sempat diwacanakan, ada yang mencalonkan beliau menjadi kandidat Presiden di Negeri ini. Beliau tidak hanya ceramah. Tidak hanya ngurus 'akhirat'. Beliau nulis buku, punya bisnis yang menasional. Mulai dari air minum, penerbitan, travel, radio, tv, dan seterusnya. Video ceramah-ceramah beliau juga marak di dunia maya.

Tampilannya pun necis. Tidak melulu bersarung. Bahkan, saya tidak pernah melihat beliau bergamis layaknya syeikh-syeikh di Timur Tengah sana. Beliau lebih suka bersarung dipasangkan dengan jas atau baju taqwa dihiasai penutup kepala berupa peci yang diikat dengan surban. Karena beliau terjun juga ke urusan 'dunia', beliau tak jarang nampak berjas, bercelana, dan pakaian khas eksekutif lainnya. Beliau juga hobi berkuda dan aneka hobi ekstrim lainnya.

Singkatnya, beliau berhasil membangun sebuah kerajaan baru di negeri ini. Dan tidak sejengkalpun tanah di negeri ini yang belum beliau jejaki. Baik dengan ceramah, tulisan maupun produk beliau.

Saya sangat yakin, jika ketika itu beliau benar-benar maju menjadi kandidat calon Presiden di negeri ini, Insya Allah beliau akan terpilih.

Nah, musuh-musuh Islam inilah yang tidak akan tenang dengan gerakan beliau. Sehingga disusunlah makar. Jahat. Tapi begitulah perjuangan. Kerajaan yang beliau bangun sedemikian kuat, kokoh itu, dihancurleburkan melalui sebuah konspirasi : Poligami.

Sangat aneh kawan-kawanku sekalian. Media serentak menyerang beliau. Habis-habisan. Hingga masalah yang dianjurkan oleh agama ini, nampak tabu karena pemberitaan. Bahkan, tak sedikit jama'ah yang berbalik membenci beliau. Padahal, sang istri pertama pun ikhlas menerima pernikahan beliau yang kedua. Meski sempat cerai, tapi akhirnya mereka kembali dalam sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah, aamiin. Insya Allah.

Andai kita mau bertanya, "Kenapa Poligami yang dilakukan Aa Gym dihukumi "haram" oleh media? Sehingga mereka bersatu padu memberitakan ini agar nampak seperti kesalahan?" Jawabannya sederhana : media mengikuti mau pemodal. Siapa punya modal, dia bisa dengan suka hati menurunkan berita.

Lantas, siapakah insan pemilik media itu? Panjang kalau pertanyaan ini kita bahas.

Satu pertanyaan lagi, "Kenapa pernikahan Aa Gym dipermasalahkan? Sementara banyak sekali ustadz, kiyai, anggota DPR, dan orang biasa yang melakukan poligami serupa? Bahkan, ketika Ustadz Arifin Ilham Poligami-pun, tidak ada pemberitaan sama sekali. Padahal, Jama'ah ustadz Arifin Ilham juga jutaan? Tak jauh beda dengan jama'ah Aa Gym kala itu?"

Saya hanya bisa menjawab, "Saya tidak jauh lebih tahu dari anda."
Itu satu contoh.

Contoh kedua. Ustadz Sedekah. Yusuf Mansyur. Pola dakwahnya mirip Aa Gym. Gaul. Beliau juga gak pernah terlihat memakai gamis. Hanya celana dan baju panjang. Bajunya-pun bukan koko. Kadang, cuma kemeja biasa. Saya pernah menyaksikan beliau mengimami shalat Maghrib ketika bulan Ramadhan sekitar dua tahun yang lalu di salah satu Masjid di Komplek Pabuaran Indah - Bogor.

Beliau mampir. Sahabat tahu? Celana yang beliau pakai, bagian ujungnya robek. Beliau nampak enjoy. Padahal, harta beliau sudah milyaran.

Nah, beliau juga terjun ngurusi 'dunia'. Mulai investasi, sawah, hotel, dan lain-lain. Rumah Penghafal Qur'an yang beliau gagas saja, tersebar di seluruh Indonesia dengan brand yang sama. Ceramah beliau juga tersebar luas di you tube. Dakwah beliau biasa disiarkan di televisi nasional Kita. Bahkan, Ramadhan tahun lalu, beliau rutin mengisi kajian selepas tarawih, setiap malam dan disiarkan di televisi nasional kita.

Gagasan yang beliau bawa sederhana, Mari Beli Ulang Indonesia. merupakan sebentuk cinta anak negeri kepada bangsanya. Nasionalisme beliau bukan sekedar buta. Bukan lantaran suku. Tapi cinta kepada negerinya. Karena kesadaran penuh bahwa negeri ini adalah amanah yang harus dijaga. Bahwa negeri ini hanya bisa dimakmurkan dengan iman dan taqwa seluruh penghuninya.

Mimpi beliau sangat mulia. Membeli televisi nasional, membeli bank syari’ah yang kini asetnya dikuasai asing, mempunyai hotel syari'ah, mendirikan Rumah Penghafal Qur'an di setiap jengkal negeri ini, dan seterusnya.

Saya berpendapat, beliau satu-satunya ustadz yang hanya modal 'ceramah', bisa mengumpulkan jutaan bahkan puluhan milyar rupiah. Ingat, hanya ceramah. Ini, tak bisa dilakukan oleh banyak orang. Benar-benar tidak ada duanya.

Dalam setiap kajian, beliau akan meminta jama'ah untuk berinfaq.

Uang yang terkumpul akan diberikan untuk pengurus masjid setempat atau untuk dakwah, seluruhnya. Beliau tidak mengambil sesenpun. Dalam sekali 'sulap', terkumpullah uang puluhan juta. Luar Biasa, bukan? Berapa kali lipat? Modalnya cuma ceramah! Yang lebih menakjubkan, beliau tak pernah memasang tarif. Beliau juga tidak memiliki asisten ketika datang berceramah. Beliau membaur, bersama jama’ahnya.

Dalam kasus terbaru, dengan konsep Patungan Usaha (PU) dan Patungan Asset (PA), beliau berhasil menarik puluhan milyar rupiah ke dalam rekening beliau. Ingat ya, modalnya hanya ceramah. Bahkan PA dan PU itu, hanya disosialisasikan lewat Internet. Di website dan akun twitter beliau. Dimana paket infaq mulanya hanya 1 juta perorang, kini sudah dipatok menjadi 12 juta. Bisa perorang, rombongan atau atas nama majlis taklim.

Nah, musuh Islam ini keder melihat orang seperti beliau. Hanya modal ceramah saja, bisa mengumpulkan puluhan milyar dalam waktu dekat. Jika dibiarkan, maka puluhan milyar itu bisa menjadi puluhan triliun. Jika puluhan, ratusan dan ribuan triliun sudah terkumpul, bisa jadi kita akan lunasi hutang negeri ini dengan uang tersebut. Dan ini, benar-benar membuat musuh Islam berpikir setengah mati untuk menghentikan langkah beliau.

Sekarang ini, konspirasi-konspirasi jahat yang dialamatkan kepada beliau mulai dilancarkan. Dengan beragam cara dan sudut pandang. Saya ingat majalah yang pertama kali mengusik dakwah beliau dan media-media yang kemudian menyerang beliau secara membabi buta.

Bahkan, ada diantara mereka yang bertanya, "Bagaimana kalau ada jama'ah yang minta uangnya dikembalikan?"

Ini pertanyaan bodoh. Sangat bodoh. Karena sampai sekarang, tidak ada jama’ah yang datang menarik investasi yang sudah diititipkan dalam PA dan PU yang beliau gagas itu. Bahkan, di luar sana, banyak sekali jama’ah yang ingin bergabung. Tapi belum kesampaian. Baik karena uangnya terpakai untuk kebutuhan lain, atau yang memang sedang mengumpulkan uang sejumlah itu.

Oya, jangan cerita ke siapa-siapa ya? Beliau ini, berdasarkan sumber yang tidak mau disebut namanya, didatangi oleh beberapa orang yang hendak mencalonkan diri menjadi calon Presiden di pemilu mendatang. Dan, ustadz YM ini ditawari untuk menjadi wakilnya. Dengan tegas, ustadz yang masih muda dan tampan itu menolak. Dan penolakan beliau, berujung pada konspirasi jahat yang tengah terjadi saat ini.

Akhirnya, kita sepakati perkataan Ustadz M Natsir. Sang pendahulu dakwah di negeri ini pernah berpesan. Bahwa orang Islam yang mengurusi ekonomi, politik dan hal-hal 'duniawi' lainnya, tidaklah mungkin dibiarkan.

Beliau kemudian melanjutkan, jika tidak mau diganggu, maka berislamlah hanya di masjid saja. Sholat, dzikir, baca Qur'an, istighotsah dan ibadah-ibadah ritual lainnya.

Lantas, apa yang bisa kita lakukan? Kita doakan ustadz-ustadz kita itu. Terlebih lagi, beliau-beliau yang terjun ke rimba raya politik dan ekonomi. Agar Allah menolong mereka, Agar Allah menguatkan mereka. Dan kita, menjadi bagian dari mereka.

Para musuh Islam memang membuat makar. Tapi ingatlah, Bahwa Allahlah sebaik-sebaik pembuat makar.

Karena kita punya Allah, maka kita punya berjuta harapan.

Karena kita punya Allah, maka musuh hanyalah kerikil yang akan kita tendang ketika menghalangi jalan Kita.

Karena kita punya Allah, maka tak ada alasan untuk mundur dari peperangan ini.

Karena Islam, akan tetap menang. Dengan atau tanpa kita.

Tetaplah bertahan dan Bersiap-siagalah.

Minggu, 21 Juli 2013

Bangkitlah Umat Muhammad shallallahu'alaihi wa sallam !!!

Tidak asing lagi fakta kehidupan yang sedang dijalani oleh umat islam sekarang ini. Berbagai petaka, bencana, penindasan, pelecehan, berbagai nestapa dan pilu lainnya dengan bertubi-tubi terus menyertai setiap lembaran sejarah mereka. Dari hari ke hari, pendengaran kita tiada hentinya mendengarkan berbagai berita yang menyayat-nyayat hati.

Musuh dari segala aliran dan bangsa dengan bengisnya menindas, menjajah, dan merampas hak umat Islam. Dengan segala kerakusan dan keserakahannya mereka merampas segala  keindahan umat Islam. Semua itu berlangsung tanpa ada daya dan upaya yang dapat dilakukan oleh umat Islam  untuk menangkal atau menyingkapnya.

Fakta ini benar-benar seperti yang digambarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits berikut:
"Tak lama lagi berbagai bangsa akan ramai-ramai bersekongkol atas kalian, bak persekongkolan para pemakan ramai-ramai menuju kepada piring hidangannya. Maka seorang sahabat bertanya : Apakah karena kami kala itu berjumlah sedikit? Beliau menjawab: Bahkan kalian kala itu berjumlah banyak, akan tetapi kalian buih bak buih air bah, dan sungguh Allah akan menyirnakan rasa takut dari dada musuh-musuh kalian, dan Ia akan mencampakkan Al Wahanu di jantung-jantung kalian. Maka salah seorang sahabat berkata:  Wahai Rasulullah, apakah Al Wahanu itu? Beliau menjawab: Cinta terhadap dunia dan benci akan kematian." (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan lainnya, serta dishohihkan oleh Al Albany)

Walau demikian, kita tidak boleh berkecil hati atau merasa putus asa, karena Allah Ta'ala telah memberikan jaminan bahwa kemenangan, dan kejayaan pasti akan menghampiri hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertaqwa:
{وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِي الزَّبُورِ مِن بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الْأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ{ الأنبياء 105.
"Dan sungguh-sungguh telah Kami tuliskan (tetapkan) di dalam Zabur sesudah (Kami tuliskan dalam Lauh Mahfuzh) bahwasannya bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang soleh." Al Anbiya' 105.

Ibnu Katsir berkata: "Allah Ta'ala mengabarkan bahwa hal ini (kemenangan orang-orang soleh-pen) telah dituliskan dalam kitab syar'i (taqdir syar'iyah) dan kitab Qodari (taqdir kauniyah), dan hal itu pasti terwujud." (Tafsir Ibnu katsir 3/201).
Pada ayat lain Allah berfirman:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ- النور 55
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan beramal soleh, bahwa Ia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Ia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. Dan sungguh Ia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Ia ridhai untuk mereka. Dan Ia benar-benar akan menggantikan (keadaan) mereka setelah mereka berada dalam ketakutan, menjadi aman sentausa. Mereka tetap beribadah kepada-Ku dengan tiada menyekutukan-Ku dengan sesuatu. Dan barang siapa yang (tetap) kufur sesudah janji ini, maka mereka itulah orang-orang fasik." An Nur 55. Dan pada ayat lain Allah Ta'ala berfirman:
إِنَّا لَنَنصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ- غافر 51
"Sesungguhnya Kami pasti menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari tegakkanya para saksi (hari Qiyamat)" Ghofir 50.
Inilah janji Allah, inilah jaminan dari Allah, dan inilah sebagian dari imbalan bagi orang-orang yang memenuhi janji mereka kepada Allah.

Bila kita renungkan ketiga ayat di atas, niscaya kita dapatkan dengan jelas bahwa janji Allah ini tidaklah diberikan dengan tanpa syarat. Akan tetapi janji Allah ini hanya dapat digapai dengan dua syarat :
1. Syarat Pertama: Iman.
2. Syarat Kedua : Amal sholeh.
Ibnu Katsir rahimahullah  berkata: "Karena para sahabat -semoga Allah meridhoi mereka- adalah para penegak perintah-perintah Allah sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan mereka adalah manusia paling ta'at kepada Allah Azza wa Jalla, dengan demikian pertolongan yang didapatkan sesuai dengan amalan mereka. Mereka menegakkan kalimat Allah di belahan bumi bagian timur dan barat, maka Allah benar-benar meneguhkan mereka. Sehingga mereka berhasil menguasai umat manusia dan berbagai negeri. Sepeninggal mereka, umat Islam melakukan kekurangan dalam sebagian syari'at, maka kejayaan merekapun berkurang selaras dengan amalan mereka." (Tafsir Ibnu katsir 3/302).
Sebenarnya, lembaran sejarah yang sedang dijalani oleh umat Islam pada zaman sekarang, tidaklah lebih berat bila dibandingkan dengan lembaran sejarah yang dijalani oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama sahabatnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dituduh sebagai tukang sihir, pendusta, dan dan disakiti serta diperangi. Ada dari sahabatnya yang dibunuh dengan cara-cara sadis nan bengis, sebagaimana yang dialami oleh sahabat Yasir & Sumayyah. Ada dari mereka yang disiksa dengan berbagai bentuk penyiksaan, sebagaimana yang dialami oleh Ammar bin Yasir, Khabbab bin Arat, Bilal dll.
Menjalani tantangan yang sangat berat ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap tegar meniti setiap tahapan dakwah, tanpa kenal lelah atau kecil hati. Beliau berjuang sekuat tenaga guna mewujudkan kedua persyaratan diatas pada sahabatnya.

Dan tatkala ada dari sebagian dari sahabatnya yang merasa bahwa jalan menuju kejayaan terlalu panjang, dengan tegar beliau kembali menegaskan bahwa bila kedua persyaratan diatas telah terealisasi, maka jalan menuju kejayaan sangatlah pendek.  Mari kita simak beberapa bukti akan hal ini:
Abul 'Aliyah menyatakan bahwa ayat 55 surat An Nur di atas diturunkan pada awal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya diperintahkan untuk berperang, sehingga beliau dan para sahabatnya senantiasa dalam keadaan khawatir akan serangan musuh. Oleh karenanya, mereka senantiasa menenteng senjata, sampai-sampai salah seorang sahabat berkata kepada beliau: "Akankah selama-lamanya kita akan berada dalam ketakutan semacam ini?, mungkinkah akan datang suatu saat yang aman sehingga kamipun meletakkan senjata? Maka Nabipun menjawab: "Tidaklah kalian bersabar melainkan hanya dalam waktu yang singkat, sampai akan datang suatu masa, yang padanya salah seorang dari kamu akan duduk berongkang-ongkang ditengah keramaian manusia, sedangkan tidak sepotong besipun (senjata) ada bersama mereka," kemudian Allah menurunkan ayat di atas. (Tafsir At Thobary 18/159).
Imam Bukhori meriwayatkan dari sahabat Khabbab bin Arat radhiallahu ‘anhu, bahwa pada suatu hari beliau mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sedang berbaring di bawah naungan Ka'bah berbantalkan selimutnya. Lalu sahabat Khabbab berkata kepada beliau: Tidakkah engkau memohonkan pertolongan untuk kami? Tidakkah engkau berdoa kepada Allah untuk kami? Maka beliau menjawab: Dahulu pada umat sebelum kalian ada orang yang ditimbun dalam tanah, kemudian didatangkan gergaji, lalu diletakkan di atas kepalanya hingga terbelah menjadi dua. Siksa itu tidaklah menjadikan ia berpaling dari agamanya. Dan ada yang disisir dengan sisir besi, hingga terkelupas daging, dan nampaklah tulang atau ototnya, akan tetapi hal itu tidaklah menjadikan ia berpaling dari agamanya. Sungguh demi Allah, urusan ini akan menjadi sempurna, sehingga akan ada penunggang kendaraan dari Sanaa' hingga ke Hadramaut, sedangkan ia tidaklah merasa takut kecuali kepada Allah atau serigala atas dombanya. Akan tetapi kalian adalah orang-orang yang terburu-buru."
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada kisah ini kembali menggugah keimanan Khabbab kepada janji Allah. Sebagaimana Beliau r juga menegur sahabat Khabbab agar meninggalkan sikap terburu-buru dalam perjuangan di jalan Allah.
Subhanallah, hanya sekejap, yaitu dalam kurun waktu tiga puluh tahun (50 thn) dari kebangkitan Nabi Muhammad, umat Islam berhasil meruntuhkan dua negara adidaya kala itu, yaitu negara Persia dan Romawi.
Bila kita mempelajari sejarah peperangan umat Islam kala itu, niscaya kita akan mendapatkan suatu keajaiban. Semula bangsa arab yang tidak diperhitungkan sama sekali bangsa-bangsa lain, dalam sekejap mengusai dunia. Semua itu berhasil mereka gapai dengan persenjataan dan  jumlah pasukan yang jauh lebih sedikit dibanding musuh.
Tidak pernah terjadi peperangan yang dimenangkan oleh umat Islam, sedangkan jumlah pasukan mereka lebih banyak dibanding musuh.
Semua ini adalah berkat keimanan dan kesungguhan mereka dalam menjalankan perintah Allah Ta'ala:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ- النور 55
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan beramal soleh, bahwa Ia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Ia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. Dan sungguh Ia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Ia ridhai untuk mereka. Dan Ia benar-benar akan menggantikan (keadaan) mereka setelah mereka berada dalam ketakutan, menjadi aman sentausa. Mereka tetap beribadah kepada-Ku dengan tiada menyekutukan-Ku dengan sesuatu. Dan barang siapa yang (tetap) kufur sesudah janji ini, maka mereka itulah orang-orang fasik." An Nur 55.
Bila sahabat Khabbab radhiallahu ‘anhu yang hanya meminta agar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memohonkan pertolongan dan berdoa, dinyatakan terburu-buru, maka baimana halnya dengan sikap banyak dari umat Islam pada zaman ini. Dari mereka ada yang menempuh jalan demonstrasi, pengeboman, pendirian partai politik, dan menggalang dukungan dari siapapun, serta berkoalisi dengan partai apapun, tanpa perduli dengan asas dan idiologinya. Semua ini mereka lakukan dibawah slogan: menyegerakan kejayaan umat Islam?!! Mengusahakan jaminan hidup bermartabat bagi umat Islam?! Memperjuangkan nasib kaum muslimin?!! Bahkan dari mereka ada yang berkata: Bila umat islam tidak masuk parlemen, maka siapakah yang akan menjamin nasib mereka?!
Seakan-akan mereka tidak pernah mendengar jaminan dan janji Allah di atas.
Seusai perjanjian Hudaibiyyah ditandatangani, sahabat Umar bin Khatthab radhiallahu ‘anhu yang tidak kuasa melihat sahabat Abu Jandal radhiallahu ‘anhu diserahkan kembali ke orang-orang Quraisy, berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: Bukankah engkau adalah benar-benar Nabiyullah? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: Ya. Umarpun kembali berkata: Bukankah kita di atas kebenaran, sedangkan musuh kita di atas kebatilan? Nabipun menjawab: Ya! Umarpun berkata: Lalu mengapa kita pasrah dengan kehinaan dalam urusan agama kita, bila demikian adanya? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: Sesungguhnya Aku adalah Rasulullah, dan aku tidak akan menyelisihi perintah-Nya, dan Allah adalah Penolongku. Umar kembali berkata: Bukankah engkau pernah mengabarkan kepada kami bahwa kita akan mendatangi Ka'bah, kemudian berthowaf di sekelilingnya? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: Iya, dan apakah aku pernah mengabarkan bahwa kita akan mendatangi Ka'bah pada tahun ini? Umarpun menjawab: Tidak. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menimpalinya: Sesungguhnya engkau akan mendatanginya, dan akan bertowaf mengelilinginya. (Muttafaqun 'alaih)
Pada kisah ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berusaha meneguhkan kembali keimanan Umar bin Khatthab kepada janji Allah agar tidak tergoyah. Dan mengungatkannya agar bersabar dalam menanti datangnya pertolongan Allah, yaitu dengan tetap taat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demikianlah seyogyanya pertolongan Allah Ta'ala digapai. Yaitu dengan keimanan yang benar dan kokoh dan kesabaran yang teguh. Allah Ta'ala berfirman:
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ -السجدة 25.
"Dan Kami jadikan dari mereka pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, ketika mereka bersabar dan adalah mereka selalu meyakini ayat-ayat Kami."  (As Sajdah 24).
Ibnul Qayyim berkata: "Pada ayat ini Allah Ta'ala mengabarkan bahwa Ia telah menjadikan mereka (pengikut nabi Musa-pen) sebagai pemimpin-pemimpin yang dijadikan panutan oleh generasi setelah mereka, berkat kesabaran dan keyakinannya. Sebab dengan kesabaran dan keyakinan, kepemimpinan dalam hal agama dapat dicapai. Karena seorang penyeru kepada jalan Allah Ta'ala, tidaklah akan terealisasi cita-citanya, melainkan bila ia benar-benar yakin akan kebenaran misi yang ia serukan, ia menguasai ilmu tentangnya. Ia juga bersabar dalam menjalankan dakwah menuju jalan Allah, yaitu dengan tabah menahan beban dakwah dan menahan diri dari segala hal yang akan meluluhkan tekad dan cita-citanya. Barang siapa demikian ini halnya, maka ia termasuk para pemimpin yang telah mendapat petunjuk dari Allah Ta'ala." (I'ilamul Muwaqi'in 4/135)
Kisah antara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sahabat Umar bin Khatthab radhiallahu ‘anhu di atas, tentu tidak selaras dengan doktrin sebagian orang bahwa: yang paling penting sekarang ini adalah kita bergerak, umat islam harus bertindak, sekarang ini bukan lagi saatnya untuk menyoal tentang asma' was sifat, sunnah, atau bid'ah, sedangkan saudara kita di sana dibantai, di sini ditindas, disana diserang dst. Sekarang ini bukan saatnya untuk bertanya sunnah atau bid'ah? Sekarang ini saatnya kita bersatu, menggalang dukungan, melupakan segala perbedaan, dan berusaha mencari titik temu, dst.
Doktrin ini tidaklah diucapkan kecuali oleh orang yang tidak mengenal keagungan Allah Ta'ala:
Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata: "Sesungguhnya kalian mengerjakan berbagai amalan, yang di mata kalian lebih lembut dibanding rambut, padahal kami dahulu semasa hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  menganggapnya sebagai amalan yang membinasakan." (Riwayat Bukhory).
Tatkala Kholifah Umar bin Al Khotthab terluka akibat tusukan Abu Lu'lu'ah Al Majusi, ia dijenguk oleh seorang pemuda yang berkata: "Bergembiralah wahai Amirul Mukminin dengan kabar gembira dari Allah untukmu; engkau telah menjadi sahabat Rasulullah, dan banyak berjasa untuk Islam sebagaimana yang engkau ketahui sendiri, kemudian engkau dipilih menjadi pemimpin, dan engkaupun berlaku adil, kemudian engkau mati syahid. Umarpun menjawab: Aku berandai-andai itu semua cukup, tidak atasku dan juga tidak untukku. Tatkala pemuda itu telah berpaling, ternyata sarungnya menyentuh tanah. Umar-pun berkata: Panggillah kembali pemuda itu, lalu ia berkata kepadanya: "Wahai anak saudaraku! Naikkanlah bajumu, karena dengan cara itu bajumu akan lebih awet, dan engkau lebih bertaqwa kepada Rabb-mu". (Riwayat Bukhori).
Pada akhir hayatnya, Kholifah Umar bin Khatthab masih juga perhatian dengan masalah isbal. Beliau atau sahabat lainnya yang hadir kala itu tidak ada yang berkata: "Sekarang, bukan saatnya berbicara tentang isbal, sekarang saatnya berbicara tentang calon pengganti kholifah," atau ucapan yang semakna.
Kholifah Umar bin Abdul Aziz pernah berkirim surat kepada salah seorang panglimanya:
"Hendaknya engkau senantiasa bertaqwa kepada Allah dalam setiap situasi yang engkau hadapi, karena ketakwaan kepada Allah adalah senjata paling ampuh, taktik paling bagus, dan kekuatan paling hebat. Janganlah engkau dan kawan-kawanmu lebih waspada dalam menghadapi musuh dibanding menghadapi perbuatan maksiat kepada Allah. Karena perbuatan dosa lebih aku kawatirkan atas masyarakat dibanding tipu daya musuh mereka. Kita memusuhi musuh kita dan mengharapkan kemenangan atas mereka berkat tindak kemaksiatan mereka. Kalaulah bukan karena itu, niscaya kita tidak kuasa menghadapi mereka, karena jumlah kita tidak seimbang dengan jumlah mereka, kekuatan kita tidak setara dengan kekuatan mereka. Bila kita tidak mendapat pertolongan atas mereka berkat kebencian kita terhadap kemaksiatan mereka, niscaya kita tidak dapat mengalahkan mereka hanya dengan kekuatan kita.
Jangan sekali-kali kalian lebih mewaspadai permusuhan seseorang dibanding kewaspadaanmu terhadap dosa-dosamu sendiri. Janganlah kalian lebih serius menghadapi mereka dibanding menghadapi dosa-dosa kalian.
Ketahuilah bahwa kalian senantiasa diawasi oleh para malaikat pencatat amalan. Mereka mengetahui setiap perilaku kalian sepanjang perjalanan dan peristirahatan kalian. Hendaknya kalian merasa malu dari mereka, dan berlaku santun dihadapan mereka. Jangan sekali-kali menyakiti mereka dengan tindak kemaksiatan kepada Allah, padahal kalian mengaku sedang berjuang di jalan Allah.
Janganlah sekali-kali kalian beranggapan bahwa : "Sesungguhnya (perbuatan) musuh-musuh kita lebih jelek dibanding kita, sehingga tidak mungkin mereka dapat mengalahkan kita, walaupun kita berbuat dosa. Betapa banyak kaum yang telah dikuasai oleh orang-orang yang lebih jelek, akibat dari perbuatan dosa kaum tersebut."
Mohonlah pertolongan kepada Allah dalam menghadapi diri kalian, sebagaimana kalian memohon pertolongan kepada-Nya dalam menghadapi musuh kalian. Sebagaimana kamipun turut memohon hal tersebut untuk diri kita dan juga untuk kalian." (Hilyatul Auliya' 5/303)
Subhanallah, suatu pesan yang layak untuk dituliskan dengan tinta emas, dan dibacakan kepada setiap orang yang di hatinya sedang berkobar-kobar api perjuangan demi Islam. Sudah sepantasnya pesan ini diajarkan kepada setiap pemuda Islam yang ingin memperjuangkan nasib Islam dan umatnya.
Kisah peperangan uhud dan peperangan Hunain adalah contoh kecil bagi ucapan Kholifah Umar bin Abdul Aziz: Janganlah sekali-kali kalian beranggapan bahwa : "Sesungguhnya (perbuatan) musuh-musuh kita lebih jelek dibanding kita,..." .
Pada perang Uhud, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama sahabatnya menghadapi kaum kafir Quraisy. Mereka datang ke madinah guna membalas dendam atas kekalahan mereka pada perang Bader.  Sebagian sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melanggar perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam agar tidak meninggalkan pos penjagaan mereka di atas gunung, walau terjadi kejadian apapun. Sampai-sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada mereka:
كونوا مكانكم لا تبرحوا وإن رأيتم الطير تخطفنا
"Tetaplah kalian berada di pos kalian, dan janganlah kalian berhanjak pergi, walaupun kalian menyaksikan burung-burung telah menyambar-nyambar kami". (Al Baihaqy dll).
Akan tetapi perintah ini oleh sebagian sahabat yang bertugas menjaga pos di atas gunung dilanggar. Mereka berdalih, perang telah usai, dan musuh mulai lari tunggang-langgang, sehingga mereka merasa perlu untuk ikut mengumpulkan rampasan perang dan menawan musuh yang berhasil di tangkap. Akibat pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian sahabat ini, terjadilah kekalahan dan petaka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terluka dan terjatuh hingga pingsan, lebih dari tujuh puluh sahabat terbunuh dll.
Pada kisah ini, sebagian sahabat melanggar perintah untuk ittiba' (meneladani dan mentaati) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
Dan pada perang Hunain, sebagian sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalai akan Allah, sehingga mereka merasa percaya diri dan beranggapan tidak akan terkalahkan, karena jumlah mereka banyak. Sebagaimana Allah kisahkan hal ini dalam surat At Taubah 25:
(لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُم مُّدْبِرِينَ)
"Sesungguhnya Allah telah menolong kalian di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu terperdaya oleh banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, k emudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai." (At Taubat).
Pada kisah ini sebagian sahabat yang merasa percaya diri dengan jumlah pasukan dan melalikan tawakkal kepada Allah, maka mereka ditimpa kekalahan, walaupun akhirnya para sahabatnya yang telah kokoh keimanannya, segera kembali dan berjihad melawan musuh. Dan akhirnya Allah Ta'ala melimpahkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabatnya kemenangan. Pada kisah ini, kaum muslimin terkalahkan pada awal peperangan, akibat rasa ujub dan lupa tawakkal, sehingga terjadi kekeliruan dalam hal tauhid kepada Allah.
Bila kita sedikit menoleh kepada realita umat Islam pada zaman kita ini, maka kita dapatkan sangat jauh beda. Bukan sekedar dosa-dosa kecil yang diremehkan, akan tetapi berbagai dosa besar bahkan syirikpun tidak lagi diperdulikan. Berapa ribu kuburan yang dikeramatkan? Berapa juta ajimat dikantongi umat islam? Berapa ribu para normal dan para tidak normal bebas membuka praktek umum. Berapa ribu habib dan kiayi bebas mengajarkan bid'ah dan kesesatannya? Adakah orangyang merasa terusik, atau menggalang kekuatan dan dukungan untuk mengingkari itu semua?
Kebanyakan umat Islam sekarang ini disibukkan dengan urusan jabatan dan perebutan jatah kursi. Mereka sewot bila ada pejabat yang korupsi, akan tetapi tidak pernah sewot sedikitpun bila ada kuburan yang dikultuskan, atau bid'ah yang diajarkan.
Sebenarnya fakta ini bukanlah hal baru, akan tetapi senantiasa terjadi di sepanjang masa. mari kita simak kisah berikut:
            "Dari sahabat Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu ia menuturkan : Datang kepadaku salah seorang dari anshar (penduduk madinah) pada masa khilafah Utsman, kemudian ia berbicara kepadaku, ternyata ia memerintahkanku untuk mencela Utsman, dan ia adalah orang yang lisannya berat (susah berbicara) sehingga ia tidaklah dapat menyampaikan maksudnya dengan jelas, dan ketika ia telah selesai berbicara, sayapun menjawab: "Dahulu kami (para sahabat), semasa hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: "Orang  paling utama dari umat ini ialah Abu Baker, kemudian Umar, kemudian Utsman. Dan sungguh demi Allah, kami tidaklah mengathui bahwa Utsman pernah membunuh seorang jiwa tanpa alasan yang dibenarkan, tidak juga pernah melakukan dosa besar. Akan tetapi yang menjadi permasalahan ialah harta kekayaan ini (harta kekayaan khilafah/ negara), bila ia memberikannya kepada kalian, kalian ridho, dan bila ia berikannya kepada karib kerabatnya kalian menjadi murka. Sesungguhnya kalian ini ingin menjadi seperti orang-orang Persia dan Romawi, mereka tidaklah pernah memiliki seorang pemimpin, melainkan mereka bunuh sendiri."  Riwayat Ahmad, Al Khollah dan At Thobrani
Sebagai penutup tulisan singkat ini, saya cukupkan dengan menyebutkan dua hadits berikut:
لئن أنتم اتبعتم أذناب البقر وتبايعتم بالعينة وتركتم الجهاد في سبيل الله ليلزمنكم الله مذلة في أعناقكم ثم لا تنزع منكم حتى ترجعون إلى ما كنتم عليه وتتوبون إلى الله. رواه أحمد وأبو داود والبيهقي وصححه الألباني
"Bila kalian telah (sibuk dengan) mengikuti ekor-ekor sapi, berjual beli dengan cara 'innah([1])  dan meninggalkan jihad, niscaya Allah akan melekatkan kehinaan ditengkuk- tengkuk kalian, kemudian kehinaan tidak akan dicabut dari kalian hingga kalian kembali kepada keadaan kalian semula dan bertaubat kepada Allah." Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Al Baihaqy dan dishohihkan oleh Al Albany.
يُوشِكُ أن تَدَاعَى عَلَيْكُمُ الأُمَمُ من كل أُفُقٍ كما تَدَاعَى الآكلة على قَصْعَتِهَا قال قُلْنَا يا رَسُولَ اللَّهِ أَمِنْ قِلَّةٍ بِنَا يَوْمَئِذٍ قال أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنْ تَكُونُونَ غُثَاءً كَغُثَاءِ السَّيْلِ يَنْتَزِعُ الْمَهَابَةَ من قُلُوبِ عَدُوِّكُمْ وَيَجْعَلُ في قُلُوبِكُمُ الْوَهَنَ قال قُلْنَا وما الْوَهَنُ قال حُبُّ الْحَيَاةِ وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ رواه احمد وغيره
"Tidak lama lagi kalian akan dikerumuni oleh umat-umat lain dari segala penjuru, layaknya para penyantap makanan yang sedang mengelilingi suatu piring makanan (nampan). Para sahabat bertanya: Ya Rasulullah, apakah hal itu terjadi dikarenakan kala itu kita berjumlah sedikit? Beliau menjawab: "Kalian kala itu berjumlah banyak, akan  tetapi kalian bagaikan buih air bah. Rasa takut telah sirna dari hati musuh-musuh kalian, sedangkan di hati kalian tertanam rasa al wahan." Para sahabat kembali bertanya: Apakah "al wahanu itu"? Beliau menjawab: "Rasa cinta terhadap kehidupan dan takut terhadap mati (syahid)." Riwayat Ahmad dan lain-lain.
Wallahu a'alam bisshowab.
Oleh: DR. Muhammad Arifin Baderi, MA

Kamis, 11 Juli 2013

Ternyata Benar!!! Filter Rokok Memang Dari Darah Babi

Sebarkan jika bermanfaat:


rokok dari darah babi

Ternyata Benar!!! Filter Rokok Memang Dari Darah Babi

Ketua Komisi Nasional Pengendalian Tembakau (Komnas PT), DR Hakim Sarimuda Pohan, mengungkapkan bahwa dalam filter rokok yang banyak digunakan di Indonesia terkandung bahan yang berasal dari darah babi.
Hemoglobin atau protein darah babi digunakan dalam filter rokok untuk menyaring racun kimia agar tidak masuk ke dalam paru-paru perokok, kata Hakim saat menjadi pembicara dalam dialog bahaya merokok bagi kehidupan berbangsa di Balaikota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Rabu.
Ia meyakini bahwa filter yang digunakan untuk rokok yang beredar di Indonesia merupakan filter impor yang mengandung komponen dari darah babi. Menurutnya, semua itu diketahui setelah adanya pernyataan yang diungkapkan ahli dari Australia atau Profesor Kesehatan Masyarakat dari Universitas Sydney, Simon Chapman.
Profesor di Australia memperingatkan
kelompok agama tertentu terkait dugaan adanya kandungan sel darah babi pada filter rokok. Profesor Simon Chapman menyatakan itu merujuk pada penelitian di Belanda yang mengungkap bahwa 185 perusahaan berbeda menggunakan hemoglobin babi sebagai bahan pembuat filter rokok. Menurut Hakim, sudah selayaknya umat Muslim yang mayoritas di Indonesia ini menjauhi barang yang nyata-nyata dilarang agama tersebut. Bukan hanya kaum Muslim, tetapi kaum Yahudi juga melarang pemanfaatan babi untuk keperluan seperti itu, tambahnya dalam dialog dalam rangkaian sosialisasi peraturan daerah (Perda) yang melarang merokok di tempat tertentu.
Dalam dialog yang dihadiri ratusan peserta dari kalangan PNS, pengelola hotel, restoran, dan pengelola tempat-tempat umum tersebut juga dihadiri Wali Kota Banjarmasin Haji Muhidin dengan moderator Kepala Dinas Kesehatan setempat, drg Diah R Praswasti.
Dalam dialog tersebut dilangsungkan dengan tanya jawab yang antara lain disarankan perlunya Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengharamkan merokok.

sumber : http://www.suaranews.com/2013/07/ternyata-benar-filter-rokok-memang-dari.html

Advertisements!

Copyright @ 2013 DUNIA ISLAM | ARTIKEL MOTIVASI | ARTIKEL ISLAMI. Designed by Templateism | Love for The Globe Press